Memberi jawaban, membuat janji, dan mengambil keputusan untuk urusan penting tak boleh dilakukan secara emosional. Pastikan saat itu otak dalam keadaan waras dan terkontrol. Tidak boleh berkata dan bertindak ketika emosi sedang labil.
Banjirembun.com
Tatkala hati sedang marah, senang, dan sedih lebih baik menghindar dulu dari keramaian. Cari tempat yang tenang untuk kontemplasi. Jangan sampai kalian keceplosan dengan berkata yang tidak perlu. Apalagi bertindak gegabah.p. Sex. Seks.
Kemarahan, perasaan senang yang berlebihan, dan kesedihan hanyalah emosi sesaat. Sayangnya itu semua menyebabkan otak jadi tak rasional untuk sementara waktu. Serta jangkauan berfikirnya sempit dan hanya jangka pendek.
Tiga keadaan emosi di atas secara detail terangkum dalam penjabaran berikut.
1. Tak Boleh Memberi Jawaban Saat Marah
Sebenarnya tak hanya waktu marah semata orang dilarang memberi jawaban atas pertanyaan. Tatkala senang dan sedih pun sama. Namun, kemarahan mengakibatkan risiko lebih fatal dibanding keadaan emosi lain.
Ketika orang marah lantas gegabah memberi jawaban seringkali berbuah penyesalan dan kerugian. Bukan hanya bagi dia sendiri tapi pada orang yang "dimarahi". Saat semua reda mau menganulir/membatalkan tapi malu. Sudah terlanjur.
Misalnya seorang anak bertanya pada bapaknya. Minta izin mau pergi ke luar main bersama teman. Sebab ayahnya itu lagi emosi urusan kantor dengan enak menjawab "Tidak boleh di rumah saja!". Jawaban seperti itu tentu bikin sakit anak.
Seharusnya ayah itu bilang "Bentar ayah ke kamar dulu, tunggu 10 menit ya." Di dalam kamar ayah mengganti baju lalu berbaring sebentar untuk merenung. Setelah perasaan meluruh baru temui anak. "Iya enggak apa-apa, asal sebelum Maghrib sudah pulang ya..."
Hal di atas merupakan kasus kecil. Ada hal lain yang tak kalah penting yang membuat orang harus menahan untuk merespon atau menanggapi pernyataan dan pertanyaan orang lain yang bikin naik pitam. Contohnya "konflik" di grup Whatsapp atau media sosial lain. Ingat jangan terpancing.
Banjir Embun
2. Tak Boleh Memberi Janji Ketika Senang
Perasaan senang berlebihan atau euforia juga tak kalah bahaya dengan jenis emosi lain. Biasanya orang yang dalam keadaan senang menjadi lebih murah hati dan "gampangan". Itu lantaran salah satunya sebagai wujud rasa syukur.
Waktu keluarga, tetangga, teman, atau orang lain minta tolong sangat ringan tangan. Bahkan tanpa diminta pun orang yang sedang mengalami senang seringkali memberi. Baik itu pemberian berupa barang maupun dalam bentuk janji manis.
Misalnya saat mendapat pengumuman online telah diterima kuliah pada perguruan tinggi ternama. Serta merta girang lantas memberi janji pada teman-temannya bakal mentraktir di tempat makan berkelas. Tanpa sadar kondisi keuangan.
Saat waktu tiba, perasaan senang sudah mereda tapi janji masih menggantung di badan. Padahal hasrat mentraktir sudah tiada. Kalau sudah begitu menyesal jadinya. Apalagi ketika tak ada uang. Akhirnya harus putar otak cari utangan.
3. Tak Boleh Ambil Keputusan Tatkala Sedih
Orang yang dirundung sedih biasanya butuh sandaran, pembela, atau pendukung. Setiap keputusan yang diambil ketika sedih, salah satu tujuannya ingin memperoleh dukungan. Alih-alih negoisasi justru merendahkan diri.
Keputusan yang diambil tatkala sedih seringkali merugikan. Kesan membutuhkan dan perlu bantuan sangat terlihat. Bukannya dibantu malah dijerumuskan sehingga makin terpuruk. Akibatnya rasa sedih makin kalut dan mendalam.
Ketika rasa sedih mendera dicukupkan dengan menangis dan merenung di tempat sepi dan tenang seperti kamar. Namun, di keramaian dan di depan orang harus jaga image (jaim). Jika tak bisa maka lebih baik diam atau tinggalkan tempat itu.
Contoh saat seseorang mendapat bully atau perundungan tak boleh grusa-grusu mengambil tindakan. Dengan cara mengeluarkan kata-kata kasar atau sebalikanya menangis. Tetap cool/diam saja alias diucekin. Biar pem-bully jera sendiri.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jangan Berkata dan Bertindak Saat Emosi Seperti 3 Keadaan Ini"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*