Sayangnya jadi muazin masih dianggap sebagai kegiatan rendahan. Dikatakan tidak begitu penting sehingga tak apa-apa ketika diberi bisyarah (hadiah/gaji) kecil. Bahkan tidak diberi apapun. Kecuali zakat dan infak satu tahun sekali.
Wajar bila muazin sekarang ini masih banyak yang bersuara pas-pasan. Bahkan orang sepuh yang sudah uzur pun digunakan. Sebab peminatnya sedikit. Di mana, kalangan muda yang bersuara bagus enggan menjadi muazin.
Muazin sedang mengumandangkan azan (sumber gambar) |
Ironisnya, Masjid yang "pendapatan" infaq perbulan tembus 7 juta turut enggan mengeluarkan biaya untuk muazin berkualitas. Padahal umpama perbulan hanya diberi 700 ribu - 1 juta ukuran Masjid di Kota, akan banyak yang tertarik.
Banjirembun.com
Tentu uang sebesar itu tidak hanya untuk mengumandangkan azan. Lebih dari itu, muazin harus pula jadi guru ngaji di Masjid. Berada di garda terdepan dalam menguatkan berbagai kegiatan rutin maupun eksidental Masjid.
Lantunan azan merupakan hal vital dalam syiar Islam. Bagaimana orang akan tertarik dengan Islam, lantas datang ke Masjid, tatkala suara azannya saja bikin kuping sakit. Bukannya menjadi syiar (promosi) positif, justru dicaci maki.
Muslim ramah dan bertoleransi tidak harus muluk-muluk dan terlalu tinggi. Masjid yang mengumandangkan azan dengan merdu sehingga enak didengar itu adalah bentuk keramahan dan toleransi luar biasa. Suara azannya bakal bikin tenang.
Banjir Embun
Mulai sekarang pengurus atau takmir Masjid harus peka terhadap masalah seperti di atas. Terutama bagi Masjid yang berlokasi di daerah beragam (majemuk) agamanya. Janganlah jadi Muslim yang menyakiti kuping sesamanya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Seharusnya Suara Muazin itu Merdu, Agar Tidak Mengganggu Telinga"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*