Bagi orang tua yang merasa yakin anak remajanya sedang baik-baik saja, lebih baik waspada. Ada sejumlah kasus saat orang tua merasa tenang dan percaya pada anaknya, di saat itu pula si anak berbuat hal yang bikin malu keluarga.
Namun demikian, kekhawatarin berlebih pada buah hati juga tak baik. Apalagi bila disertai sikap orang tua yang mengintograsi, memojokkan, menghakimi, dan otoriter. Itu semua menjadikan kreatifitas positif anak jadi terpenjara.
Zaman sekarang merupakan era peralihan. Kehidupan anak saat ini teramat jauh beda dengan dunia anak ketika orang tua masih kecil. Sekarang adalah masa di mana digitalisasi (online-isasi) begitu liar bergerak menerobos sekat.
Tidak ada lagi dinding penghalang antara yang baik dengan buruk, antara si kaya dengan miskin, antara desa dengan kota, serta antara-antara lainnya. Semuanya terhubung dengan mudah dalam satu wahana bernama internet.
Teknologi informasi mampu membuat dunia ini menjadi datar (bukan bumi datar). Semuanya setara, tanpa ada penguasa sesungguhnya lagi. Sebab kekuasaan yang sebenarnya sekarang ini berada di "informasi" digital.
Siapa yang menguasai informasi yang berseliweran bebas di internet maka dialah yang akan punya pengaruh. Bandul peradaban tidak lagi condong pada pemodal dan penguasa di dunia nyata. Namun, berada di tangan nitizen.
Sayangnya, posisi remaja dalam mengisi aktivitas di dunia maya tak selalu positif. Anak masih proses mencari jati diri. Dalam posisi itu, ada yang punya prinsip cukup kuat. Namun, ada juga yang mengekor seperti anak ayam.
Tak sedikit yang pernah terjerumus untuk melakukan hal konyol, tercela, nista, tabu, dan dosa. Kadang semua itu dilakukan atas dasar "ingin coba-coba" dan hanya ingin tahu. Iya kalau sementara, bagaimana ternyata keterusan?
Sebelum terlambat segera kenali anak sedari dini dan sedalam-dalamnya hingga ujung akar. Banyak kasus ditemui anarkisme, bunuh diri, hingga pembunuhan oleh anak disebabkan kesalahan orang tua dalam memahami buah hati.
|
Ilustrasi anarkisme pada remaja disebabkan internet (sumber gambar) |
Nah, berikut ini 5 hal tabu di dunia maya yang disembunyikan anak dari orang tuanya.
1. Menyukai dan Mengikuti Hal Aneh di internet
Ada beberapa kasus dari anak usia SMP dan SMP terpengaruh komunitas gore (maniak darah dan sadistik), vandalisme online, homoseksual, hingga aliran sesat keagamaan. Itu terjadi karena pergaulan bebas di dunia maya. Bisa di grup WhatsApp, Facebook, hingga Instragram.
Bukannya terpengaruh pada hal-hal baik di internet, anak seringkali ikut-ikutan perihal aneh dan tabu. Lebih-lebih bila pada dasarnya dalam diri anak itu ada bibit atau keinginan untuk menggemarinya. Lantas ada komunitas online yang selalu mem-backup dan menyuburkannya.
2. Mengikuti Grup atau Komunitas Online "Sampah"
Sesuatu yang tak berfaedah seringkali terasa lebih menyenangkan dan melegakan bagi remaja. Gejolak hormon dalam dirinya jadi terlampiaskan. Sebut saja seperti bicara kotor, jorok, vulgar, mengumpat (misuh), dan semacamnya. Itu semua pasti ada di dalam grup media sosial "sampah".
Anak bila hatinya tak punya pegangan kuat maka akan merasa tidak risih berada dalam grup tak faedah. Bukannya langsung keluar grup atau paling tidak memberikan nasehat maupun peringatan bagi anggota grup lain yang "anti sosial", justru malah menikmatinya dengan tertawa lalu ikut-ikutan.
3. Menikmati Cerita, Gambar, dan Video Tak Pantas
Cerita, gambar dan video amoral bisa didapat dengan mudah oleh anak. Mereka bisa mendapatkan semua itu secara gratis di media sosial. Satu kali klik, foto dan video bisa tersimpan rapi di galeri penyimpanan media. Kalau tidak begitu mereka menggunakan aplikasi tertentu.
Biasanya anak yang mengoleksi cerita, gambar, dan video tak pantas bakal "menggembok" ponsel mereka. Itu agar orang tua atau keluarganya tidak dapat mengakses ponsel. Tak jarang anak saling barter koleksi dengan temannya.
4. Memposting Foto dan Video Pribadi "Sampah"
Untuk mencari perhatian atau agar dirinya viral di dunia maya salah cara remaja adalah membuat foto dan video pribadi. Bukannya gambar wajar yang dibuat tapi justru gambar vulgar. Lalu di posting ke media sosialnya.
Tak hanya gambar diri sendiri, kadang mereka berfoto dan rekam video bersama lawan jenis. Dengan penuh kemesraan untuk menunjukkan statusnya. Kadang pula merekam video bersama-sama banyak teman, tapi kontennya jauh dari yang disebut berfaedah.
5. Pergaulan Bebas Dunia Maya
Pacaran atau hubungan online di dunia maya kini marak terjadi. Walau baru kenal dan terpaut jarak yang sangat jauh tak menghalangi suatu kebersamaan. Layaknya pacaran tidak sehat di dunia nyata, remaja juga punya akal untuk melakukan pacaran nakal di dunia maya.
Sepasang sejoli melakukan video call vulgar hingga telanjang. Tak hanya pada lawan jenis. Bagi pengidap homoseksual melakukan hubungan tak sehat itu juga dilakukan sesama jenis. Pergaulan bebas tidak hanya di dunia nyata. Di dunia maya itu jauh lebih mengerikan.
namanya jiwa muda memang slalu labil dan ingin tahu...oleh karena itu pada usia tersebut sangat rentan kalau dimasuki pedoman-pedoman yang salah...contoh seperti diatas, bahkan untuk kalangan fanatis agama pun memanfaatkan anak-anak muda di umuran sperti ini untuk di cuci otaknya...karena apa? karena sangat mudah serta didukung oleh kelabilan jiwa nya serta kurangnya support keluarga
BalasHapus