Tokoh besar sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy'ari telah berpesan pada umat. Yakni, tentang pentingnya menjaga persatuan umat. Bahkan beliau menegaskan bahwa perselisihan dan pertikaian merupakan bentuk kejahatan besar.
Kiai Hasyim Asyari berwasiat "Jangan jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja."
Dawuh (perintah) beliau terkait kesatuan umat bukanlah tanpa dasar. Sebab, ukhuwah Islamiyah (ikatan persaudaraan sesama muslim) merupakan perwujudan kuatnya suatu iman. Tidaklah sempurna iman tatkala masih jadi pemicu pertengkaran antar golongan umat Islam.
Hubungan persaudaraan yang dilandaskan agama Islam seharusnya melebihi hubungan "persaudaraan" dalam organisasi, mazhab, suku, ras, dan jenis perbedaan lainnya. Dengan begitu, orang yang memiliki jiwa solidaritas Islam tinggi akan lebih mengutamakan Islam daripada organisasi.
Rasul telah memberikan contoh bagaimana beliau mempersatukan kaum Muhajirin dari Makkah dan kaum Ansor dari Madinah di atas fanatik suku, ego asal usul, dan strata sosial. Semua hal yang membedakan itu disetarakan di bawah nauangan ukhuwah islamiyah.
Konsep tentang persatuan umat Islam memang banyak. Namun, untuk 'mewujudkannya ternyata tak mudah. Hanya orang-orang yang berhati besar, tidak egois, mencintai Islam serta pemeluknya, dan tak memiliki kefanatikan kelompok yang mampu melakukan.
Bagi yang merasa tidak mampu untuk membumikan ukhuwah Islamiyah jangan berkecil hati. Kalau kalian merasa tidak ada daya mempersatukan umat, paling tidak tinggalkan hal-hal yang dapat merusak ukhuwah Islamiyah. Hindari memprovokasi, mengkompori, dan berkata yang bikin gaduh.
Salah satu faktor ikatan persatuan muslim bisa runtuh ialah hilangnya rasa cinta dan kasih sayang pada sesama muslim. Padahal, ketika seseorang sudah cinta dan sayang walau terjadi perbedaan pendapat, pilihan politik, organisasi, dan lain sebagainya tidak akan meretakkan suatu hubungan.
Sungguh aneh bila ada umat Islam yang justru hanya berlemah lembut pada kaum munafik, kafir harbi, dan fasik yang jelas-jelas memusuhi Islam. Akan tetapi malah bersikap keras terhadap sesama muslim yang berseberangan terhadap hal yang tak pokok dan hanya terkait masalah muamalah (dunia) dengannya.
Bukankah di dalam al Quran Surat al Fath ayat 29 telah menjelaskan yang redaksinya sebagai berikut:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا - ٢٩
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.
Sumber ayat dan terjemahan dari situs: https://quran.kemenag.go.id/sura/48
Wallahualam bissawab
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Wasiat Kiai Hasyim Asyari, Tokoh Sentral NU yang Layak Bergelar Ulama "Pemersatu Umat""
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*