Seorang sopir taksi online merasa bahagia. Terang saja yang jadi penumpang dia ialah Ustadz muda terkenal di daerahnya. Apalagi saat itu tokoh agama tersebut sedang punya waktu agak luang. Jadi si sopir bisa curi-curi kesempatan untuk curhat.
Banjirembun.com
Setelah Ustadz mengawali dengan pembicaraan lalu diteruskan dengan obrolan ringan, tiba saatnya sopir ingin mengutarakan kegelisahan hati. Dengan nada rendah dan hati-hati ia mengungkapkan seperti ini.
"Ustadz, mengapa ya saya terus-menerus terkena masalah dan selalu tidak beruntung. Saya sudah berupaya ganti berbagai cara untuk mendapatkan uang. Mulai dari freelance (tenaga lepas), kerja kantoran, wirausaha, hingga kini jadi sopir online. Semuanya sulit mendapat penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan."
Ustadz tersebut terdiam sambil mendengarkan keluhan sopir. Beliau tahu kapan saat bicara dan kapan saat mendengarkan. Seakan diberi kesempatan bicara sopir tersebut terus melanjutkan uneg-ugennya.
"Saya narik seperti ini hasilnya pas-pasan. Pesanan sepi, dapat penumpang susah. Padahal banyak cicilan-cicilan yang harus sayang bayar. Belum lagi membiayai kebutuhan anak yang masih bayi dan mulai masuk sekolah."
"Saya sudah bosan dengan hidup yang terus-terusan seperti ini. Tak dapat menikmatinya. Terasa hambar dan tak tentu arahnya. Saya jenuh dan capek Ustadz. Saya menginginkan ketenangan, kebahagiaan, dan keberuntungan tapi kenapa susah Ustadz?"
Terlihat sudah berhenti curhatan dari sopir, Ustadz yang juga sudah menikah dan masih punya satu anak bayi itu menanggapi "Mungkin saja Tuhan lebih jenuh pada bapak... ha ha " sambil tertawa menggoda untuk menyindir.
Banjir Embun
Dengan penuh kenekatan dan menepis rasa malu, sopir itu bertanya kembali "Maksudnya bagaimana Ustadz? Apa salah saya pada Tuhan? Saya tidak berbuat dosa besar dan tidak aneh-aneh. Walau saya akui saya pas-pasan dalam ibadah. Kadang malah lengah."
Ustadz bertutur "Jangkankan Tuhan, mungkin malaikat rahmat penyalur rizki juga bosan mencari bapak. Sudah dicari ke berbagai tempat tapi tidak ditemukan."
Sopir ndablek dan bermental baja itu makin penasaran lalu bertanya "Maksudnya bagaimana Ustadz?"
Ustadz makin mantap memberi nasihat "Bapak dicari di kumpulan orang-orang sedekah tidak ada, dicari di Masjid usai azan juga tidak muncul, dicari di pagi hari waktu salat duha juga tidak terlihat, dicari pada golongan yang suka silaturahim juga tak ada dengan alasan sibuk, apalagi dicari pada kumpulan orang-orang umroh dan haji. Jangankan untuk melakukan keduanya. Berniat untuk menunaikannya saja tidak."
Mental baja sopir langsung runtuh seketika. Sekat-sekat penutup hati langsung rontok begitu saja. Ia agak menunduk sambil terdiam karena tak tahu harus bicara apa.
Ustadz juga terdiam untuk memberi kesempatan sopir merenung atau berefleksi. Lantas diteruskan dengan tuntunan beliau untuk bertobat "Beristighfarlah Bapak, tobat segera. Bukan hanya untuk memperlancar rizqi dan bikin hati bapak tenang, tapi juga karena Allah senantiasa memberi kesempatan hamba-Nya untuk bertaubat. Allah bakal seneng tahu hambanya tobat."
Tiba-tiba sopir itu menangis sejadi-jadinya sambil berucap "Astagfirullah, saya taubat Ustadz, saya tak ingin lagi mengabaikan perintah Allah. Saya tidak akan lagi menyepelekan hal-hal yang seharusnya jadi prioritas di kehidupan."
TAMAT
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Gusti Pangeran Sudah Jenuh dan Capek Mengurusi Kalian"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*