Cerita ini teramat menggetarkan. Tentang seorang pria yang lagi terhimpit ekonominya. Bukannya berhutang sana-sini ataupun minta-minta, ia lebih memilih menggantungkan nasibnya pada Allah. Bermanja-manja pada-Nya sambil menangis tersedu.
Sebuah kisah yang membuktikan bahwa keajaiban doa itu sungguh nyata. Yakni permohonan pada Tuhan dengan tulus, sungguh-sungguh, dan yakin sepenuh hati akan dikabulkan. Di tengah menghadapi situasi sulit dan tak terduga sehingga mengagetkan hati.
Cerita ini berawal dari seorang tokoh agama berasal Jakarta. Beliau sedang "roadshow" ke berbagai daerah di Jawa Timur. Ada misi untuk berceramah sekaligus bertemu dengan para jamaahnya di sejumlah Masjid dan Pondok Pesantren beberapa kota di sana.
Tokoh agama tersebut baru saja berkunjung ke Dampit. Sebuah daerah di Kabupaten Malang bagian selatan. Beliau hendak menuju Bandara Juanda di selatannya Surabaya. Saat itu, waktu masih menunjukkan pukul 02.17 WIB. Suasana teramat sepi disertai udara dingin.
Atas pertimbangan matang, beliau akhirnya memutuskan mampir di Masjid. Lokasinya di Kota Malang. Tepatnya di wilayah Embong Arab (kampung Arab). Selain rencana untuk sholat Subuh di sana, juga untuk mengistirahatkan badan sebentar saja.
Jadwal pesawat menuju Jakarta masih nanti pagi, pukul 07.30 WIB. Serta turun di Cengkareng rencana pukul 09.00 WIB. Ada waktu sangat cukup untuk perjalanan setelah salat Subuh. Apalagi dengan laju kendaraan 100 Km/Jam melalui tol Malang-Bandara Juanda.
Beliau menghubungi pengurus Masjid untuk izin mampir. Supaya bisa istirahat 2 atau 3 jam diselingi sholat Subuh. Kebetulan dua hari lalu tokoh agama yang kharismatik itu ceramah di sana. Namun, setiba di Masjid beliau terkaget. Sebab lampu sudah banyak yang menyala.
Tokoh agama itu makin terheran ketika menemukan laki-laki sedang sujud menangis-nangis. Tepat di sekitar mihrab (tempat imam), di atas sajadah yang dibawa, ia tersenggukan tak tertahan. Tangisan itu sangat luar biasa. Siapapun yang mendengar pasti mau ikut menangis.
Saking terlihat begitu merengeknya lelaki tersebut, membuat tokoh agama itu terhanyut. Dalam bisikan lirih beliau berdoa "Ya Allah, kabulkan permintaannya orang ini." Walaupun sebenarnya beliau belum tahu apa yang orang itu minta.
Setelah lelaki itu selesai salat, akhirnya tokoh agama yang jadi idola di dunia digital itu mendekatinya. "Masya Allah, doa apa ini, luar biasa ini, doa yang diikuti dengan tangisan apalagi di sepertiga malam menjelang Subuh, Allah sedang turun ke langit bumi, bakal dikabulkan ini."
Pria itu menanggapi "Demi Allah, istri saya sekarang sedang dirawat di rumah sakit, saya harus bayar biaya operasi (operasi skoliosis) 160 juta. Kalau tidak istri saya tidak bisa dioperasi. Ini sudah parah sekali." Ia tak tahu orang yang di hadapannya adalah seorang tokoh.
Tahu akan hal itu beliau menanggapi "Semoga masalahmu segera tuntas, lanjutkan nangis sama Allah, sebab Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang ikhlas meminta pada-Nya. Lanjutkan, nikmati sujudmu, pasti Allah akan berikan jalan keluar."
Lelaki itu segera menjawab "Baik". Dengan cepat menuju ke sajadahnya lagi, melanjutkan ratapannya pada Allah. Ia nampak asyik dan menikmati tangisan itu, terus menerus tanpa henti. Walau air mata sudah tak lagi tampak menetes, tapi bibirnya nampak mewek.
Tokoh yang disukai para kaum milenial sekaligus bapak-bapak dan ibu-ibu yang melek teknologi itu, setelah salat sunah akhirnya tertidur. Mendadak marbot Masjid datang lalu membangunkan beliau. Memberi tahu waktu Subuh akan tiba. Kemudian beliau berwudhu dilanjutkan sholat qobliah.
Tak dinyana tatkala iqomah, ada pengurus Masjid yang tahu bahwa beliau adalah tokoh agama.
Ia langsung saja sumringah sambil memohon "Ustadz, tolong jadilah imam." Akan tetapi beliau menolak halus.
Sambil mengutarakan alasan "Saya capek, baru tidur 1 jaman malam ini di Masjid ini."
Takmir Masjid yang sudah sepuh itu bersikeras "Biarlah tak apa-apa, baca surat-surat atau ayat pendek saja."
Berhubung diminta dengan sungguh-sungguh akhirnya beliau luluh. "Baiklah, saya akan gunakan surat-surat pendek."
.com
Rupaya mikrofon Masjid tetap dinyalakan saat imam memimpin salat. Akibatnya, ada satu pengusaha Mal yang sangat kaya raya mendengar suara beliau membaca surah Fatihah. Itu membuatnya membatalkan untuk menuju Masjid tempat biasa ia jamaah. Lantas menuju Masjid ini.
Pengusaha itu sangat kenal sekali suara beliau. Ia sering mendengar ceramahnya di YouTube. Terutama saat malam menjelang tidur. Setelah salat subuh usai, ia menghampiri Ustadz ramah tersebut. Selain untuk mengobati rasa penasaran, juga untuk curhat sedikit.
Sambil berujar "Assalamaualaikum, saya salah satu penggemar Ustadz di YouTube. Saya tadi mendengar suara anda, saya tadi sebenarnya ingin ke Masjid lain, lalu memutuskan ke Masjid ini."
Pengusaha itu meneruskan "Saya ingin meminta tolong satu hal."
Ustadz itu merespon "Kenapa?".
Ia menjawab "Saya sudah menghitung zakat uang di perusahaan saya, saya harus mengalokasikan 160 juta."
Langsung saja Ustadz itu menangis meledak. Tentu pengusaha itu bingung. Sambil menunggu tangisan beliau reda ia berkata "Kenapa Ustadz menangis?"
Beliau menjawab "Saya tak bisa jelaskan."
Sambil menangis terus-terusan, beliau melihat di sekeliling dalam Masjid. Mencari pria yang menangis tadi. Ternyata dia berada pada ujung Masjid.
Lalu beliau memanggil "Pak, silakan ke sana ada hal penting yang perlu bapak ketahui."
Pria itu berkata "Ada apa pak?"
Ustadz menjawab "Silakan jelaskan permasalahan kamu pada bapak ini."
Lelaki itu langsung mengutarakannya "Saya punya masalah, istri saya dioperasi harus bayar 160 juta hari ini, kalau tidak tak akan segera dioperasi."
Menyusul Ustadz tadi, sekonyong-konyong pengusaha itu ikut-ikutan menangis.
Tentu lelaki tersebut heran kebingungan sambil berkata "Kenapa kalian berdua menangis?"
Berhubung karena kelelahan kurang tidur, Ustadz itu menuturkan "Biarkan bapak ini yang jelaskan."
Pengusaha itu mengungkapkan hal serius "Demi Allah Ustadz, saya sudah sepekan menaruh uang di lemari. Hampir setiap hari istri saya bilang "Lakukan haknya Allah, tunaikanlah zakat," tapi saya ingin dapat satu orang yang saya beri, daripada dibagi-bagi. Saya ingin itu bisa menyelesaikan masalahnya langsung. Dengan itu saya berharap kelak Allah selamatkan saya di akhirat."
Lelaki yang punya masalah itu pun ikut menangis. Tangisan tiga lelaki itu pecah di Masjid. Setelah semua mereda. Pengusaha itu berujar "Saya akan ambil uang itu di rumah, mohon bapak tunggu di sini sebentar."
Secara reflek pria itu langsung mengabaikan Ustadz dan pengusaha itu. Ia bergerak cepat menghadap kiblat sambil berujar "Ya Allah, aku mencintaimu."
TAMAT
Kadang seorang terburu-buru dalam berdoa pada Allah. Berharap segera dapat dikabulkan harapannya. Padahal Allah bukanlah pembantu yang dapat diperintah. Seseorang harus berdoa dulu, baru kemudian disertai usaha sungguh-sungguh. Terus memohon pada Allah sambil ikhtiar hingga apa yang diinginkan terwujud.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Tiga Lelaki di Kota Malang Terisak-isak Menangis di Masjid"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*