Bersedekah merupakan pemberian dari orang Islam kepada sesama manusia dengan sadar diri tanpa ada ketentuan jumlah dan waktunya. Sedekah tidak harus berupa uang atau barang. Menolong, mendamaikan orang berselisih, dan memberi senyum pada teman juga dapat dikatakan sedekah.
Orang bersedekah ada banyak motifnya. Ada memang murni dari hati sebagai bentuk rasa syukur telah diberi anugerah oleh Allah SWT. Ada pula disengaja untuk "memancing" rizqi turun padanya, dengan kadar lebih dari yang sudah dikasih. Serta ada yang hanya kasihan dan demi kemanusiaan.
Apapun tujuan sedekah, lebih baik meniatkan dengan ikhlas, pasrah, dan rida pada ketentuan Allah. Dengan begitu buah yang bakal dipetik setelah sedekah, bagaimanapun bentuknya entah sedikit atau banyak serta menyenangkan atau tidak bisa diterima lapang dada dan tanpa beban.
Lantas bagaimana bila berbagai macam bentuk sedekah dilakukan tapi rizqi justru semakin sulit? Tak usah berprasangka buruk dulu pada Allah. Tidaklah mungkin suatu kebaikan yang telah dilakukan oleh hamba-Nya bakal diabaikan. Tak ada satupun yang sia-sia di dunia ini.
Ilustrasi sedekah kurma (sumber gambar) |
Allah tahu cara terbaik untuk hamba-Nya menerima balasan atas kebaikan yang telah dilakukan. Tentu kadang itu tak selalu sesuai dengan angan-angan manusia. Kalau semua sesuai dengan jalan pikiran manusia lantas apa bedanya Tuhan dengan ciptaan-Nya.
Berikut alasan mengapa setelah bersedekah tapi rizqi tetap seret. Ternyata Allah SWT lebih dulu ingin mengutamakan tiga hal berikut.
1. Allah ingin menguji iman
Semakin Allah cinta pada hamba, kian berat ujian yang bakal diterima. Ujian adalah bentuk kasih sayang Allah pada orang beriman. Sebab tidaklah orang bisa dikatakan benar-benar beriman sebelum diuji. Dengan ujian itu maka akan diketahui mana Muslim beriman dan mana yang berdusta.
Yang namanya ujian pasti ada kelulusannya, sehingga bisa menaikkan derajat. Tiap manusia beriman beda-beda tingkat ujian yang diterima. Semakin sulit ujian yang diterima maka semakin tinggi kemuliaan dan derajatnya di mata Allah SWT. Terbukti, Nabi dan Rasul juga mendapat ujian tak terperikan.
Siapapun yang di dalam hatinya mengikrarkan diri sebagai manusia beriman dan mengimplementasikannya sudah pasti Allah akan menyiapkan ujian "terbaik" baginya. Jadi, wajarlah tatkala sedekah sebagai manifestasi keimanan kadang malah dibalas dengan hal tak mengenakkan.
2. Allah ingin mensucikan dosa
Allah tak ingin memberikan siksa api neraka kepada hamba-Nya yang telah bersedekah di akhirat kelak. Dalam situasi ini, sedekah berfungsi sebagai perontok dosa-dosa. Artinya uang, barang, hingga bantuan yang diniatkan sedekah itu menjadi penebus dosa-dosa.
Sedekah itu menghapuskan dosa-dosa sebagaimana air memadamkan api. Itu bukanlah ungkapan omong kosong. Tak ada manusia yang tak berdosa. Semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Di mana, sebaik-baik pendosa adalah yang selalu kembali dan bertaubat pada-Nya.
Kadang orang bersedekah secara bawah sadar diniatkan untuk taubat dan ingin mendekatkan diri pada Allah. Untuk mendapatkan pahala dan dihapusnya dosa-dosa. Nah, ini juga bisa kembali nomor 1 di atas. Allah seringkali bakal menguji hambannya yang sedang menuju jalan kebenaran.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah dosa-dosa yang dimaksud dalam poin ini bukan dosa telah memiliki harta haram. Sebab harta haram akan tetap jadi sumber dosa bila tidak dikembalikan pada pemiliknya. Justru haram bila harta itu disedekahkan karena harta sedekah itu bukan haknya.
3. Allah ingin membersihkan harta dan jiwa
Selain berzakat dan tidak mencampur adukan harta halal dengan haram, bersedekah juga bisa jadi pembersih harta. Sekalipun orang merasa semua didapat dari sumber halal, seseorang tetap perlu bersedekah. Agar jiwa dan hartanya jadi lebih bersih, berkualitas, dan berkah.
Sedekah dikatakan dapat membersihkan jiwa karena ia dapat menumbuhkan empati. Dapat membuka hati sehingga sadar akan posisi dirinya di tengah kehidupan sosial. Orang yang bersedekah dapat dikatakan sebagai pemilik kekayaan jiwa. Meski miskin harta tapi punya hati seluas samudera.
Tidaklah benar orang yang berniat korupsi, memanipulasi, hingga memakan harta anak yatim lalu setelahnya ingin bersedekah agar bersih hartanya. Demikian itu termasuk ingin mencari rasa aman dari azab Allah. Hal tersebut merupakan salah satu dosa besar yang sulit terampuni.
Suatu pemahaman yang salah, harta tak halal bisa disucikan dengan sedekah. Harta kotor tetaplah haram. Cara satu-satunya untuk "membersihkan" adalah mengembalikan semua pada pemilik. Bila pemiliknya tidak diketahui maka seluruhnya harus diberikan (bukan diniatkan untuk bersedekah) pada baitul mal.
Tetap yakinlah bahwa sedekah yang telah dikeluarkan, apapun bentuknya tak akan sia-sia. Semua bakal tergantikan bahkan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Entah itu di dunia maupun di akhirat. Kadang manusialah yang tamak. Sudah diberi anugerah tapi tidak mengetahui atau merasakannya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sudah Perbanyak Sedekah Tapi Rizqi Malah Seret, Ternyata ini 3 Alasannya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*