Setiap orang yang unjuk diri dan menampilkan sesuatu yang diraih ataupun dimiliki pada media sosial kerapkali disebut pamer. Terutama untuk masalah-masalah duniawi yang hedon seperti uang, kendaraan, ponsel, berwisata, makan di tempat mewah, hingga gaya hidup lain. Apapun niat si pengunggah ingin "unjuk diri" selalu dikatai sebagai pamer.
Banjirembun.com
Padahal belum tentu orang yang disangka suka pamer tersebut punya niat buruk. Misalkan ingin menyombongkan diri maupun merendahkan atau meremehkan teman di media sosial. Bisa jadi ada hal positif yang jadi tujuannya. Sebut saja untuk memotivasi diri maupun orang lain, promosi diri, dan sebatas ingin memberi kabar baik bagi sesama.
Perlu diketahui. Bagi sebagian orang yang sering pamer di media sosial kadang ada yang ingin membangkitkan motivasi diri. Contohnya menunjukkan pendapatan bulanannya di media sosial. Baik berupa transferan dari mitra/kolega maupun simpanan uang di bank. Dengan memamerkannya ia jadi lebih semangat untuk mempertahankan bahkan meningkatkan.
Baca: Kesal Lihat Teman Pamer di Medsos? Pahami Dulu Apa Tujuan Mulianya
Sayangnya, masih banyak orang yang menyalahpahami. Entah itu belagak bego atau memang bego beneran. Ditambah lagi sifat kepribadiannya mudah iri, dengki, atau syirik sehingga hatinya tertutup. Akhirnya kata-kata yang keluar dari ketikan jari dan mulut jadi liar tak terkendali. Menyerang begitu agresif orang yang lebih unggul darinya.
Uniknya, ada juga orang yang suka pamer di dunia maya tapi saat di dunia nyata ia tampil begitu sederhana. Salah satu alasan orang lebih memilih untuk pamer di media sosial dari pada dunia "sebenarnya" karena sifat aslinya memang sederhana. Dirinya tak pandai bersandiwara atau pura-pura guna mengatur mimik wajah untuk keberhasilan aksi pamernya.
Sebenarnya tak sedikit pengguna yang memfungsikan media sosial untuk pamer. Perbedaannya, ada yang pamer secara vulgar, terang-terangan, dan langsung tanpa tedeng aling. Ada pula yang dilakukan secara elegan. Kelihatannya tidak pamer tapi intinya sama saja. Yakni, ingin menunjukkan sesuatu yang telah diraih atau dimiliki.
Agar lebih spesifik, berikut ini dipaparkan 5 alasan mengapa orang sering pamer di media sosial. Tidak selalu berkonotasi buruk.
1. Ingin Mendapat Pengakuan
Pada dasarnya manusia butuh pengakuan dari orang lain. Ketika ia tidak dapat pengakuan berarti ia akan tersingkirkan dari komunitas. Baik secara langsung tanpa basa-basi maupun dengan pelan-pelan. Atas dasar itulah ia ingin menunjukkan sesuatu yang dipunyai. Supaya ia juga dapat sejajar dan pantas berdampingan dengan orang lain.
Menurutnya dengan menunjukkan prestasi, capaian, maupun apa-apa yang dimiliki bakal membuat orang lain mengakui kehebatan dan kesuksesannya. Banyak alasan orang butuh pengakuan. Lebih lengkapnya silakan baca pada tulisan kami berjudul "Mengapa Manusia butuh Pengakuan? Ternyata Inilah Alasannya". Di sana kalian bakal dapat jawaban.
2. Membalas Rasa Malu dan Trauma di Masa Silam
Ketika di masa lalu seseorang merasa diremehkan atau direndahkan karena dianggap hidupnya tak berguna, maka jangan heran ketika saat punya capaian bakal balas dendam. Ia ingin membuktikan pada orang-orang di masa silam bahwa nasibnya telah berubah. Apa yang mereka katakan terbukti bisa dijawab dengan sesuatu "wah" yang sudah dimiliki.
Rasa malu dan trauma di masa lalu membuatnya jadi bertekad untuk mencapai kesuksesan. Sayangnya, tujuan kesuksesan itu sungguh sempit. Yakni, hanya ingin unjuk diri pada orang-orang yang telah mempermalukan dan bikin trauma di masa lalu. Seharusnya kesuksesan yang diraih bukan untuk maksud sesempit itu. Melainkan memang murni butuh sukses untuk menjadi manusia yang punya nilai (berarti).
3. Menyembunyikan Kelemahan Diri
Setiap manusia pasti punya kelemahan. Hal apes yang terjadi ketika kelemahan tersebut lebih dominan, menonjol, dan lebih diketahui publik. Adapun kelebihan yang dimiliki justru tidak terlihat. Alasannya mungkin karena profesi yang dijalani. Contoh, seorang pakar Blogger yang berpenghasilan 11 juta perbulan masih kalah "mencolok" dibanding jadi Dosen bergaji 2 juta.
Mereka mengira bahwa menjadi Blogger itu mudah. Tidak perlu mikir, tak usah baca-baca, dan tak butuh keterampilan khusus seperti halnya dosen profesional. Hal itu salah besar. Seorang Blogger handal mungkin memang tak bisa jadi dosen ideal. Namun, Blogger juga bisa menjadi manusia bermanfaat. Memiliki jumlah "mahasiswa" jauh lebih banyak.
4. Ingin Meraih Dukungan
Setiap orang punya pilihan hidup. Barangkali pilihan yang ditetapkan belum tentu diterima oleh orang lain. Mereka menganggap keputusan yang ia ambil merupakan sebuah kebodohan. Misalnya seorang Dosen yang telah lama berkarir, tinggal sedikit sudah besar potensi meraih tahap sertifikasi dosen. Hal sebaliknya justru ia memutuskan fokus jadi Blogger.
Mungkin banyak orang yang menyayangkan. Terutama tentu orang tua yang bersangkutan. Nah, supaya dapat dukungan dari orang sekitar langkah praktis yang dilakukan ialah menunjukkan "bukti" di media sosial. Serta merta ia memamerkan penghasilan yang dicapai. Ia berharap dengan orang lain tahu akan hal itu bakal mendapat dukungan dari mereka.
5. Ingin Menunjukkan Betapa Bahagia dan Indah Hidupnya
Badai pasti berlalu. Tak selamanya posisi harus berada di bawah. Diinjak dan tak dianggap. Orang suka pamer punya hasrat menunjukkan betapa hidupnya telah berubah. Kini ia telah bahagia. Bergelimang harta. Tak ada rasa khawatir dan cemas akan masa tua. Sebab, ia sudah mendapat "jaminan" pensiun yang nilainya tak sedikit.
Ilustrasi orang yang pamer kebahagiaan karena uang melimpah (sumber gambar) |
Mau beli barang mewah dan jalan-jalan berwisata tak lagi jadi masalah berat. Ketika mau sesuatu tinggal beli saja, tanpa pikir-pikir uang bakal habis. Orang yang suka pamer dengan tujuan seperti ini biasanya menyalahartikan makna bahagia. Ia mengira bahwa kebahagiaan hanya bisa ditebus dengan materi atau uang. Harta memang penting, tapi kebermaknaan atau nilai hidup jauh lebih utama.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Alasan Orang Sering Pamer di Media Sosial"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*