Kita sering mendengar istilah doping dalam berita olahraga. Ada beberapa atlet kena blacklist, skorsing, bahkan dilarang total terjun lagi di dunia olahraga. Semua itu gara-gara obat terlarang yang disebut doping.
Salah satu cara untuk mendeteksi seseorang menggunakan doping atau tidak adalah dilakukan tes urin. Di mana, beberapa teknis memasukkan zat doping ke tubuh melalui transfusi darah, suntikan, hingga meminumnya.
Penggunaan doping sebagai zat maupun metode merupakan cara curang untuk meningkatkan prestasi olahragawan. Banyak jenis doping yang paling populer digunakan. Mulai dari insulin, steroid anabolik, hingga Erythropoietin (EPO).
Arti Doping
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional di Pasal 1 nomor 22 mengartikan doping sebagai "penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga."
Penggunaan doping dilarang dalam semua kegiatan olahraga. Itu dilakukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan atlet, sportivitas, dan menjunjung nilai luhur olahraga. Bagi siapa saja yang melanggar aturan akan dikenai sanksi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) doping didefinisikan sebagai "produk berupa obat atau darah untuk meningkatkan prestasi atlet." Padanan istilah dari doping adalah pendadahan. Yakni, penggunaan zat atau teknik tertentu pada atlet secara ilegal.
Adapun menurut Cambridge Dictionary, doping berarti kegiatan pemberiaan obat-obatan untuk manusia maupun hewan agar membuatnya berkinerja baik atau sebaliknya menjadi lebih buruk dalam perlombaan. Dalam arti ini maka doping bermakna luas.
Efek Buruk Doping
Efek buruk Doping tidak hanya menyangkut masalah fisik/tubuh tapi juga psikologis hingga sosial. Secara rinci berikut ini beberapa dampak negatif doping.
1. Doping jenis tertentu memang dapat meningkatkan nilai estetis tubuh. Misalnya bentuk tubuh berotot dan kekar. Namun, dari jenis lain doping justru membuat tubuh terlihat aneh. Terjadi pertumbuhan bulu pada bagian tubuh tidak pada umumnya. Hal itu akan jauh lebih terlihat bagi olahragawati. Pada lelaki doping juga dapat membikin cepat botak.
2. Komplikasi penyakit jangka pendek maupun panjang. Penggunaan doping dapat menyebabkan meningkatkan tekanan darah, munculnya jerawat, kemandulan, stroke, serangan jantung, penyakit ginjal, gangguan hati, sakit paru-paru, meningkatkan atau sebaliknya menurukan kadar gula darah, hingga kerusakan otak.
3. Overdosis. Sifat ketergantungan (adiktif) penggunaan doping sama seperti narkotika. Makin lama dan makin sering digunakan maka dosis yang dipakai makin besar. Ketika itu terjadi secara terus-menerus bisa terjadi overdosis. Bisa dikatakan doping termasuk tindakan penyalahgunaan obat-obatan dan zat terlarang.
4. Efek psikologis penggunaan doping bersifat kausistik. Tiap pengguna memiliki dampak berbeda. Ada yang insomnia, mimpi buruk, depresi, mudah tersinggung (sensitif), halusinasi, kekacauan pikiran, hipomania, hingga perilaku agresif.
5. Efek sosiologis doping bagi kehidupan cenderung bersifat domestik. Artinya tergantung dengan kearifan lokal masyarakat atau komunitas di sekitar. Doping dapat menimbulkan rasa tercurangi dan muncul rasa iri bagi atlet lain. Hal itu dapat menyebabkan persaingan tidak sehat. Akibatnya pengguna doping dapat dikucilkan oleh komunitas olah raga.
Lebih dari itu bila doping menjadi hal wajar maka generasi olahragawan berikutnya bakal ikut-ikutan menggunakan doping. Sportivitas dalam olah raga bakal hilang karena cara instan digunakan. Bisa dikatakan, doping lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Doping dan 5 Efek Buruk Bagi Penggunanya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*