Kelabunya minggu pagi kemarin diawali dengan penuh harap akan janjinya. Dia berkata akan membawa Gisel jalan-jalan menyusuri sepinya jalan tol lagi. Seperti dulu sebelum pandemi COVID-19. Sayang, ternyata itu hanya jadi harapan kosong.
Manis wajahnya tak bisa ku pandang kembali ketika ia menyetir. Merdunya suara musik di mobil tak bisa ku dengar lagi. Lajunya kendaraan lain yang kencang tak bisa pula ku pelototi. Semua tinggal angan-angan. Entah dia sedang sibuk dengan siapa.
Akhirnya, seperti hari-hari sebelumnya Gisel harus tetap di kontrakan milik kantor. Terdiam di kamar berukuran sempit. Sesekali menyirami taman di halaman. Lalu melakukan aktivitas rutin seperti menyapu, memasak, mandi, cuci baju, promosi blog Banjir Embun ini, dan masih ada lainnya.
Alhamdulillah, kini Banjirembun.com sepenuhnya diadmini Gisel. Semua anggota Banjir Embun memang harus memiliki website. Baik itu anggota inti (utama) maupun anggota pendukung. Masing-masing harus membangun website yang dipegangnya. Dengan catatan harus tetap sesuai standar.
Sebenarnya walau tak besar, kantor ini sangat nyaman. Kondisi bangunan dan perabotannya masih terbilang bagus. Tak ada lecet, kusam, maupun aus. Sebab, selain masih baru rumah yang diubah jadi kantor ini dibangun sendiri. Eksterior dan interior semuanya pilihan dan berkualitas.
Kendati seperti itu, yang namanya manusia pasti kadang merasa bosan. Butuh suasana baru. Apalagi punya kenalan sebaik dia, yang dulu penuh harap bisa jadi calon suami. Ada kesempatan untuk senang-senang bersamanya. Di luar kota, ke tempat wisata.
Sayangnya, kesempatan itu sirna. Gisel takut pagi kelabu di Minggu kemarin jadi pertanda dia tak serius. Memang sih status kita belum jelas. Tidak ada hubungan lamaran maupun pacaran. Namun, selama ini dia begitu kasih perhatian penuh pada Gisel. Hingga saat pandemi tiba sikapnya berubah.
Sebetulnya Gisel tak butuh pulsa kiriman darinya. Tak butuh bingkisan makanan, minuman, maupun jajan yang ia kirim melalui layanan antar paket ojek online. Meski dalam keadaan begini, Gisel masih mampu mencukupi itu semua. Asal harus tetap kerja keras.
Gisel hanya butuh kebersamaan. Apalagi saat ini kantor yang Gisel tinggali sepi. Sudah tak ada yang mengunjungi. Sebab semua anggota Banjir Embun sudah terlanjur asyik kerja via online di rumah saja. Toh urusan kerja bisa didiskusikan via media sosial.
Rencana kantor ini akan dibuka lagi tanggal 1 September nanti. Itu pun terbatas. Para anggota Banjir Embun tak boleh berkantor bebarengan. Harus sesuai dengan jam yang telah dijadwalkan. Serta harus mematuhi protokol kesehatan. Semua itu demi kebaikan bersama.
Gisel tak yakin dia bakal baca tulisan ini. Soalnya dulu dia sering banget membantu Gisel dengan mengunjungi Banjir Embun. Akan tetapi sekarang sudah mulai tak memberi "laporan" telah berkunjung. Hanya WA sesekali. Di mana, yang terakhir beberapa waktu lalu saat ia beri janji.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Gisel, Minggu Pagi Kelabu Kena Harapan Palsu"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*