Cerita yang menggetarkan ini jadi bukti bahwa hanya karena satu tindakan kecil suatu keadaan bisa berubah seketika. Sebagaimana disampaikan oleh salah satu tokoh agama dalam ceramahnya. Untuk memotivasi agar bertambahnya iman dan meningkatnya taqwa bagi jamaahnya.
Suatu hari pada zaman tabi'in (generasi muridnya Sahabat Rasulullah) di Damaskus, Syiria ada sebuah Masjid bernama at-Taubah. Di sana ada seorang tabi'in masyhur yang alim. Beliau adalah Kiai yang miskin, kharismatik, menjadi imam, dan mengajar ilmu setiap hari di Masjid itu.
[Lokasi Damasku, Syiria/Suriah]
Layaknya Kiai pada umumnya, ada calon santri yang ingin berguru dan menimba ilmu pada beliau. Seperti halnya yang dilakukan oleh anak muda miskin yang menjadi tokoh dalam cerita ini. Ia datang dari luar Damaskus hendak belajar agama sambil menumpang hidup bersama Kiai (mondok).
Segala kebutuhan mulai dari makan-minum hingga tidurnya dipenuhi Kiai. Semuanya dilakukan di lingkungan Masjid. Sambil santrinya membantu-bantu Kiai. Apa yang dimakan dan diminum Kiai itulah yang juga diberikan pada santrinya. Tempat tidurnya juga sama-sama sederhana.
Setelah tiga bulan mondok, pemuda itu sangat takjub pada Sang Kiai. Dia mengatakan maha gurunya itu sangat zuhud. Ketika ada makanan maka akan makan seperti biasa. Namun ketika tak ada makanan maka akan berpuasa.
Pemuda itu menuturkan "Sudah tiga hari ini kami berpuasa, sahur dengan sebutir kurma dan segelas air, buka puasa juga begitu. Di hari ketiga ini Kiai saya masih kuat puasa, tapi saya sudah tidak kuat lagi."
Anak muda itu menambahkan "Saking tidak kuatnya menahan lapar, saya bungkukkan punggung saya sambil menekan perut saya, supaya lapar saya hilang."
Dalam keadaan dirundung kelaparan ternyata syaitan mengacaukan hati si pemuda dengan membisikkan "Wahai anak muda, sekarang sudah halal buat kau mencuri makanan, kalau kau tidak mencuri makanan kau akan makan dari mana? Bakal mati kelaparan. Minta pada Kiaimu percuma, sebab dia juga tidak punya. Mau minta-minta sama orang, Kiaimu juga melarang itu. Sekarang saatnya kau curi sepotong roti saja agar tak mati kelaparan."
Pemuda itu terbujuk rayuan syaitan untuk mencuri makanan di rumah sekitar Masjid. Lantas ia mulai bergerilya menaiki salah satu rumah. Namun, di rumah itu ternyata ada tiga perempuan yang sedang tidak menutup auratnya. Lagi menenun kulit domba. Ia pun memalingkan pandangan.
Tujuan pemuda itu memang bukan melihat aurat perempuan, yang jelas-jelas haram baginya. Ia menuju sasaran rumah berikutnya. Sesudah menaiki rumah dia mengintip melalui celah pelepah kurma yang jadi atap. Terlihat kondisinya sepi. Tapi ada bau masakan yang menggoda hidung.
Saking laparnya, pemuda itu dengan sigap turun, lalu masuk ke rumah. Ternyata ada panci yang sedang dipakai masak menggunakan kayu bakar. Di dalamnya ada dua buah terong yang sedang direbus. Diambillah satu terong kemudian digigit. Belum juga ditelan, tahu-tahu muncullah hidayah.
Ketaqwaan (ketakutan dan kepatuhan) pada Allah tiba-tiba tumbuh mekar. Lantas pemuda itu berkata pada dirinya sendiri.
"Subhanallah, syaitan berhasil membuat saya melakukan tiga dosa sekaligus. Yang pertama masuk rumah orang tanpa izin. Kedua telah mencuri. Ketiga memakan makanan yang haram."
Anak muda itu menambahi "Tidak mungkin Allah membuat saya mati kelaparan karena meninggalkan yang haram. Sebab Nabi Muhammad bersabda barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan mengganti itu dengan yang lebih baik darinya."
Dengan spontan pemuda itu memuntahkan terong. Ia lemparkan gumpalannya di lantai dapur. Kemudian kembali di Masjid untuk mengikuti pengajian. Sayangnya, ia tidak dapat menangkap apa yang disampaikan dalam pengajian. Disebabkan rasa lapar yang melilit tak tertahan.
Waktu pengajian bubar, Kiai masih duduk di kursi beliau. Adapun si pemuda bersandar di tiang Masjid. Serta masih ada satu orang sepuh berada di serambi belakang. Mendadak masuklah seorang perempuan bertemu Kiai. Nampaknya berbicara sesuatu yang penting.
Secara reflek pemuda itu menundukkan pandangan. Tak lama dari itu, Kiai mengangkat pandangan sambil mengarahkan pandangan beliau pada anak muda. Lantas beliau meminta "Ke sinilah wahai muridku." Datanglah ia mendekati Kiai.
"Apakah kau sudah menikah?" Tanya Kiai. Pemuda itu menjawab "Belum." Kiai menambahi pertanyaan "Apa kau ingin menikah?" Pemuda itu diam. Kiai mengulangi hingga tiga kali pertanyaannya. Baru anak muda itu merespon.
Pemuda bilang "Duhai Kiai, Setelah Allah SWT hidup saya hanya bergantung pada Anda, apa yang Anda makan dan minum juga saya minum. Sekarang sudah tiga hari kita tak punya makanan dan minuman. Saya sangat lapar. Kalau saya nikah saya mau beri makan dari mana istri saya?"
Kiai bertutur "Ini perempuan di sebelah saya, baru selesai masa iddahnya, 4 bulan 10 hari yang lalu suaminya meninggal, dia ditinggalkan harta yang cukup, dia masih muda, dia takut terkena fitnah, dia meminta saya untuk dicarikan jodoh, saya anggap kamu cocok. Kamu mau?"
Pemuda itu menjawab "Iya." Kiai melanjutkan bertanya pada perempuan "Kamu mau?" Perempuan itu menjawab "Iya."
Tak lama setelah itu Kiai mengeluarkan kendi dari kamar dikasihkan pada pemuda untuk jadi mahar. Dipanggil wali nikah dari pihak mempelai perempuan. Dipanggil pula dua orang saksi. Terjadilah kalimat akad nikah. Pernikahan sah dalam hitungan singkat di hitungan menit itu juga.
Sebelum berpisah Kiai berpesan "Pulanglah ke rumah istrimu, saatnya sekarang kamu pulang, nanti kalau kamu mau sholat dan pengajian datanglah ke Masjid. Sudah tidak perlu menumpang lagi di Masjid."
Sambil berjalan menuju ke rumah dua sejoli itu bertaaruf. Mereka masih malu-malu. Terlebih lagi si pemuda. Cuma hitungan menit beberapa waktu lalu ia kelaparan, tapi sekarang sudah menikah. Sebuah keajaiban. Bolak-baliknya dunia yang sulit dimengerti.
Tak disangka istrinya mengajak masuk ke rumah yang pemuda itu kenali. Istrinya bilang "Masuklah suamiku, ini rumah kita". Pemuda itu masuk lalu duduk di ruang tamu. Pemuda itu membatin "Benar, ini adalah rumah yang tadi saya masuki untuk mencuri makanan."
Untuk memecah keheningan, istri berkata "Wahai suamiku, tadi anda bilang sudah tiga hari tidak makan, mau makan?" Dengan mantap suaminya mengiyakan. Istrinya masuk ke dapur dan menemukan sesuatu yang ganjil. Panci terbuka dan isinya sudah dalam keadaan tergigit.
Dengan terkaget istri itu berteriak "Siapa yang memakan terong saya?". Kemudian suaminya menghampirinya. Ia pun menceritakan semua kronologinya dari a hingga z. Ia bilang "Demi Allah, sebelum saya telan saya takut pada Allah lalu saya lempar ke lantai dapur, lihatlah belum kering itu."
Mengetahui semua itu istrinya mengatakan "Saya berharap semua Muslim punya iman yang seperti ini."
Perempuan itu manambahi "Wahai suamiku, engkau telah meninggalkan segumpal makanan haram. Maka Allah jadikan makanan ini, pancinya, rumahnya, pemilik rumahnya, semuanya jadi milikmu sekarang."
Akhirnya suami-istri itu hidup bersama bahagia.
TAMAT
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cerita Nyata: Gara-gara Sebuah Terong, Janda Muda Dinikahkan oleh Kiai untuk Mencegah Fitnah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*