Urusan kantor dengan permasalahan bidang lain harus dibedakan. Tidak boleh dibicarakan pada tempat kerja. Termasuk masalah rumah tangga, pandangan politik, mazhab dalam beragama, topik sensitif, hingga kelamnya kehidupan di masa lalu.
Banjirembun.com
Orang cerdas tidak akan menceritakan sesuatu yang membuat karirnya terjegal, terganjal, atau terhambat. Ia bakal senantiasa hati-hati dalam berucap. Tidak seperti dulu saat masih sekolah dan kuliah yang bicara blak-blakan tanpa rem kendali.
Bagi orang smart, menjaga reputasi diri merupakan hal utama dan penting. Ia bakal sanggup untuk bersikap kuat, profesional, dan konsisten dalam menjaga nama baiknya. Tidak akan membocorkan privasi diri pada teman kerja maupun atasan.
Untuk bisa sukses dalam dunia kerja seseorang mesti menghilangkan terjadinya konflik, ketidaknyamanan, dan perbuatan tabu. Meski tidak bisa atau tidak sempat menjalin kedekatan dengan rekan kerja, paling tidak mampu mencegah kegaduhan.
Teman di dunia kerja sangat beda dengan teman di luar sana yang khusus untuk senang-senang. Lebih-lebih bila teman kerja itu baru dikenal saat masuk kerja. Walau namanya teman, suasana persaingan dan kompetisi tetap ada yang suatu saat dapat bergejolak.
Ilustrasi pegawai kantor (sumber gambar) |
Nah, apa saja sih topik percakapan yang tak boleh diceritakan di tempat kerja? Simak baik-baik 7 ulasan berikut ini.
1. Capaian atau Prestasi
Seseorang kadang memang butuh pengakuan pada sekitar. Namun, caranya bukan dengan menceritakan kelebihan sendiri. Niat baik untuk "promosi" diri itu belum tentu akan ditanggapi positif bagi yang lain. Justru akan dikira menyombongkan diri.
Berlomba-lomba dalam kebaikan itu memang baik. Namun, perlombaan itu dilakukan saat sama-sama masih berjuang mencapai sesuatu. Ketika tahapan tertentu sudah berhasil digapai maka berlomba-lombalah pada orang yang selevel. Bukan pada orang yang lebih bawah.
Tak hanya soal capaian pekerjaan. Kalian mungkin punya penghasilan lebih dari hasil kerja sampingan. Itu juga tak patut untuk ditonjolkan atau diumbar. Hal itu bukannya akan dapat pujian, malah menimbulkan kecemburuan atau rasa iri sehingga meretakkan hubungan.
Gaji, bonus, atau pemberian insentif yang diterima dari perusahaan atau kantor tidak perlu dibocorkan pada teman kerja. Orang tua atau pasangan kalian mungkin senang dan bangga atas penerimaan itu, tapi itu tidak berlaku bagi kebanyakan rekan kalian.
2. Rasa Muak pada Pekerjaan
Rasa benci dan keluhan kalian pada pekerjaan yang menumpuk tidak usah dicurhatkan di tempat kerja. Sebab banyak mata dan kuping yang memantau setiap saat yang menungggu dan siap-siap menyebarkan aib kalian tersebut. Tentu setelah itu, komitmen dan tanggung jawab kalian akan diragukan.
Permasalahan kerja harus diselesaikan dengan otak, bukan hati. Tak perlu menceritakan masalah emosi, perasaan, dan isi hati terkait pekerjaan dengan cara menjelek-jelekkan perusahaan. Melainkan yang harus dilakukan ialah mencari jalan keluar agar bagaimana rasa muak pada pekerjaan bisa hilang.
Kalau memang harus risegn (mengundurkan diri) jalan terbaik yang harus ditempuh maka lakukan dengan baik-baik dan penuh kejantanan. Perlu diingit, saat sebelum keluar dari pekerjaan tetap tidak boleh menceritakan keburukan tempat kerja. Sebab, selain tak ada gunanya juga bakal membuat buruk catatan karir kalian.
3. Visi dan Misi Pribadi
Visi dan misi perusahaan memang harus dijunjung dan justru harus diomongkan. Akan tetapi, visi dan misi pribadi dalam bekerja harus disimpan rapat-rapat. Begitu pula visi dan misi kehidupan masa depan kalian. Hal-hal pribadi apa yang ingin dicapai tak perlu disebarluaskan.
Mungkin maksud kalian menceritakan visi dan misi pribadi itu agar orang lain tidak menghalangi atau syukur-syukur mendoakan hingga ikut membantu. Namun, bukannya itu yang kalian dapat. Malah itu akan membuat teman kerja sekaligus kompetitor tahu hal apa yang harus dilakukan untuk menyaingi kalian.
Membiarkan orang lain tahu kalian sedang mencari lowongan pekerjaan baru juga merupakan tindakan bunuh diri. Kalian akan kehilangan dukungan dan ditinggalkan teman karena dianggap tidak ada solidaritas lagi. Kalian tidak akan diperhitungkan lagi. Serta diberi pekerjaan remeh dan kecil.
Sebaiknya, sebelum benar-benar mendapat pekerjaan baru yang dianggap cocok dan memadai jangan menceritakan lebih dulu. Setelah pasti mendapat gantinya baru berpamitan baik-baik. Sambil meminta maaf atas salah selama bekerja dan karena mendadak risegn.
4. Urusan Rumah Tangga
Sedang ribut dengan pasangan, anak, atau orang tua tak perlu disampaikan pada teman kerja. Bukan hanya karena yang dicurhati itu merasa risih karena ikut dibebani dari cerita kalian itu. Melainkan juga barangkali dia juga punya masalah lain yang jauh lebih pelik.
Tak hanya itu, permasalahan ranjang dengan pasangan juga tak perlu diekspos. Misalnya belum punya anak, tidak puas, ada kelainan, atau semacamnya. Itu bikin ilfeel. Bisa pula orang yang kalian curhati itu mengalami hal sama sehingga bikin tersinggung.
Teman kerja cukup tahu kalian sedang lajang atau sudah menikah. Tidak lebih dari itu. Tak usah menceritakan tentang anak (jumlah, sekolah, dan jenis kelamin), pasangan (asal usul, hoby, pekerjaan, hingga kelemahan dan kejelekannya), apalagi konflik kalian dengan keluarga.
5. Pandangan Politik
Menyuarakan pandangan politik baik secara vulgar maupun sembunyi-sembunyi di dunia kerja merupakan tindakan tak profesional. Urusan pilihan ideologi politik, partai, kepala negara, kepala daerah, maupun kepala desa harus disimpan rapat.
Tak menutup kemungkinan ada rekan kerja yang berprinsip kuat dan fanatik pada pilihan politik tertentu. Akibatnya, baginya urusan politik bukan hanya hal yang sensitif dan tabu untuk dibicarakan tapi sesuatu bagian tak terpisah dari hidup. Ketika diusik atau ditentang tentu bakal tak terima.
Sebaiknya pula tak usah membicarakan politik pada rekan yang memiliki "aliran" politik sama. Sebab bisa jadi kelak ia akan keluar haluan untuk berlabuh pada pilihan lain. Lebih parahnya lagi dia hanya berkamuflase (jadi bunglon). Kalau sudah begitu kalian bakal kecewa sendiri.
6. Pilihan Mazhab atau Aliran Agama
Walau sesama agama bisa jadi mazhabnya (golongan pandangan) berbeda. Perbedaan itu merupakan hal sensitif bahkan tingkatnya hampir menyamai beda dalam agama secara luas. Oleh sebab itu, saling menghormati dengan cara tidak membicarakan urusan agama di tempat kerja jadi cara bijak.
Kalian mungkin dibebaskan beribadah dan memakai simbol-simbol keagamaan atau mazhab tertentu di kantor. Namun, bukan berarti kalian diizinkan untuk menyuarakan pandangan mazhab agama tersebut. Sebab, niat baik untuk berdakwah saja tak cukup. Kalian harus tahu dan menerapkan strategi dan taktiknya.
7. Kelamnya Kehidupan Masa Lalu
Setiap orang pasti punya dosa dan kesalahan. Terlepas dari besar atau kecilnya semua pernah melaluinya hingga mati. Oleh sebab itu kesalahan, kebrutalan, atau keliaran di masa lalu tak perlu diumbar. Bisa jadi orang yang kalian ceritai punya sejarah hidup lebih hitam.
Sebaik-baiknya orang bertaubat yang tidak populer seperti ustadz atau tokoh agama tidak akan mudah diterima begitu saja di tengah masyarakat. Apalagi bila perbuatan tercela itu fatal dan merugikan orang lain. Seperti korupsi, mencuri, berbuat curang, hingga memanipulasi dokumen.
Banjir Embun
Atasan maupun teman kerja kalian belum tentu akan menerima "penyesalan" itu. Bukannya dapat support untuk lebih baik kalian akan kehilangan kepercayaan dan kesempatan berkembang. Mereka akan ragu untuk memberi kalian jadi koordinator tim atau menduduki promosi jabatan tertentu.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "7 Hal yang Tak Akan Dibocorkan Orang Smart pada Rekan Kerja"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*