Seseorang dikatakan wali atau tidak, bukan dari penilaian pribadi atau sebagian golongan. Seorang diketahui sebagai wali hanya terbatas kalangan yang menyadarinya. Yakni, cuma sesama wali atau kekasih Allahlah yang tahu. Mereka satu sama lain hidup dan berinteraksi di dunia "perwalian".
Untuk Mbah Moen (Kiai Maimoen Zubair) tak sedikit tokoh agama yang mengatakan beliau merupakan sosok wali. Selain karena keistiqomahan dan kealiman (keilmuan), ternyata beliau juga memiliki kisah ajaib. Tentu kisah di bawah ini hanya sebagian kecil dari karomah beliau. Masih banyak karomah beliau yang luput dari kebanyakan umat.
Di antara karomah Mbah Mun terurai sebagai berikut:
1. Memiliki penglihatan batin luar biasa (ilmu kasyaf)
Setiap harinya ndalem (kediaman) rumah Kiai Maimun Zubair tidak pernah sepi dari tamu yang sowan. Bahkan, para habib (habaib) juga tak jarang ikut bertamu. Termasuk saat dua habib dari marga Bin Syaikh Abu Bakar (BSA) dan marga Assegaf.
Baca: Kisah Wali Paidi Full PDF: Sang Waliyullah dari Jawa yang Lucu dan Penuh Hikmah
Mereka berdua berkunjung ke rumah Mbah Mun naik sepeda motor. Seperti biasa banyak tamu yang duduk lesehan di ruangan lebar rumah beliau. Lantas keduanya mengucapkan salam di depan pintu sebagai tanda meminta izin masuk. Banyak tamu yang merespon biasa (wajar).
Hingga pada saat Mbah Mun merespon sigap menyuruh mereka berdua mendekat para tamu mulai terpancing perhatiannya. Lantas beliau berkata "Antum as-Saqof (kamu bermarga As-Segaf)." Serta kepada habis satunya lagi "Antum BSA (Kamu bermarga Bin Syaikh Abu Bakar)."
Tentu saja salah satu habib itu terkaget-kaget dalam hatinya. Sebab dia belum pernah bertemu sebelumnya dengan Mbah Moen. Apalagi menceritakan jati dirinya pada beliau. Lantas salah satu dari habib memberanikan untuk bertanya "Mbah, bagaimana bisa tahu marga kami ini As-Segaf dan BSA?"
Mbah Moen langsung menjawab "Dilihat dari matanya saja sudah ketahuan."
Sebagai tamu spesial, Mbah Mun meminta pada mereka untuk masuk ke ruangan dalam. Mereka dijamu makan. Setelah selesai beliau meletakkan dua amplop di meja makan sambil berkata "Yik (panggilan untuk habaib), ini dua amplop, satu untuk bekal habib dan yang satunya untuk kebutuhan habib."
Semakin tambah terkejut kedua habib yang saling bersahab itu. Sebab ternyata isi amplop untuk kebutuhan sama persis dengan apa yang diperlukan oleh dua habib tersebut.
2. Dititipi pesan oleh Rasulullah lewat mimpi
Mbah Moen pernah didatangi Nabi Muhammad lewat mimpi. Menitipkan salah satu keturunan beliau (habib) untuk berguru (mondok) dengan Mbah Moen. Kisah ini diriwayatkan sendiri oleh al Habib Abdullah Zaky al-Kaff saat akan mondok ke Mbah Maimun Zuebair.
Habib Zaky diberi wejengan oleh pamannya agar tidak langsung memberi tahu ke Mbah Mun bahwa dia seorang habib (keturunan nabi). Pesan tersebut ia pegang kuat untuk dilakukan. Terbukti saat tiba di pondok, Mbah Moen bertanya "Nama kamu siapa?"
Habib menjawab dengan penuh mantap "Nama saya Zaky". Perlu diketahui wajah habib tersebut tidaklah kearab-araban seperti habib pada umumnya. Tentu saja, usai momen perkenalan selesai para santri beraktifitas normal lagi. Kembali ke bilik kamar masing-masing untuk istirahat ataupun belajar.
Pada suatu tengah malam, gotakan (kamar) yang dihuni habib Zaky beserta santri lainnya diketuk-ketuk. Sontak saja hampi seisi kamar terbangun. Tak dinyana ternyata yang mengetuk ialah Kiai Maimun Zubair. Santri yang terbangun jadi salah tingkah dan penuh tanda tanya.
Mbah Mun memberi penegasan pada orang di kamar itu "Mana yang namanya Zaky?... Kamu tidak mengaku ya kalau kamu masih zuriyah (keturunan) Rasul? Saya baru saja mimpi didatangi Nabi. Beliau perpesan pada saya untuk titip cucunya... Kalau kamu masih belum mengaku, pilih mana mondok di tempat saya atau keluar dari pondok saya?"
Baca: Kisah Hidup Waliyullah, Mati Terlindas Truk Sedot WC Gegara Menyalahi Ibunya
Sebagaimana diketahui, Mbah Moen merupakan sosok yang dikenal mencintai dan memuliakan keturunan nabi. Sebagai bentuk akhlak baik pada keturunan Rasul. Serta tentu bentuk memuliakan Rasul pula.
3. Keajaiban di seputar wafat Mbah Moen
Ada yang mengatakan Mbah Mun tahu kapan dan di mana beliau meninggal. Harapan beliau ialah meninggal di Makkah dan jatuh di hari Selasa. Semuanya terkabul. Sebelum meninggal beliau pernah memberi "pertanda" secara tersirat pada orang yang menemui di Makkah.
Berikut video tentang pesan dari Mbah Moen terkait keistimewaan meninggal hari Selasa:
Ada tamu yang menemui Mbah Moen di hotel tempat beliau bekmukim. Dia ingin tahu sampai kapan beliau menetap di Makkah. Agar orang lain yang masih ingin sowan bisa menyiapkan waktu dulu. Dia bertanya "Mbah, mohon maaf nanti di sini (Makkah) sampai kapan nggih?"
Mbah Mboen menjawab "Sampai tanggal 5". Si penanya kebingungan. Bagaimana di Makkah bisa sampai tanggal 5. Sedangkan ritual haji akan selesai dilakukan sampai tanggal belasan. Si penanya berpikir positif bahwa yang dimaksud sampai tanggal 5 ialah tinggal di dalam hotel yang sedang beliau tempati saat itu.
Tak cukup dengan hal di atas, saat di hari wafat alam sekitar seakan ikut menyambut. Mendung dan hujan turun di pagi hari saat beliau wafat. Padahal saat itu adalah musim kering atau kemarau. Akan tetapi tiba-tiba hujan turun saat Mbah Mun meninggal.
4. Nasi berkat tahlil 7 hari wafat tidak basi hingga jam 11 siang esok harinya
Bingkisan makanan yang dibagikan tadi semalam saat tahlil 7 hari Mbah Moen di Sarang tidak basi hingga jam 11 siang. Mulai dari nasi, ikan, daging, kue, dan lain-lain tidak ada penurunan kualitas. Kondisinya masih layak makan seperti saat dibagikan malam harinya.
5. Menghentikan hujan deras saat mengisi pengajian
Dalam situasi asyiknya para hadirin menikmati pengajian tak disangka hujan lebat tiba-tiba turun. Saking derasnya para pendengar mencari posisi yang aman agar tidak terguyur air. Di tengah kepanikan panitia pengajian dan segenap undangan, ternyata Mbah Mun menyikapi dengan tenang.
Mbah Maimun Zubair melantunkan doa yang diamini oleh para peserta pengajian. Hujan pun berhenti seketika, sehingga acara pengajian dilanjutkan hingga selesai. Waktu lima belas menit pertama yang terpotong hujan dilanjutkan hingga satu setengah jam kemudian.
6. Menaiki mobil tanpa bahan bakar
Suatu hari dikisahkan Mbah Moen sering ke Pasuruan menaiki mobil. Kendaraan itu sering terjadi kerusakan. Pada saat hendak pulang dari Pasuruan mobil mengalami kendala. Akhirnya terpaksa harus diampirkan dulu ke bengkel. Setiba di sana dan diperiksa montir hal aneh terjadi.
Tukang bengkel berkata "Ini mobil siapa?"
Sopir yang mengantarkan Mbah Mun menjawab "Ini mobilnya Kiai Maimun. Emangnya kenapa Pak?"
Montir itu menjelaskan sambil terheran-heran "Ini selang bahan bakarnya terlepas. Tidak nyambung antara tangki dengan mesin. Kok bisa mobilnya jalan."
7. Melipat waktu atau melipat bumi
Karomah semacam ini merupakan yang paling sering diceritakan dimiliki para wali. Yakni, mempersingkat waktu dan jarak tempuh menjadi lebih sedikit atau pendek. Dengan kemampuan tersebut, seorang wali bisa berpergian ke penjuru dunia manapun tanpa perlu khawatir tak cukup waktu.
Diceritakan oleh Kiai Fadlolan Musyaffa pada saat beliau masih kuliah di Universitas al Azhar, Kairo Mesir diminta tolong oleh Mbah Mun. Kiai Fadlolan disuruh menemani beliau ziarah ke makam Imam Syadzilli. Seorang tokoh ulama sekaligus keturuan Nabi yang wafat di Mesir.
Padahal sesuai dengan hitung-hitungan waktu antara jadwal terbang pesawat dengan jarak tempuh ke lokasi ziarah tidaklah cukup. Butuh waktu tambahan berjam-jam waktu untuk melaksanakan misi tersebut. Namun, nyatanya waktu tersebut mampu "dipangkas" oleh Mbah Mun.
8. Menyembuhkan sakit dengan air putih
Masih dikisahkan oleh Kiai Fadlolan saat mengantarkan beliau ke makam Imam Syadzili bahwa Mbah Mun dapat menyembuhkan penyakit dengan air tawar. Saat beliau mampir dan rombongan di rumah makan sederhana dimintai tolong pemiliknya untuk mendoakan air putih yang dibawa.
Ibu itu memohon pada beliau "Wahai syaikh, doakan suami saya, dia sedang sakit."
Setelah air didoakan beliau bertanya "Di mana suami ibu?"
Ibu itu mengantarkan Mbah Moen ke tempat suaminya. Beliau mengoleskan air yang telah didoakan itu ke suaminya. Akhirnya berangsur-angsur lelaki itu mulai lebih mendingan.
9. Amalan yang ampuh untuk penglaris dagang sapi
Ada kisah juragan sapi yang sedang mengalami krisis keuangan akibat bisnisnya sedang rugi. Musibah itu tidak hanya dialami oleh dia saja, tapi hampir semua pebisnis bidang persapian mengalami kelesuan. Ia sudah mencoba melakukan cara tapi ujungnya tetap macet.
Tahu akan cobaan hidup itu, salah satu alumni pondok sarang menyarankan pada juragan itu untuk sowan ke Mbah Moen. Singkat cerita malam tiba. Setelah mengutarakan permasalahan hidupnya juragan sapi itu hendak pamit.
Mbah Moen melarangnya pulang. Harus menginap malam itu di pondok dulu. Kalau tetap ingin pulang beliau tidak akan mau mendoakan. Juragan itu menurut arahan beliau. Selain untuk mendapat doa juga karena atas arahan teman supaya menuruti kemauan beliau.
Untuk Mbah Moen (Kiai Maimoen Zubair) tak sedikit tokoh agama yang mengatakan beliau merupakan sosok wali. Selain karena keistiqomahan dan kealiman (keilmuan), ternyata beliau juga memiliki kisah ajaib. Tentu kisah di bawah ini hanya sebagian kecil dari karomah beliau. Masih banyak karomah beliau yang luput dari kebanyakan umat.
Di antara karomah Mbah Mun terurai sebagai berikut:
1. Memiliki penglihatan batin luar biasa (ilmu kasyaf)
Setiap harinya ndalem (kediaman) rumah Kiai Maimun Zubair tidak pernah sepi dari tamu yang sowan. Bahkan, para habib (habaib) juga tak jarang ikut bertamu. Termasuk saat dua habib dari marga Bin Syaikh Abu Bakar (BSA) dan marga Assegaf.
Baca: Kisah Wali Paidi Full PDF: Sang Waliyullah dari Jawa yang Lucu dan Penuh Hikmah
Mereka berdua berkunjung ke rumah Mbah Mun naik sepeda motor. Seperti biasa banyak tamu yang duduk lesehan di ruangan lebar rumah beliau. Lantas keduanya mengucapkan salam di depan pintu sebagai tanda meminta izin masuk. Banyak tamu yang merespon biasa (wajar).
Hingga pada saat Mbah Mun merespon sigap menyuruh mereka berdua mendekat para tamu mulai terpancing perhatiannya. Lantas beliau berkata "Antum as-Saqof (kamu bermarga As-Segaf)." Serta kepada habis satunya lagi "Antum BSA (Kamu bermarga Bin Syaikh Abu Bakar)."
Tentu saja salah satu habib itu terkaget-kaget dalam hatinya. Sebab dia belum pernah bertemu sebelumnya dengan Mbah Moen. Apalagi menceritakan jati dirinya pada beliau. Lantas salah satu dari habib memberanikan untuk bertanya "Mbah, bagaimana bisa tahu marga kami ini As-Segaf dan BSA?"
Mbah Moen langsung menjawab "Dilihat dari matanya saja sudah ketahuan."
Sebagai tamu spesial, Mbah Mun meminta pada mereka untuk masuk ke ruangan dalam. Mereka dijamu makan. Setelah selesai beliau meletakkan dua amplop di meja makan sambil berkata "Yik (panggilan untuk habaib), ini dua amplop, satu untuk bekal habib dan yang satunya untuk kebutuhan habib."
Semakin tambah terkejut kedua habib yang saling bersahab itu. Sebab ternyata isi amplop untuk kebutuhan sama persis dengan apa yang diperlukan oleh dua habib tersebut.
2. Dititipi pesan oleh Rasulullah lewat mimpi
Mbah Moen pernah didatangi Nabi Muhammad lewat mimpi. Menitipkan salah satu keturunan beliau (habib) untuk berguru (mondok) dengan Mbah Moen. Kisah ini diriwayatkan sendiri oleh al Habib Abdullah Zaky al-Kaff saat akan mondok ke Mbah Maimun Zuebair.
Habib Zaky diberi wejengan oleh pamannya agar tidak langsung memberi tahu ke Mbah Mun bahwa dia seorang habib (keturunan nabi). Pesan tersebut ia pegang kuat untuk dilakukan. Terbukti saat tiba di pondok, Mbah Moen bertanya "Nama kamu siapa?"
Habib menjawab dengan penuh mantap "Nama saya Zaky". Perlu diketahui wajah habib tersebut tidaklah kearab-araban seperti habib pada umumnya. Tentu saja, usai momen perkenalan selesai para santri beraktifitas normal lagi. Kembali ke bilik kamar masing-masing untuk istirahat ataupun belajar.
Pada suatu tengah malam, gotakan (kamar) yang dihuni habib Zaky beserta santri lainnya diketuk-ketuk. Sontak saja hampi seisi kamar terbangun. Tak dinyana ternyata yang mengetuk ialah Kiai Maimun Zubair. Santri yang terbangun jadi salah tingkah dan penuh tanda tanya.
Mbah Mun memberi penegasan pada orang di kamar itu "Mana yang namanya Zaky?... Kamu tidak mengaku ya kalau kamu masih zuriyah (keturunan) Rasul? Saya baru saja mimpi didatangi Nabi. Beliau perpesan pada saya untuk titip cucunya... Kalau kamu masih belum mengaku, pilih mana mondok di tempat saya atau keluar dari pondok saya?"
Baca: Kisah Hidup Waliyullah, Mati Terlindas Truk Sedot WC Gegara Menyalahi Ibunya
Sebagaimana diketahui, Mbah Moen merupakan sosok yang dikenal mencintai dan memuliakan keturunan nabi. Sebagai bentuk akhlak baik pada keturunan Rasul. Serta tentu bentuk memuliakan Rasul pula.
3. Keajaiban di seputar wafat Mbah Moen
Ada yang mengatakan Mbah Mun tahu kapan dan di mana beliau meninggal. Harapan beliau ialah meninggal di Makkah dan jatuh di hari Selasa. Semuanya terkabul. Sebelum meninggal beliau pernah memberi "pertanda" secara tersirat pada orang yang menemui di Makkah.
Berikut video tentang pesan dari Mbah Moen terkait keistimewaan meninggal hari Selasa:
Ada tamu yang menemui Mbah Moen di hotel tempat beliau bekmukim. Dia ingin tahu sampai kapan beliau menetap di Makkah. Agar orang lain yang masih ingin sowan bisa menyiapkan waktu dulu. Dia bertanya "Mbah, mohon maaf nanti di sini (Makkah) sampai kapan nggih?"
Mbah Mboen menjawab "Sampai tanggal 5". Si penanya kebingungan. Bagaimana di Makkah bisa sampai tanggal 5. Sedangkan ritual haji akan selesai dilakukan sampai tanggal belasan. Si penanya berpikir positif bahwa yang dimaksud sampai tanggal 5 ialah tinggal di dalam hotel yang sedang beliau tempati saat itu.
Tak cukup dengan hal di atas, saat di hari wafat alam sekitar seakan ikut menyambut. Mendung dan hujan turun di pagi hari saat beliau wafat. Padahal saat itu adalah musim kering atau kemarau. Akan tetapi tiba-tiba hujan turun saat Mbah Mun meninggal.
4. Nasi berkat tahlil 7 hari wafat tidak basi hingga jam 11 siang esok harinya
Bingkisan makanan yang dibagikan tadi semalam saat tahlil 7 hari Mbah Moen di Sarang tidak basi hingga jam 11 siang. Mulai dari nasi, ikan, daging, kue, dan lain-lain tidak ada penurunan kualitas. Kondisinya masih layak makan seperti saat dibagikan malam harinya.
5. Menghentikan hujan deras saat mengisi pengajian
Dalam situasi asyiknya para hadirin menikmati pengajian tak disangka hujan lebat tiba-tiba turun. Saking derasnya para pendengar mencari posisi yang aman agar tidak terguyur air. Di tengah kepanikan panitia pengajian dan segenap undangan, ternyata Mbah Mun menyikapi dengan tenang.
Mbah Maimun Zubair melantunkan doa yang diamini oleh para peserta pengajian. Hujan pun berhenti seketika, sehingga acara pengajian dilanjutkan hingga selesai. Waktu lima belas menit pertama yang terpotong hujan dilanjutkan hingga satu setengah jam kemudian.
6. Menaiki mobil tanpa bahan bakar
Suatu hari dikisahkan Mbah Moen sering ke Pasuruan menaiki mobil. Kendaraan itu sering terjadi kerusakan. Pada saat hendak pulang dari Pasuruan mobil mengalami kendala. Akhirnya terpaksa harus diampirkan dulu ke bengkel. Setiba di sana dan diperiksa montir hal aneh terjadi.
Tukang bengkel berkata "Ini mobil siapa?"
Sopir yang mengantarkan Mbah Mun menjawab "Ini mobilnya Kiai Maimun. Emangnya kenapa Pak?"
Montir itu menjelaskan sambil terheran-heran "Ini selang bahan bakarnya terlepas. Tidak nyambung antara tangki dengan mesin. Kok bisa mobilnya jalan."
7. Melipat waktu atau melipat bumi
Karomah semacam ini merupakan yang paling sering diceritakan dimiliki para wali. Yakni, mempersingkat waktu dan jarak tempuh menjadi lebih sedikit atau pendek. Dengan kemampuan tersebut, seorang wali bisa berpergian ke penjuru dunia manapun tanpa perlu khawatir tak cukup waktu.
Kyai Maimun Zubair atau Mbah Moen (sumber gambar) |
Diceritakan oleh Kiai Fadlolan Musyaffa pada saat beliau masih kuliah di Universitas al Azhar, Kairo Mesir diminta tolong oleh Mbah Mun. Kiai Fadlolan disuruh menemani beliau ziarah ke makam Imam Syadzilli. Seorang tokoh ulama sekaligus keturuan Nabi yang wafat di Mesir.
Padahal sesuai dengan hitung-hitungan waktu antara jadwal terbang pesawat dengan jarak tempuh ke lokasi ziarah tidaklah cukup. Butuh waktu tambahan berjam-jam waktu untuk melaksanakan misi tersebut. Namun, nyatanya waktu tersebut mampu "dipangkas" oleh Mbah Mun.
8. Menyembuhkan sakit dengan air putih
Masih dikisahkan oleh Kiai Fadlolan saat mengantarkan beliau ke makam Imam Syadzili bahwa Mbah Mun dapat menyembuhkan penyakit dengan air tawar. Saat beliau mampir dan rombongan di rumah makan sederhana dimintai tolong pemiliknya untuk mendoakan air putih yang dibawa.
Ibu itu memohon pada beliau "Wahai syaikh, doakan suami saya, dia sedang sakit."
Setelah air didoakan beliau bertanya "Di mana suami ibu?"
Ibu itu mengantarkan Mbah Moen ke tempat suaminya. Beliau mengoleskan air yang telah didoakan itu ke suaminya. Akhirnya berangsur-angsur lelaki itu mulai lebih mendingan.
9. Amalan yang ampuh untuk penglaris dagang sapi
Ada kisah juragan sapi yang sedang mengalami krisis keuangan akibat bisnisnya sedang rugi. Musibah itu tidak hanya dialami oleh dia saja, tapi hampir semua pebisnis bidang persapian mengalami kelesuan. Ia sudah mencoba melakukan cara tapi ujungnya tetap macet.
Tahu akan cobaan hidup itu, salah satu alumni pondok sarang menyarankan pada juragan itu untuk sowan ke Mbah Moen. Singkat cerita malam tiba. Setelah mengutarakan permasalahan hidupnya juragan sapi itu hendak pamit.
Mbah Moen melarangnya pulang. Harus menginap malam itu di pondok dulu. Kalau tetap ingin pulang beliau tidak akan mau mendoakan. Juragan itu menurut arahan beliau. Selain untuk mendapat doa juga karena atas arahan teman supaya menuruti kemauan beliau.
Tak lama setelah sowan ke ndalem Kiai Maimun Zubair segala keruwetan bisnis juragan sapi itu mulai berangsur-angsur hilang. Geliat jual beli sapi mulai terlihat. Dagangannya mendatangkan untung besar seperti sedia kala.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sembilan Karomah Kiai Maimoen Zubair (Mbah Moen)"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*