Begitu pula yang dialami oleh si Mbok dalam cerita ini. Beliau merupakan pedagang jajanan cenil dan klepon. Tentu komposisi utama yang harus ada pada panganan itu adalah kuah gula merah. Tanpa itu rasanya akan hambar.
Dalam berdagang si Mbok mempunyai kebiasaan unik. Namun, tak semua pelanggan peka atau perhatian atas gelagat aneh beliau. Walaupun tahu, barangkali enggan untuk bertanya. Mungkin malu, atau memang tak hobi kepo.
Berbeda dengan anak muda satu ini. Sebut saja namanya Taufiq. Dengan tekat bulat, dia berani menanyakan aktivitas rutin yang dilakukan si Mbok. Pemuda itu heran, mengapa setiap dia beli si Mbok selalu meneteskan gula merah cair.
Pemuda itu bertanya tanpa basa-basi "Maaf Mbok, saya lihat panjengengan (anda) selalu meneteskan gula merah cair ke lantai buat apa ya Mbok?"
Sambil tersenyum khas orang sepuh dari kampung si Mbok menjawab "Itu buat penglaris Mas."
Ilmu pelaris dagang si Mbok (sumber gambar) |
Tentu pemuda itu terkaget bukan main dalam hati. Tapi emang dasar ia pemuda pantang menyerah, tak segan menimpali jawaban penjual cenil itu "Penglaris bagaimana Mbok? Bukannya malah bikin semut datang."
Di tengah gejolak suudzon (prasangka buruk) yang membara dalam hati pemuda, dengan senyuman si Mbok menanggapi "Begini lo Mas, justru saya bagi-bagi rizqi pada semut. Setetes gula merah itu bisa kasih makan puluhan semot lo Mas. Jadi semutnya tidak usah susah-susah cari makan. Karena saya sudah bantu pakai gula merah itu."
Sembari menata dagangannya si Mbok melanjutkan "Gusti Allah kan sudah kasih saya rizqi setiap hari Mas. Setetes gula merah kan enggak banyak dan tak bikin saya miskin. Malah dagangan saya laris lo Mas. Jadi setiap ada pembeli saya selalu sedekah dengan setetes gula merah."
Pemuda itu mulai memahami maksud si Mbok. Ia takjub sekonyong-konyongnya. Betapa hal tersebut, tak terpikirkan oleh kebanyakan orang zaman sekarang. Ia tak banyak tanya lagi. Memilih diam, mendengarkan kisah teladan dari beliau.
Si Mbok menambahi "Buat kita setetes mungkin cuma di ujung lidah saja, tapi buat semut kan bisa untuk puluhan perut. Dan itu sudah puluhan tahun saya lakukan sejak saya jualan begini. Alhamdulillah, dagangan saya selalu habis."
Seraya duduk manis di bangku kecil dan pendek, pemuda itu terus mendengarkan apa yang dikatakan Si Mbok. Tak pelak itu membuat beliau makin semangat untuk berbagi kisah hidup, "Saya keluar rumah jam setengah enam pagi dan jam 9 pagi biasanya sudah habis. Alhamdulillah, rizqinya tak putus-putus lo Mas."
Makin terkagum pemuda itu sambil agak menundukkan pandangan. Sebagai bentuk hormat pada beliau yang nampak ikhlas beramal. Untuk mengokohkan hati pemuda itu, si Mbok menunjukkan bukti lain dari hasil sedekah.
"Kemarin saya juga pulang umroh lo Mas, Alhamdulillah anak saya lulusan Universitas Indonesia. Dia yang berangkatkan saya umroh."
Sebelum mulut pemuda bertanya, si Mbok berkata sambil merendah hati "Anak saya jadi kuli di pertamina."
Berkat sedekah rutin setetes kuah gula merah pada hewan semut selama 20 tahun, si Mbok bisa berangkat Umroh. Satu tetes saja bisa berkah. Bagaimana bila ribuan tetes? Wallahualam bissawab.
TAMAT
Disclaimer: Tulisan ini didapat dari video di media sosial yang santer beredar. Dalam video tersebut dikatakan bahwa kisahnya adalah nyata. Perlu diketahui, dalam penulisan di postingan ini ada sedikit perubahan dan penambahan redaksi. Kendati demikian, itu tidak merubah makna maupun alur cerita.
Disclaimer: Tulisan ini didapat dari video di media sosial yang santer beredar. Dalam video tersebut dikatakan bahwa kisahnya adalah nyata. Perlu diketahui, dalam penulisan di postingan ini ada sedikit perubahan dan penambahan redaksi. Kendati demikian, itu tidak merubah makna maupun alur cerita.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Nyata: Sedekah Satu Tetes Air Gula, Bisa Berangkatkan Si Mbok Umroh"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*