Banjirembun.com - Lulusan sarjana di zaman sekarang ini sungguh teramat banyak. Kendati demikian, ternyata antara warga usia 18 tahun ke atas yang kuliah dengan yang tak pernah perbandingannya masih teramat jauh. Sayangnya, lulusan yang tergolong "tak" banyak itu sebagian besar kesulitan terserap kerja di bidang formal. Banjirembun.com
Mayoritas sarjana sekarang ini bekerja tak sesuai dengan kualifikasi ijazah. Lulusan teknik kimia perguruan tinggi ternama contohnya, tidak serta merta langsung diterima kerja pada pabrik. Begitu pula lulusan teknik mesin, pendidikan (guru), ekonomi, dan masih banyak jurusan lain yang bernasib sama.
Amat mending walau tak diterima pada perusahaan, perkantoran, atau lembaga tetapi punya usaha sendiri sesuai bidang kuliah. Misalnya jurusan informatika membuka jasa instalasi komputer, jurusan pendidikan buka les privat atau lembaga les, dan jurusan ekonomi membuka usaha dagang mandiri.
Kenyataannya, lebih banyak lulusan sarjana yang bekerja atau berwirausaha tak sesuai dengan keilmuan program studi saat kuliah. Kalaupun bekerja serasi dengan bidangnya, tapi gajinnya mengenaskan. Teramat pas-pasan untuk diterima. Fenomena itu sering terjadi pada sarjana pendidikan (guru).
Kadang, orang memilih menjadi guru selain mendambakan tunjangan sertifikasi Guru yang cukup menjanjikan, juga demi mendapatkan martabat. Sebagaimana diketahui profesi guru, walau sekarang sudah mengalami penurunan nilai kehormatan, masih dinilai bermartabat dan "tanpa tanda jasa".
Begitu pula dengan gelar sarjana dari jurusan pendidikan. Jauh lebih bermuatan nilai "moral", sosial, ketulusan, kesopanan, keteladanan, dan sifat-sifat baik lain. Sebagai calon seorang pendidik banyak yang menilai mereka orang yang jujur, integritas, amanah, dan cerdas saat diajak kerja sama (bisnis).
Langkah Menguangkan Gelar Sarjana dan Profesi Guru
Bagi beberapa orang, ijazah tidak ada gunanya selain hanya memberi gelar dan bukti pernah berpendidikan. Adapun sebagian lain, ijazah bisa menjadi aset berharga dalam mencari uang. Walau seringkali antara bidang ilmu di ijazah dengan cara mengkapitalisasinya tidak sinkron.
Bagaimanapun, orang yang pernah lulus kuliah dan sekolah akan berbeda dengan orang yang tidak lulus atau malah tidak pernah sama sekali. Orang berpendidikan pasti memiliki nilai tambah. Minimal memiliki ijazah, gelar, atau bahkan mungkin profesi terhormat. Itu semua bisa untuk membangun citra diri.
Sebenarnya, ijazah bisa dikapitaliasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Terlebih lagi bila orang tersebut kreatif, ulet, dan fokus pada usaha atau karirnya. Baik itu dengan cara bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun bekerja pada orang lain.
|
Ilustrasi uang hasil kapitalisasi gelar dan profesi (sumber gambar) |
Gelar dan profesi bisa jadi alat untuk membangun kepercayaan calon pelanggan, mitra (klien), maupun jadi daya saing pada kompetitor. Apalagu ketika lokasi berprofesi sudah jelas, transparan, dan memiliki nilai tambah. Misalnya seperti sekolah, kampus, kantor yayasan berbasis agama, dll.
Berikut ini cara mengkapitalisasi gelar sarjana dan profesi
1. Jadi YouTuber
YouTuber yang punya gelar sarjana dan punya profesi tetap tentu memiliki nilai tawar lebih tinggi di mata penontonnya. Terlebih, ketika dibandingkan dengan YouTuber baru yang masih pengangguran. Di mana, ia hanya menggantungkan penghasilan pada akun YouTube-nya.
Menjadi keunggulan tersendiri, saat tema atau topik bahasan yang disampaikan pada video YouTube sesuai dengan bidang pendidikannya. Tentu penonton tambah semakin yakin karena apa yang disampaikan telah dipelajari sebelumnya pada perkuliahan. Atau setidaknya sesuai dengan profesi yang sedang digeluti.
2. Jadi Blogger
Ada yang mengatakan menjadi Blogger itu sulit. Mungkin mudah saja menampilkan iklan di blog sehingga layak "diuangkan". Namun, untuk mendapatkan penghasilan besar tiap bulannya ternyata kesulitan. Apalagi jika blog tersebut dikelola oleh "orang tak jelas" maka makin lebih berat bebannya.
Seperti halnya YouTube, seharusnya seorang kreator tulisan harus menampilkan jati diri. Tidak hanya muka tapi juga gelar maupun profesinya. Dengan begitu para pengunjung bakal tahu apakah blog tersebut dikelola oleh orang tepat dan dijalankan tidak asal-asalan.
Gelar sarjana dan status profesi yang digeluti juga dapat ditampilkan saat promosi blog. Supaya makin banyak yang berkunjung caranya yakinkan para calon pembaca lebih dulu. Tunjukkan jati diri penulis dan pendiri saat promosi blog. Itu dapat menjadi nilai tambah dan pertimbangan positif.
3. Jadi Usahawan Mandiri
Menjadi makelar, penjual, atau penawar jasa dan produk lainnya tidak ada salahnya membuat kartu nama. Dalam kartu nama itu cantumkan gelar dan profesi lain. Dalam akun media sosial khusus untuk bisnis, juga dapat membubuhkan keduanya. Dengan begitu calon pembeli atau pengguna jasa bakal lebih percaya.
Ikuti pula grup media sosial yang sesuai dengan profesi. Di sana dapat mempromosikan jasa atau layanan yang tengah digeluti. Dijamin admin tidak ada yang mengeluarkan dari grup saat postingan sesuai tema. Serta, apa yang ditawarkan itu wajar dan tidak dilakukan sering.
4. Mendapat Beasiswa dan Bantuan
Teruntuk yang baru lulus S1 tapi belum punya pekerjaan yang lebih menjanjikan, tak ada salahnya mengajukan beasiswa. Misalnya seorang guru mengajukan beasiswa S2 pada kantor Dinas Pendidikan Daerah ataupun Pusat. Itu seringkali bisa dilakukan ketika ada pengumuman peluang beasiswa.
Selain dari itu, jalan lainnya juga dapat mengajukan beasiswa full maupun sebagian pada pemerintah daerah. Sebab, pemda pasti punya anggaran sosial. Salah satunya untuk beasiswa bagi putra dan putri asli daerah. Begitu pula perusahaan besar pasti punya dana CSR (Coroporate Social Responsibility).
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "4 Cara Mengkapitalisasi Gelar Sarjana dan Profesi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*