Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Kisah Nyata: Malam Pertamaku yang Tak Terlupakan




Sepasang pengantin baru menikmati makan malam yang indah dan romantis. Mereka sedang menjalani malam pertama di hari pernikahan. Di mana, antara suami dan istri tersebut sebelumnya tidak pernah saling kenal.


Dua insan beda jenis itu sangat paham hukum Allah. Yakni, tentang memulai hubungan nikah harus dengan cara halal dan makruf. Tak ada dalam kamus mereka sebelum nikah saling berdekatan apalagi pacaran.


Masing-masing tak pernah saling bersentuhan dengan yang bukan mahram. Tentu hal itu, seharusnya membuat malam pertama mereka menjadi momen yang tak terlupakan. Jadi hal yang paling berkesan.


Sayangnya, karena tak ada ta'aruf syar'i yang mendalam menyebabkan pasangan itu tak saling tahu karakter masing-masing. Barangkali mak comblangnya juga tidak begitu tahu sifat masing-masing pengantin. Hanya melihat keluarganya.




Ternyata, antara mereka berdua memiliki karakter berbeda. Sang istri memiliki sifat penyayang, patuh pada suami, serta sifat-sifat salehah lain juga dimiliki. Adapun suaminya punya perangai temperamental. Mudah naik darah.


Saat itu si suami dipenuhi angan-angan, setelah makan malam usia mereka bakal menikmati malam pertama hingga dini hari. Nyatanya, impian tersebut buyar. Ketika sedang menikmati hidangan, ada pintu diketuk.


Dengan reflek istri menoleh ke arah pintu. Tahu akan hal itu suami berucap dengan nada agak meninggi "Siapa ya kira-kira, bertamu pada malam hari sangat larut seperti ini, yang mengganggu saja."


Sang istri terkaget agak terperanjat. Ia tak menyadari bahwa watak suaminya bisa sekeras itu. Sejurus kemudian perempuan itu menenangkan suaminya. Sambil berkata "Tenang suamiku, coba aku lihat dulu. Siapa gerangan yang ada di depan pintu tersebut."


Gadis itu tergopoh-gopoh menuju ruang depan rumah. Terbukalah pintu. Lantas terlihatlah seorang pengemis yang sangat lusuh dengan keadaan gemetaran. Ia menengadahkan tangan ke sang gadis. 


Pengemis itu memelas "Ibu tolong berikan saya makan, saya lapar sekali."


Pengemis itu melanjutkan "Saya kedinginan Bu, sudah beberapa hari ini tidak ada makanan yang masuk dalam perut saya. Izinkan saya untuk meminum seteguk air minum saja. Atau makanan apapun yang bisa Ibu berikan pada saya."


Dasarnya memang wanita salehah, sang istri itu tentu merasa iba dan terdorong bersedekah. Ia berniat memberikan makanan yang banyak ke pengemis. Sebab hidangan malam pertama seperti ini menunya memang beragam dan porsi besar. 


Gadis itu kembali menuju ruang makan. Lalu minta izin suaminya. Ia paham, bahwa untuk shodaqoh sekalipun harus meminta izin kepada sang suami. Itu adalah ajaran perintah agama yang ia ketahui saat ikut pengajian.


Ia memohon ke pasangannya "Suamiku, di luar ada pengemis. Dalam keadaan badannya gemetaran. Dia sangat kedinginan dan tampak lapar. Pada malam ini kita sedang berhamburan makanan. Izinkan aku untuk memberikan makan sedikit saja kepadanya."


Tanpa diduga-duga reaksi si suami itu beringas. Ia mendobrak meja sembari mengatakan "Sungguh kurang ajar sekali pengemis itu, tidak tahu diri, sudah minta-minta, apalagi di waktu larut malam seperti ini, dia tidak tahu bahwa itu mengganggu orang saja."


Tak berlangsung lama dia memerintah istrinya "Wahai istriku, kita sedang menikmati malam pertama, kita sedang menikmati masa-masa indah, lalu diganggu dengan pengemis itu. Usir saja pengemis itu!"


Sang istri semakin kaget melihat suaminya yang tak punya akhlak dan pekerti baik seperti itu. Kembali lagi ia mencoba menenangkan pasangannya. "Suamiku, mohon tenang. Itu hanya seorang pengemis yang hanya meminta sedikit makanan dari kita. Berikan saja. Aku mohon padamu."


Ia terus mencoba meyakinkan "Dia sangat kasihan sekali keadaannya."


Rayuan istrinya itu bukannya direspon rasa iba, justru dengan tangkasnya ia berlari menuju pintu depan. Tanpa basa-basi ia menghinakan pengemis itu dengan kata-kata dan mimik muka. Tak cukup itu, dia memukuli pengemis itu. Lalu mengusirnya disertai kata-kata kasar dan kotor.


Lelaki congkak itu melabrak "Kau tidak tahu, makanan yang kami peroleh ini dengan cara kerja keras, makanya kerja keras, jangan asal minta-minta. Dasar pengemis tidak tahu diri."


Pengemis itu langsung saja berlari. Ia tak mengira bakal mendapat cacian apalagi pukulan. Sesial-sialnya pengemis, setidaknya akan dicuekkin oleh tuan rumah. Serta paling tidak ditolak dengan bahasa yang tak kasar.


Tak lama setelah itu, sang istri hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Ia tak pernah menyangka memiliki suami seperti itu. Lebih-lebih ini malam pertama. Malam perkenalan dan mempererat hubungan. Seharusnya saling menahan diri untuk menjaga keadaan.


Akhirnya, keindahan malam pertama pasangan pengantin itu luntur akibat ulah suami. Istrinya menangis tersedu terus menerus. Adapun suaminya sudah tidak ada rasa semangat untuk menikmati malam syahdu. Ia beranggapan gara-gara pengemis itu seleranya jadi hilang.


Hari berlalu begitu saja. Istrinya makin tersiksa punya suami yang kasar. Baik dari segi bicaranya maupun main tangan. Akhirnya setelah beberapa tahun mencoba mempertahankan bahtera rumah tangga mereka pun ditakdirkan berpisah.


Setelah bercerai, perempuan itu mencoba menyendiri. Mengobati rasa sakit bertahun-tahun yang dialami. Baginya perceraian bukan jalan keluar masalah. Namun, bagaimana lagi suaminya tak kunjung berubah. Makin hari makin tak memungkinkan untuk mempertahankan hubungan.


Perempuan itu terlarut dalam kesendirian. Ia khusuk beribadah pada Allah SWT. Ia banyak bersedekah. Ia paham sedekah menolak balak. Gayung bersambut, ikhtiarnya dikabulkan oleh Allah. 


Ia dipertemukan dengan lelaki sempurna yang  akan menikahinya. Sosok pria yang kaya raya, baik hati, lemah lembut, serta ciri-ciri orang saleh lain dia miliki. 


Pendek cerita, sejarah berulang. Tatkala malam pertama pernikahan tiba. Bagaikan memutar kaset rekaman, peristiwa yang dialami perempuan itu muncul lagi. Sepasang kekasih itu menyantap hidangan bersama. Makan malam yang penuh dengan keindahan.




Di tengah mereka menyantap makan malam tersebut, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Tahu akan hal itu suami bilang "Lihatlah wahai istriku, siapa yang ada di luar sana. Barangkali orang tersebut sedang perlu bantuan kita."


Dengan ringan sang istri berjalan menuju pintu. Ternyata ada seorang pengemis. Langsung saja ia teringat dengan kisahnya yang dialami beberapa tahun lalu. 


Kemudian ia datang menemui suaminya seraya mengucapkan "Suamiku, di luar sedang ada pengemis yang sedang kedinginan dan kelaparan. Bolehkah kita beri dia makanan?"


Berbeda dengan suaminya yang dulu, lelaki itu berkata "Ajak pengemis itu masuk, ajak dia makan, kita saat ini sedang berlimpah makanan. Kita makan bersama-sama di meja ini. Ayo, ajak pengemis itu masuk ke dalam rumah ini."


Pengemis itu pada akhirnya masuk dan menuju ruang makan. Mereka makan bersama-sama. Bertiga di atas meja makan. Akan tetapi hal tak terduga terjadi. Sang istri hanya duduk terdiam dan menunduk.


Sang suami belum terlalu menyadari keganjilan pada istrinya. Dia terus memakan hidangan di meja. Adapun pengemis tanpa malu melahap makanan hingga kenyang. Setelah itu pengemis meminta izin untuk keluar meninggalkan rumah. 


Malam indah berdua di kamar akhirnya tiba. Sang istri yang sejak makan malam tadi diam saja memutuskan untuk menyampaikan sesuatu. Ia berjalan menuju kamar dan berkata pada suaminya.


Belum juga berkata, air mata sang Istri mengalir tak tertahan. Makin lama makin deras keluar disertai senggukan hingga bahunya berguncang. Tahu akan hal itu suaminya mencoba untuk menenangkan.


Dia berkata "Wahai istriku, Kenapa? Ada apa? Apakah pengemis itu melakukan sesuatu terhadapmu? Apa dia menyakitimu? Katakan sesuatu wahai istriku?"


Suami itu terus mencoba bertanya. Sebab ia tak sanggup lagi membendung derai air mata belahan jiwanya. 


Lama kelamaan, akhirnya kondisinya terkendali. Ia berucap "Kau tahu beberapa tahun lalu, saat aku bersama mantan suamiku, aku teringat ada seorang pengemis yang mengetuk pintu rumah, dan apa yang dilakukan suamiku terhadap peminta-minta itu tak sesuai ajaran Islam."


Sambil berpegangan tangan sang istri menambahi lagi "Dan akupun sedih atas perilaku tercela mantan suamiku itu. Hari ini aku sangat sedih dan sangat terharu, ternyata engkau dikirim oleh Allah padaku, menjadi suami yang baik. Engkau mau memerikan makan orang miskin."


Sang suami sambil membelai bagian tubuh istrinya terus mendengar. Dia menanggapi "Lantas kenapa engkau menangis seperti ini?"


Sejenak kemudian istrinya menjawab "Suamiku, kau tahu siapa pengemis tadi yang makan bersama kita? Dia adalah mantan suamiku. Dulu ia teramat kaya raya. Namun memiliki sifat yang dibenci Allah. Aku sedih melihat keadaannya. Ia berubah total. Ia dibalikkan oleh Allah SWT menjadi seperti itu sekarang."


Mendapat jawaban dari istrinya, Sang suami menatap wajah pasangannya. Ia pun ikut menangis. Berderai air mata jatuh satu persatu. 


Menyusul setelah itu dia berkata "Kau tahu siapakah aku ini wahai istriku? Kau menangis sedemikian rupa karena yang menangis tadi adalah mantan suamimu. Dan kau tahu siapa aku? Aku adalah pengemis yang meminta makan di malam pertamamu beberapa tahun lalu."




Di tengah terkagetnya sang istri, seakan tak percaya takdirnya, dia melanjutkan "Setelah kejadian itu, aku terus memohon pada Allah dan ikhtiar agar dinaikkan derajatku oleh Allah. Serta mendapat pasangan salehah seperti itu. Lihatlah sekarang, Allah memutuskan kita untuk berjodoh."


Tak pelak di malam pertama pengantin itu mereka saling tangis menangis. Mencoba memahami dan mensyukuri ketetapan Allah yang diberikan kepada mereka.


Ilustrasi suami-istri bahagia (sumber gambar)


Akhirnya  sepasang kekasih itu hidup bahagia bersama. Mereka mengarungi rumah tangga dengan ketenangan, kebaikan, dan keindahan. Hari-hari dipenuhi senyuman, keimanan, dan ketakwaan pada Allah SWT. Jodoh dan rezeki memang misteri. 


TAMAT




Disclaimer: Tulisan ini didasarkan dari ceramah dari Kiai. Serta dipadukan dengan ceramah Bu Nyai di waktu dan tempat berbeda.




Baca tulisan menarik lainnya:

2 Tanggapan untuk "Kisah Nyata: Malam Pertamaku yang Tak Terlupakan"

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*