Lebih utama mana, umat Islam yang miskin tapi bersabar atau umat Islam kaya yang bersyukur? Itu adalah pertanyaan yang jadi perdebatan tak berujung hingga sekarang. Jangankan ada titik temu, yang ada ujung-ujungnya saling mencari dalih masing-masing.
Baca: Lebih Utama Mana? Silakan Pilih: Jadi Orang Miskin yang Bersabar atau Orang Kaya yang Bersyukur
Lepas dari itu semua, kami akan membahas topik tulisan tentang pentingnya umat Islam harus kaya raya. Di mana, itu sesungguhnya banyak keutamaan. Dengan menjadi orang kaya, beribu hal yang bisa dilakukan. Memiliki keleluasaan, punya pengaruh, sampai jadi pemberi jalan keluar.
Titik tekan penting yang perlu diperhatikan, agar tak salah langkah bahwa kekayaan bukanlah tujuan. Melainkan alat untuk menuju kebahagiaan sejati yaitu kehidupan di surga. Serta, bukan berarti dengan berusaha menjadi kaya raya harus menggunakan berbagai cara.
Menjadi kaya memang bukanlah kewajiban. Sebaliknya menjadi miskin juga bukan suatu hal yang berdosa. Bukan kadar harta yang jadi ukuran bagi umat Islam. Melainkan ketaqwaan pada Allah yang menjadi pembeda. Namun, muslim bertaqwa yang kaya raya tetaplah lebih unggul.
Berikut ini alasan mengapa umat Islam Indonesia harus kaya raya.
1. Untuk Menghormati Ulama, Kiai, Ustadz, dan Tamu
Islam mengajarkan pengikutnya untuk menghormati orang-orang alim atau berilmu. Pun, ditekankan untuk memuliakan tamu yang datang ke rumah. Tentu penghormatan itu tidak hanya cukup dengan basa-basi dan sopan santun perilaku semata. Butuh hal lebih, yang tentunya perlu uang.
Masjid Istiqlal Indonesia (sumber gambar) |
2. Untuk Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf
Masih banyak umat Islam miskin. Bahkan di antara mereka masih memiliki iman yang lemah. Sangat berisiko untuk jadi murtad atau setidaknya jadi antipati pada Islam. Mereka tidak hanya butuh diceramahi dan didampingi. Lebih dari itu mereka butuh hidup layak dan sejahtera untuk menjadi manusia.
Tak hanya itu, untuk membangun madrasah dan pondok pesantren tidak cukup mengandalkan bantuan pemerintah. Barangkali tanah dan gedung sudah dipunya. Akan tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan ke depannya masih memerlukan dana yang tak sedikit.
Zakat, infaq, sedekah, dan wakaf merupakan salah satu tulang punggung ekonomi umat Islam. Ketika banyak orang kaya yang mau melaksanakan itu sesuai kemampuan, tak mustahil perekonomian berada di tangan orang benar. Apabila peredaran uang di tangan orang baik maka akan baik pula masyarakatnya.
3. Untuk Memudahkan Melaksanakan Ibadah
Tak ada salah umat Islam jadi sopir. Sayangnya, tatkala ia punya majikan yang fasik tentu ibadahnya akan sulit. Misalnya akan pamit untuk salat Jumat. Namun, si juragan memaksa untuk tetap menyopir. Lalu apa yang bisa diperbuat sang sopir? Iya, kalau sekali dua kali. Kalau selalu seperti itu sungguh rugi.
Ada sejumlah ibadah mahdah (yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya) dan ghairu mahdoh lain yang bisa jadi contoh. Misalnya untuk menyembelih hewan kurban, umrah, dan haji juga butuh uang. Untuk menuntut ilmu, menjadi pemimpin, dan menghidupkan organisasi keagamaan juga butuh uang.
Dengan harta yang cukup umat Islam jadi lebih leluasa dalam memilih makanan yang halal dan baik. Dengan itu, hidup mereka akan jauh lebih sehat dan berkah sehingga dapat beribadah dengan optimal. Pelit pada orang lain saja tidak dianjurkan, apalagi pelit pada diri sendiri.
4. Untuk Membuat Kebijakan yang Islami
Masih saja ada karyawan di perusahaan atau tempat kerja lain yang dilarang ibadah. Seandainya pemilik perusahaan atau tempat kerja itu pengikut Islam yang taat, tentu kebijakan yang diberikan jauh lebih islami. Bikin adem atau bahkan makin membuat iman karyawannya makin kuat.
Orang kaya di desa atau kelurahan juga punya pengaruh dan wibawa tersendiri. Lebih-lebih bagi mereka yang dermawan atau murah hati untuk sering berbagi demi kemaslahatan masyarakat. Saran dan anjuran mereka akan didengar saat ada musyawarah atau rapat.
Posisi strategis baik formal maupun non formal sangat penting bagi umat Islam. Walau tidak bisa membuat keputusan yang hanya menguntungkan bagi umat Islam. Paling tidak, sudah mampu mencegah keputusan-keputusan lain yang merusak. Dengan itu, berbagai kebijakan yang diambil tak membahayakan bagi aqidah maupun kepentingan umat Islam.
5. Untuk Kesejahteraan Keluarga
Betapa nelangsa ketika anak menangis tapi dikasih susu cuma sedikit. Justru campuran airnya lebih banyak. Betapa miris ketika anak minta dibelikan al Quran digital khusus untuk belajar dan menghafal tapi tak ada dana. Semua itu hanya sekelumit permasalahan yang sering terjadi pada orang miskin.
Lebih bahagia mana, hidup bersama keluarga penuh cinta dengan berbagai fasilitas cukup dan mumpuni atau hidup bersama penuh cinta tapi semua serba terbatas? Tentu jawaban mayoritas lebih memilih yang pertama. Sebab naluri manusia umumnya memang suka kemudahan.
Memberikan tinggalan harta waris yang layak bagi anak juga perlu. Jangan sampai setelah meninggal, orang tua tak punya amal jariyah berupa doa dari anak-anaknya. Alasannya sepele. Yakni, karena anaknya terlalu sibuk untuk mencari uang di tengah sulitnya kehidupan.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Alasan Umat Islam Indonesia Harus Kaya Raya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*