Setelah sistem pemerintahan Islam berbasis Khilafah yang demokratis (634-661 M) berakhir lahirlah pemerintahan berbentuk kerajaan/kekaisaran/dinasti. Di mana pemimpin bersikap otoriter dan kekuasaannya diwariskan secara turun-temurun. Tentu itu sangat berbeda jauh dengan masa khilafah rasyidin.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan. Salah satu sahabat nabi yang bertugas menulis wahyu Allah. Sebagian riwayat mengatakan bahwa proses suksesi atau pergantian kekuasaan ke tangan Muawiyah (661-680 M) sebagai raja pertama diperoleh melalui tipu daya, tanpa musyawarah, bahkan menggunakan kekerasan.
Tren sistem pergantian kekuasaan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyat bersumpah setia pada anaknya Yazid (680-683 M). Ia ingin meniru sistem pemerintahan kerajaan besar sebelumnya yaitu Bizantium dan Persia. Meski demikian dia menyebut dirinya bergelar "khalifah Allah".
Dalam konteks dinasti bani Umayyah, Taufiqurahman mengatakan bahwa sifat kepemerintahannya bercorak monarki arabisme. Artinya, pemerintahannya dipimpin oleh raja yang lebih mengutamakan sisi "kearaban". Semua serba arab (arab sentris). Lebih mengutamakan dan menjunjung budaya arab dari pada yang lain.
Terlepas kelemahan Muawiyah ibn Abi Sufyan sebagaimana layaknya manusia biasa. Bagaimanapun beliau merupakan salah satu sahabat penulis wahyu Allah pada masa Nabi. Walatu tak selevel (tidak lebih afdhal) dari para Khalifah al Rasyidin tapi beliu handal dan rapi dalam mengurus pemerintahan yang besar.
Peran Muawiyah dalam membangun peradaban Islam tidak bisa dipandang remeh. Beliau menjadi pemimpin umat Islam kurang lebih empat puluh tahun. Di mana dua puluh tahun pertama menjadi gubernur yang sangat sukses. Mampu membangun ekonomi rakyat. Lantas 20 tahun berikutnya menjadi kepala negara di dinasti Muawiyah.
Masa kekuasaan dinasti Umayyah kurang lebih selama 89 tahun (661-675). Di mana, ibu kota pemerintahan di pindah oleh Muawiyah dari Kufah (Iraq) ke Damaskus (Syam). Hal itu wajar, mengingat sebelumnya ia menjadi gubernur Damaskus dalam waktu sangat lama. Pendukung dan simpatisan dia sangat banyak dan mengakar di sana.
Muawiyah merupakan pemimpin tersukses dan paling berhasil di antara yang lain pada dinasti Umayah. Selepas beliau anaknya Yazid tidak begitu berhasil menggantikan Muawiyah. Baru al-Walid bin Abdul Malik yang memimpin selama 10 tahun (705-715 M) masa kemakmuran dan ketentraman umat Islam mulai bersemi lagi.
Wilayah Pembebasan Dinasti Umayyah
Pada masa al-Walid bin Abdul Malik ekpedisi dakwah umat Islam menuju ujung barat Afrika Utara meliputi Aljazair dan Maroko. Baru pada tahun 711 M pasukan Thariq bin Ziyad berhasil menyebarangi selat Gibraltar. Sebuah selat antara Maroko dengan Spanyol. Lalu mendarat di Gibraltar atau Jabal Tariq (wilayah Spanyol bagian selatan).
[Selat Gibraltar]
Pasukan Thariq bin Ziyad menang dengan mudah selain karena kisah heroik "pembakaran kapal laut" juga karena didukung oleh rakyat Spanyol. Di mana sejak lama rakyat setempat sudah lama menderita akibat kezaliman para penguasa. Tentu, kedatangan pasukan Islam merupakan pasukan pembebasan yang selama ini dirindukan.
Sebelumnya, di sebelah timur Muawiyah menaklukkan daerah Khurusan (Pakistan paling timur) hingga sungai Oxus atau Amu Darya (perbatasan Turkmenistan dan Uzbekistan). Di sebelah utara Konstantinopel (Turki) berhasil dikuasai. Baru pada masa Abdul Malik Dinasti Umayyah berhasil menancapkan bendera di Malthan, daerah India.
[Peta Khurasan ke Sungai Amu Darya]
[Lokasi Malthan, India]
Tidak berlebihan bila dikatakan pemerinahan dinasti Umayyah berjalan begitu impresif. Perluasan daerah dakwah dan pembebasan atas penjajahan suatu negeri dari bangsa lain yang meredup pada masa Usman, lebih-lebih masa Ali mulai agresif kembali. Para Ksatria Muslimin di bawah Dinasti Umayyah berhasil menguasai penjuru wilayah.
Jasa-jasa Dinasti Umayyah
Selain mampu melebarkan wilayah syiar dan dakwah Islam Dinasti Umayyah berjasa dalam hal berikut:
1. Muawiyah melakukan pengembangan administrasi dan membentuk beberapa departeman (diwan). Seperti mendirikan diwan pos (kirim paket) disertai inftrastruktur pendukung yang memadai. Seperti menyediakan kuda pilihan dengan peralatannya di beberapa tempat (kantor pos). Pada masa Muawiyah arsitek dunia Islam sudah mulai populer.
2. Melakukan penataan dan perkembangan ekonomi. Salah satunya dengan mencetak uang dan mengubah mata uang lama yang meniru Romawi dan Persia. Abdul Malik pada 659 M mencetak mata uang bertulis bahasa arab. Lalu melakukan pembenahan administrasi kepemerintahan.
3. Al Walid bin Abdul Malik membangun panti-panti bagi orang berkebutuhan khusus (cacat). Para personil yang bekerja di panti tersebut mendapat gaji. Pada masa pembangunan jalan raya lintas daerah, pabrik, gedung pemerintahan, dan Masjid megah gencar dibangun.
4. Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berhasil menjadi contoh persatuan umat Islam. Alih-alih mengadakan perluasan wilayah kekuasaan, Umar justru memprioritaskan pembangunan dalam negeri. Tiga tahun kepemimpinan beliau berjalan damai tanpa pemberontakan dan tanpa mengintimidasi rakyat. Menjunjung tinggi kesetaraan dan kebebasan dalam memilih keyakinan.
5. Walaupun Dinasti Umayyah pro arabisme tapi tidak berarti menolak non Muslim. Terutama untuk masalah ilmu pengetahuan mereka melakukan penerjemahan teks-teks berbahasa asing ke dalam bahasa arab. Walau intensitas penerjemahan masih kalah dengan dinasati Abbasiyyah. Dari situlah ilmu pengetahuan dunia Islam berkembang.
6. Dinasti Umayyah secara tidak langsung berjasa atas kesuksesan dinasti Abbasiyyah. Bagaimanapun perkembangan pesat kekaisaran Umayyah dapat menjadi pijakan bagi kekaisaran Abbasiyyah untuk membangun peradaban Islam.
Referensi:
1. Harun Nasution, 1988, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, UI Press, Jakarta.
2. A.Syalabi,1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Julid I, Cet. V, Pustaka Alhusna, Jakrta
3. Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1985)
4. Buku dosen saya di STAIN Kediri, Dr. Taufiqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam: Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamikan, 2003).
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sejarah Singkat Dinasti Umayyah: Wilayah Pembebasan dan Jasa-jasanya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*