Ada sebuah kisah nyata. Seorang majikan di Arab Saudi memiliki Asisten Rumah Tangga (ART) dari Indonesia. Tenaga Kerja Wanita (TKW) tersebut baru saja tiba di negeri padang pasir. Tentunya juga ada kadal gurunnya. Itu adalah pengalaman pertamanya kerja di luar negeri.
Pada tiga hari sebelum kedatangan ART-nya, majikan TKW yang seorang ibu itu mengalami nasib naas. Ia divonis oleh dokter harus operasi kanker yang terakhir. Di mana, akan dilakukan sebulan lagi. Kalau tidak berhasil maka akan mati. Kalaupun tidak operasi juga tetap meninggal.
Secara medis, kemungkinan harapan untuk sembuh hanya 10%. Artinya, 90% sisanya diprediksi kehilangan nyawa. Dengan bahasa lain, sama saja dokter memberikan vonis mati padanya. Upaya operasi terakhir sebulan lagi hanya sebuah ikhtiar. Sebuah usaha untuk menjemput keberuntungan.
Singkat cerita, setelah sepekan asisten rumah tangga itu bekerja ternyata majikannya merasa puas. Namun, ada hal aneh yang membuat tuan rumah keheranan. Perilaku ART-nya setiap hari bikin curiga. Sang majikan mau bertanya pun masih merasa tak enak. Sebab masih tergolong baru dan perlu saling memahami.
Setiap kali usai menuntaskan pekerjaannya TKW itu selalu ke kamar mandi. Nah, hal yang bikin penasaran setiap kali ia masuk ke sana lama sekali. Ditunggu-tunggu tidak keluar juga. Menunggu bukan untuk disuruh bekerja. Tapi ditunggu karena ada rasa keingintahuan dari sang majikan.
Tak tahan memendam kecurigaan, majikan yang seorang ibu-ibu itu akhirnya memutuskan bertanya. Dengan terus terang ia bertanya pada ART-nya "Maaf saya mau tanya, kenapa setiap kamu masuk kamar mandi lama sekali? Ngapain?"
Bukannya memberi jawaban dari lisannya, asisten itu malah menangis tersedu. Tentu saja majikkannya makin bingung "Mengapa kamu menangis?"
Sambil meneteskan air mata karena diterpa kesedihan TKW tersebut bilang "Sebelum saya berangkat ke Saudi, dua belas hari sebelumnya saya baru saja melahirkan. Saya punya bayi di Indonesia. Seharusnya sekarang ini dia sedang saya susui. Saya terpaksa meninggalkannya karena kebutuhan ekonomi. Adapun saat di kamar mandi saya keluarin air susu saya. Sebab kalau tidak dikeluarkan payudara saya sakit."
Setelah beberapa saat kemudian majikan itu berpesan pada ART-nya "Ini uang kamu ambil. Besok kamu saya belikan tiket untuk ke Indonesia. Terimalah uang gajimu selama dua tahun ini. Anggap saja kamu telah kerja 2 tahun di sini."
TKW bilang "Tidak apa-apakah Ibu?"
Majikan memantapkan "Iya, tentu tidak apa-apa ini untukmu. Anakmu lebih penting daripada diriku."
ART itu merasa ada jalan keluar. Ia merasa bersyukur sembari berkata "Terima kasih banyak."
Sang majikan merespon sembari untuk menepis kemungkinan rasa khawatir dari asistennya tentang betapa sulitnya cari majikan lagi di Saudi "Kalau seandainya setelah dua tahun kamu berfikir untuk kembali ke sini tidak apa-apa. Ini catat nomor hp saya."
Semenjak asisten itu pulang ke Indonesia, sang majikan merasa terharu. Hari-harinya dipenuhi dengan rasa lega akibat tangisan pasrah yang menghiasi sisa-sisa harinya. Ia merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk bersedekah dengan tepat menjelang akhir hidup.
Tiba saatnya operasi kanker terakhir yang harus dilakukannya sudah di depan mata. Ketika akan dilakukan operasi, dokter melakukan pengecekan. Sungguh rasa takjub luar biasa menghampiri dokter. Ia bertanya penuh keseriusan "Kamu berobat ke mana sebulan ini?"
Penuh tanda tanya ia menjawab "Saya tidak berobat ke manapun selama sebulan terakhir."
Dokter menegaskan "Kamu tahu tidak? Kankermu sudah tidak ada. Jangankan gumpalan, akarnya pun sudah lenyap total tanpa jejak. Ini mustahil secara medis"
Ia menjawab dan menjelaskan semua peristiwa yang dialami sambil berkaca "Kalau apa yang dokter katakan benar, sungguh ini berkat wasilah sedekah saya. Saya telah bersedekah pada...." Ibu-ibu itu menceritakan semua.
Dokter itu sontak saja meneteskan air mata menunjukkan rasa pasrah pada Allah karena telah membukakan mata hatinya. Sadar bahwa kesembuhan sebuah penyakit bukan di tangan dokter tapi semua atas kehendak-Nya.
Disclaimer: Ini adalah cerita nyata yang sudah terkenal di Riyadh, Arab Saudi. Dikisahkan oleh salah satu tokoh agama pada ceramah beliau. Kami tulis ulang dengan sedikit mengalami perubahan redaksi. Namun, itu tidak mengubah alur cerita dan kandungan nilai di dalamnya.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cerita Nyata: Gara-gara Memeras ASI, TKW di Arab Saudi ini Dapat Gaji Buta Selama 2 Tahun"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*