Ini adalah kisah sepasang pengantin yang hidupnya sangat sederhana. Kendati seperti itu, mereka berdua tetap teguh pada keyakinan adanya kekuasaan Allah SWT. Rela membatalkan beli makanan lalu menahan lapar demi mendapat rida dari-Nya.
Sebagaimana diketahui bahwa ketika ada sesama muslim saling memprovokasi, berselisih, atau bertengkar maka muslim lain dianjurkan untuk melerai permusuhan itu. Hal itu, lebih utama dan bernilai pahala banyak daripada membiarkannya.
Alih-alih egois memenuhi kebutuhan sendiri di tengah kemiskinannya, pemuda yang hidup di Kuffah negeri Iraq itu malah menyedekahkan semua uang yang dimiliki. Hal itu dianggap wajar, terutama bagi sebagian orang yang mengenalnya. Sebab ia terkenal ahli ibadah.
[Kufah, Irak]
Ibadahnya tak cukup nampak secara fisik saja seperti sholat ke Masjid, berpakaian Islami, hingga bertutur kata Islami. Lebih dari itu imannya benar-benar sudah menancap di hati. Tetangga dan sesama orang miskin di sekitar begitu jelas merasakan pancaran iman pemuda tersebut.
Pada suatu hari pemuda itu sedang mendapati punya uang tinggal 1 dirham saja (sekitar 10 ribu rupiah). Dia tak punya uang lagi selain itu. Padahal saat itu ia harus membeli bahan makanan untuk di masak istrinya. Kemudian dimakan bersama-sama hari itu juga.
Dalam perjalanannya, pemuda itu menemukan dua orang sedang berantem. Sontak saja ia berhenti dan memahami keadaan. Ia bertanya kepada orang di sekeliling "Kenapa dua orang ini berkelahi?"
Orang-orang di sekitar menjawab "Mereka berselisih karena berebut 1 dirham."
Tanpa pikir panjang pemuda itu mengambil 1 dirham di sakunya lalu memberikan pada mereka sambil berkata "Ini 1 dirham, berhentilah berkelahi, ambillah."
Akhirnya mereka berdua berhenti bertengkar. Jalan damai ditempuh dengan membagi dua secara rata uang pemberian tersebut. Tahu tak ada lagi keributan, pemuda itu balik pulang sambil berzikir menuju rumah. Setelah itu ia menceritakan kejadian yang dialami pada istrinya.
Sebagaimana suaminya, istri pemuda tersebut berbesar hati. Ia memaklumi keputusan suaminya sambil berucap "Baiklah, kalau itu Abi kasihkan demi kebaikan tak ada masalah, mudah-mudahan Allah menggantikan buat kita".
Sungguh pasangan nikah yang luar biasa. Keduanya memiliki kemantapan hati dalam beriman dan berislam. Namun demikian, itu bukan berarti mereka tidak punya harta sama sekali. Masih ada beberapa benda di rumah yang bisa dijual untuk kebutuhan makan.
Istrinya lalu mengambil sesuatu di sudut rumah diberikan pada suami sambil mengucap "Cobalah Abi bawa ini, lalu dijual." Untuk membahagiakan istrinya, pemuda itu seketika langsung pergi menunaikan hajat keluarganya.
Seharian ia berkeliling menjual barang. Sayangnya, tak ada orang yang berminat pada barang bekas yang ia tawarkan itu. Hingga waktu petang sudah tiba, setelah salat Maghrib di Masjid ia menemukan penjual ikan yang ternyata juga tidak laku. Kondisinya berbau sekali karena hampir busuk.
Melihat pedagang ikan yang tak kunjung laku, pemuda itu merasa iba atau kasihan padanya. Kemudian ia berkata "Saya berkeliling seharian untuk menjual benda-benda di rumah tapi tidak laku, anda menjual ikan sepertinya bernasib sama. Bagaimana kalau kita barter saja?"
Penjual itu langsung menjawab "Baiklah, Jazakallah khairan."
Pemuda itu sesegera pulang ke rumah. Membawa ikan yang berukuran paha orang dewasa dengan kondisi "membiru".
Setiba di rumah ia berpesan pada istri "Cobalah Umi bersihkan ikan ini, ambillah bagian daging yang masih pantas dimakan untuk dimasak."
Cepat-cepat istri menuju dapur dan mengambil pisau. Waktu dibedah ikan tersebut, betapa terkagetnya ia. Dalam perutnya terdapat satu mutiara yang sangat besar. Mutiara yang tak seperti biasanya. Berukuran kurang lebih sebesar telur ayam kampung.
Istrinya tergopoh-gopoh menuju suami sambil berujar "Wahai suamiku, lihatlah apa yang terjadi, apa yang Umi temukan dalam perut ikan ini."
Setelah suasana agak heboh mereda pemuda itu berkata "Baiklah, saya akan coba datang pada ahli dan pedagang mutiara."
Pemuda itu datang pada salah satu tukang mutiara. Lalu dia mengecek dan mematok harga sesuai dengan isi kantongnya. "Saya akan bayar mutiaramu ini dengan 40 ribu dirham langsung tunai bila kau mau sekarang."
Pemuda itu terbengong begitu syok tahu harga yang di luar bayangannya itu. Hingga ia terdiam saja tak cepat menanggapi tawaran si pembeli mutiara. Tiba-tiba pedagang itu berkata "Kalau kau ingin lebih, cobalah kau pergi kepada Fulan, mungkin dia akan sanggup membeli lebih mahal."
Sesampai di pedagang kedua pemuda itu mendapat tawaran tinggi. Tanpa banyak bicara dia berkata "Saya akan bayar 80 ribu dirham." Pemuda itu terdiam. Sebab dia tak tahu harus mengucapkan apa karena saking gembiranya.
Sebab merasa "dicuekin", dengan nada mantap pedagang kedua memberi arahan "Kalau kau ingin harga lebih, pergilah ke Fulan, mungkin dia akan membeli dengan harga lebih."
Pemuda itu menuju pedagang ketiga. Dia mendapat tanggapan tanpa basa-basi darinya "Saya akan membelinya 120 ribu dirham. Saya yakin tidak ada yang akan membayar lebih dari itu."
Kali ini pemuda itu menanggapi tawaran pedagang "Baiklah saya setuju." Lantas dibawalah 12 kantong keping uang yang masing-masingnya berisi 10 ribu dirham. Bila semua itu dikonversikan ke rupiah zaman sekarang nilainya ratusan juta rupiah.
Saat sampai di rumah ia menceritakan semua pada istrinya. Tentu belahan jiwanya itu sangat bersyukur tahu suaminya membawa uang banyak. Apalagi beberapa waktu lalu kondisi mereka dalam keadaan lapar dan serba minim.
Pemuda itu baru duduk dan suasana riang belum juga reda, tiba-tiba ujian dari Allah tiba. Ada orang tak dikenal mengetuk pintu. Tamu itu mengatakan sudah seharian tidak makan.
Pemuda itu membatin "Sungguh orang ini tertimpa masalah seperti apa yang sudah menimpaku tadi."
Setelah menyilakan masuk dan duduk, pemuda itu berkata "Saya baru saja dapat rizqi 120 ribu dirham, sungguh saya sebelumnya juga sama denganmu serba kekurangan, ambillah 60 ribu dirham senilai setengah dari ini, kita bagi dua, saya yakin ini petunjuk dari Allah agar aku memberikannya untukmu."
Setelah pamit dan pergi, tak beberapa lama tamu itu kembali lagi. Ia mengungkapkan kenyataan mengejutkan "Ketahuilah, aku bukan orang miskin, tapi aku adalah utusan Tuhanmu yang ingin menyampaikan kepadamu bahwasanya aku disuruh mengujimu."
Ternyata dia adalah waliyullah yang memiliki keistimewaan. Kemudian beliau melanjutkan "Aku memberitahukan kepadamu berita sebenarnya tentang balasan satu dirham yang kau sedekahkan atas dasar yakin karena allah. Itu akan Allah ganti dengan 20 qinthor, satu qinthor senilai dengan 120 ribu dirham, maka terimalah harta yang telah berlipat-lipat itu."
Jadilah pemuda dan istrinya berubah kaya raya. Hartanya berkah hingga sampai bisa digunakan untuk anak cucunya.
TAMAT
Disclaimer: Cerita ini disampaikan oleh Fudhoil bin Iyat, salah satu tabi'in (generasi setelah generasi sahabat Nabi Muhammad) yang masyhur. Dalam salah satu kitab yang telah beliau tulis menerangkan tentang cerita di atas. Dengan judul yang artinya kurang lebih "Bersedekah dengan penuh keyakinan 1 dirham, Allah ganti dengan 120 ribu dirham". Kisah di atas ditulis ulang dengan diadakan beberapa perubahan tanpa mengurangi makna dan nilai penting darinya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Dahsyatnya Sedekah, Si Miskin Rela Lapar Demi Mendamaikan 2 Muslim Bertengkar"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*