Film televisi atau FTV adalah salah satu jenis film berdurasi pendek antara 120 hingga 180 menit yang diproduksi oleh rumah produksi atau stasiun televisi yang dikhususkan tayang di televisi. Dengan demikian film layar perak atau layar lebar yang ditayangkan ulang pada televisi bukanlah FTV.
Film televisi sendiri punya beragam jenis tidak hanya tentang percintaan semata. Di antara seperti kehidupan remaja, tragedi kehidupan, agama atau relegius, drama keluarga, komedi, dan lain-lain. Ada juga FTV yang isinya perpaduan beberapa dari itu atau bahkan kombinasi semuanya.
FTV memiliki efek negatif bagi penonton fanatiknya. Itu juga berlaku untuk FTV bertema religius. Sebab bukannya penonton tambah iman setelah menonton justru makin dangkal, rancu, dan bingung pemahamannya pada agama. Hal tersebut lantaran tidak diimbangi dengan belajar agama secara langsung bersama tokoh agama.
Seyogyanya tayangan film televisi disuguhkan bukan cuma untuk tujuan hiburan dan menyenangkan. Lebih dari itu harus memberikan nilai edukasi tentang moralitas, sopan santun, dan norma sosial lainnya. Jatuhnya, setelah menonton FTV banyak remaja yang malah jago pacaran daripada bersekolah.
Setidaknya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pernah menyatakan (tahun 2014) bahwa FTV dianggap meresahkan dan membahayakan pertumbuhan fisik maupun jiwa anak. Terutama yang paling terlihat mempengaruhi pola perilaku kekerasan yang dilakukan oleh anak.
Tak hanya itu KPI pada tahun 2014 juga pernah mencatat pelanggaran yang dilakukan pada tontonan FTV meliputi tindakan bullying (pendindasan, perisakan, perundungan, atau intimidasi), menampilkan kehidupan dan budaya sekolah yang tak sesuai etika pendidikan, perselingkuhan serta konflik rumah tangga yang ekstrim, dan lain-lain.
Diakui atau tidak tayangan TV telah merubah kehidupan sosial masyarakat. Sayangnya, kebanyakan pergeseran nilai-nilai sosial itu yang lebih banyak diterapkan ialah yang negatifnya. Itu satu dampak umum yang diketahui. Masih ada dampak buruk lainnya.
Dalam tulisan ini kita fokus pada masalah percintaan. Di antaranya dampak buruk kecanduan FTV dan Drama Korea bertemakan percintaan adalah sebagai berikut.
1. Terbawa Perasaan
Tidak ada salahnya ketika orang terbawa perasaan (baper). Namun, ketika baper itu terus semakin kuat dan berkelanjutan itu yang jadi bahaya. Lebih sensitif, mudah tersinggung, emosional, melankolis, dan sikap-sikap tak produktif lainnya. Bahkan kilasan FTV hingga terbawa sampai alam mimpi saat tidur. Tentu itu semua akan mengganggu aktivitas harian.
FTV maupun drama korea bisa jadi candu untuk tempat mencari hiburan. Ironisnya, tidak seperti narkotika yang juga merusak fisik pada kasus kecanduan FTV justru merusak mental. Mudah jatuh cinta dan mudah digombali oleh lawan jenis salah satunya.
2. Sikap yang tak realistis
Pecandu FTV dan drama korea gampang sekali halu (halusinasi). Punya harapan yang tinggi tapi sangat sulit jadi kenyataan. Berharap mendapat pasangan yang romantis, setia, kaya raya, tanggung jawab, bikin tertawa, dan lain-lain. Pokoknya super sempurna. Tentu itu hanyalah angan kosong. Sebab manusia sempurna hanya di film, tidak di dunia nyata.
Jangan juga berharap bakal mendapatkan momen yang pas persis seperti yang ada di film yang bikin dag-dig-dug. Sadarlah, semua peristiwa dan adegan di film hanyalah setting-an alias direkayasa. Jadi, kemungkinan terjadi sama seperti di dunia nyata hampir mustahil. Teguhkan hati bahwa FTV hanya dunia imajinasi.
Di film televisi pengkotak-kotakan karakter manusia sangat tegas. Yakni, hanya ada dua yaitu benar-salah dan hitam-putih. Di mana yang putih menghakimi atau menang dari yang hitam. Padahal dalam kehidupan nyata tidaklah seperti itu. Banyak karakter manusia lain yang bercorak abu-abu bahkan abstrak. Jadi, lebih baik berhati-hatilah dalam menilai.
3. Pendangkalan makna cinta
Ekspresi jatuh cinta pada film televisi maupun drama korea cenderung ditunjukkan secara vulgar. Cara berbusana para tokoh film cenderung memancing daya tarik seksual. Ditambah lagi cara mereka dalam bergandengan tangan, pelukan, saling tatap, hingga cium seperti layaknya suami istri. Sangat lebay dan alay.
Contoh judul FTV "Lapangan Parkir di Hati Kamu" |
Cinta hanya sebatas hubungan antara yang tampan dengan cantik dan yang kaya dengan yang tajir. Selain itu seakan juga mengajarkan tentang seseorang yang saling jatuh cinta harus pacaran dulu. Baru menikah. Bahkan tak jarang ada FTV yang menyajikan perasaan cinta salah satu tokoh yang mudah datang dan pergi begitu saja silih berganti.
4. Meniru perilaku dan karakter tokoh FTV
Tak harus artis terkenal yang dapat penggemar FTV jadikan idola. Siapapun tokoh di film yang dianggap bagus berakting dan jalan cerita cocok dengan suasana hati sudah cukup untuk tertarik padanya. Lebih parah gaya bicara, karakter, kepribadian, dan penampilan saat berperan di film ditiru pula.
Pola interaksi antar tokoh mulai dari pergaulan hingga pacaran dalam film dianggap sebagai hal yang sempurna. Layak untuk ditiru dan direka ulang dalam kehidupan nyata para penontonnya. Padahal itu hanyalah kesemuan (palsu) belaka. Lebih baik jadilah diri sendiri daripada harus meniru sesuatu yang mustahil jadi nyata.
5. Jadi jomblo akut
Bagi para pecandu FTV dan drama korea yang belum punya pasangan siap-siaplah menjalin jomblo berkepanjangan. Itu karena selain waktu yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dan mendapat jodoh malah habis untuk menonton. Pernikahan dianggap tidak lebih menyenangkan daripada menonton FTV.
Lebih-lebih lagi, bagi mereka yang suka pilih-pilih pasangan gara-gara ingin mendapat pasangan yang seperti di tokoh film televisi. Mereka lebih asyik berkhayal saja tanpa ada aksi nyata memantaskan diri untuk mendapat jodoh idaman. Tanpa sadar akhirnya umur sudah tidak lagi muda.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Dampak Buruk Kecanduan FTV dan Drama Korea Bertemakan Percintaan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*