Uang saku merupakan kebutuhan bagi anak yang dijatah dari wali atau orang tua untuk belanja, makan, jajan, hiburan, pulsa, dan lain-lain. Biasanya diberikan secara harian, pekanan, ataupun bulanan. Para penerima "gaji buta" itu biasanya berusia anak-anak jenjang SD hingga remaja usia SMP dan SMA. Bahkan ada pula yang sudah mahasiswa.
Banjirembun.com
Tak semua anak mendapat jatah uang saku. Sebagian yang lain mendapat sedikit. Itupun kadang-kadang diberi. Sebagian lagi mendapat uang saku standar sesuai kebutuhan anak saja. Adapun yang lainnya memberikan lebih. Orang tua punya alasan sendiri terkait pemberian uang saku tersebut. Ada yang diberikan secara terbatas. Ada juga yang tak terbatas.
Pemberian uang saku secara terbatas bagi anak sangat penting dilakukan. Itu merupakan salah satu cara melatih anak untuk melakukan pengelolaan keuangan. Namun, yang patut diperhatikan ialah orang tua harus memberikan pendampingan dan pengertian pada mereka. Jangan sampai anak-anak merasa dizalimi oleh orang tua.
Ada sejumlah kasus orang yang berusia dewasa awal (sekitar 22-35 tahun) setelah punya uang lebih, mereka hidupnya jadi boros. Membeli sesuatu secara tak terkendali. Padahal saat usia anak dan remaja hidup mereka super hemat. Itu terjadi disinyalir sebagai wujud balas dendam. Di mana masa kecil ingin ini dan itu tak kesampaian maka diluapkan saat dewasa.
Kejadian di atas bukan berarti jadi alasan bagi orang tua untuk memberikan keleluasaan anak menerima uang tanpa kontrol. Penting sejak dini untuk melatih mereka mengatur uang. Supaya mereka mampu berdisiplin, cerdas menghitung pemasukan dan pengeluaran, rajin menabung, hingga mampu memilah mana kebutuhan penting (prioritas) mana yang tidak.
Seringkali anak belajar terhadap sesuatu tidak hanya dari apa yang didengar dan dilihat. Di mana semua itu nyatanya terlalu mudah untuk dilupakan. Justru belajar yang terbaik bagi anak adalah melalui pengalaman langsung. Apalagi ketika itu dilakukan setiap hari sehingga menjadi kebiasaan. Alhasil, hal itu bakal teringat sampai mereka tua renta.
Memberi anak-anak uang saku secara terbatas maka tak langsung juga akan melatih mereka untuk berfikir dan bertindak cerdas soal uang. Hal penting yang diperoleh setelah itu meliputi sebagai berikut.
1. Anak menjadi Menghargai Uang
Bagi anak yang diberikan uang secara tak terbatas bakal menggampangkan dan merendahkan nilai sebuah uang. Mereka berfikir dangkal. Ketika uang habis tinggal minta lagi pada orang tua. Padahal hakikatnya sebanyak apapun uang yang dimiliki oleh orang tua tetaplah ada batasannya. Belum lagi memahami tentang sulitnya cara mendapatkan uang.
Anak yang diberi uang secara terbatas bakal tahu konsekuensi dan risiko yang bakal ditanggung tatkala tak mampu mengelolanya. Perut lapar, capek karena tak bisa naik transportasi umum, hingga tak dapat membeli sesuatu yang benar-benar dibutuhkan karena uang habis. Dari pengalaman itu, mereka akan punya banyak pertimbangan sebelum membuat keputusan keuangan.
2. Anak Mampu Membedakan antara Kebutuhan dan Keinginan
Uang saku terbatas membuat otak anak berputar keras. Dari pengalaman yang terjadi dan tindakan mencari solusi membuat anak jadi tahu mana kebutuhan penting (prioritas) dan mana yang tidak. Serta mana yang hanya sebuah keinginan karena nafsu dan egoisme serta mana yang benar-benar sebuah kebutuhan yang wajib dipenuhi.
Anak yang diberikan uang terbatas juga bakal tidak jajan sembarangan. Tak bembeli sesuatu hanya untuk gaya-gayaan. Mereka tak akan mudah terbawa arus kehidupan anak dan remaja yang kadang terlalu liar. Lebih fatal lagi uang tersebut untuk hal-hal terlarang. Sebut saja untuk narkoba, minuman keras, perzinaan, pornografi, dan lain sebagainya.
3. Anak Mampu untuk Menunda Kesenangan
Dengan uang saku terbatas anak bakal dilatih menunda kesenangan. Untuk mendapatkan hal-hal yang jadi impian mereka harus menahan dulu sambil mengumpulkan (menabung). Mereka juga akan sadar diri bahwa kehidupan anak dan remaja merupakan kehidupan kesederhanaan. Lebih penting untuk fokus belajar ilmu agama dan umum.
Sungguh tak elok usia anak sekolah sudah memiliki barang-barang bermerk. Sungguh tak wajar juga seorang anak sekolah nongkrong di tempat-tempat orang dewasa biasa kumpul. Di mana itu juga butuh uang lebih untuk menikmatinya. Lebih baik mereka menahan diri dulu. Kelak saat dewasa tiba mereka juga bakal mendapatkannya.
4. Melatih Anak Terampil dalam Perencanaan Keuangan
Anak harus sadar bahwa uang itu tidak mudah untuk mendapatkannya. Bahkan, ketika meminta dan memelas pada orang tua pun belum tentu bakal dikasih. Dengan kesadaran tersebut anak jadi lebih peduli tentang pentingnya merencanakan pemasukan dan pengeluaran uang. Kapan dan berapa uang diterima serta kapan dan untuk apa saja dikeluarkan.
|
Ilustrasi anak sedang melakukan perencanaan keuangan (sumber gambar) |
Tatkala anak sudah terbiasa mengelola uang sedari awal membuat mereka juga terbiasa untuk merencanakan kehidupan. Di saat dewasa nanti mereka mampu merencanakan kapan beli kendaraan, kapan beli rumah, kapan beli tanah, dan kapan akan berinvestasi. Mereka mampu mengukur penghasilan diri dengan impian yang diidamkan.
5. Melatih Anak Hidup Mandiri
Latihan hidup mandiri bukan harus bekerja sendiri. Malah untuk anak-anak pelatihan hidup mandiri cukup dengan terbiasa hidup sederhana. Supaya mereka sadar bahwa uang itu sulit didapatkan. Alhasil, mereka bakal mempersiapkan sedari dini secara tidak langsung (bawah sadar) untuk bertekad mampu bekerja menghasilkan uang.
Segala pemberian uang saku dan fasilitias yang diberikan orang tua tanpa batas membuat anak termanjakkan. Pikiran mereka jadi terkontaminasi. Gaya hidupnya juga hanya untuk jangka pendek, pragmatis (instan), dan hedonis (hura-hura). Jangankan untuk hidup mandiri, di benak mereka yang ada hanya tinggal menerima warisan harta dari orang tua untuk dinikmati dan diteruskan usahanya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Alasan Penting Beri Uang Saku Terbatas pada Anak SD Hingga SMA"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*