Kisah ini bermula saat Khalid bin Walid berhasil melakukan pembebasan di wilayah al-Anbar, Irak. Tak lama setelah itu beliau bergerak melanjutkan syiar dan dakwah Islam ke arah timur menuju Ayn al-Tamr (عين التمر). Suatu kota kuno yang dekat dengan tempat suci bagi kaum Syi'ah, Karbala.
Pada saat itu sekitar tahun 633 M, kondisi Ayn al-Tamr merupakan wilayah yang banyak pohon kurma. Di sana, kedatangan Khalid disambut perlawanan oleh pasukan yang dipimpin Aqqah. Seorang warga Arab yang berkoalisi dengan pemimpin setempat dari kerajaan Persia (Sassaniyah).
Bagi Khalid seorang panglima perang yang piawai dan ulung, pertempuran itu dimenangkan mudah. Tanpa menumpahkan darah, Aqqah beserta hampir seluruh pasukannya yang berasal dari Arab ditawan. Sementara, sebelumnya mereka semua telah melanggar perjanjian dengan umat Islam.
Setelah itu Khalid beserta bala tentaranya meneruskan langkah, merangsek ke pusat hingga benteng pertahanan Ayn al-Tamr. Ternyata para pemimpin beserta pasukan di dalam benteng itu lari tunggang langgang menjauhi. Mereka ketakutan setelah tahu Aqqah mengalami kekalahan.
[Lokasi Ayn al-Tamr, Irak]
Singkat cerita, akhirnya Khalid menguasai seluruh jenis harta yang ada di benteng. Termasuk di dalamnya ada sebuah biara (gereja) dalam keadaan terkunci. Di mana, pada gereja yang terkunci rapat itu didapati setidaknya 40 anak yang sedang mempelajari injil. Akhirnya, pintu gereja dihancurkan.
Bukannya membantai para bocil yang masih imut-imut, Khalid bin Walid memutuskan untuk mengasuh mereka. Khalid menyerahkan krucil-krucil itu kepada seluruh pimpinan pasukannya. Supaya mereka diasuh di tangan orang Muslim. Bahkan ada juga yang diasuh oleh sahabat Usman bin Affan.
Keputusan di atas yang sesuai dengan hukum Islam yaitu dalam peperangan tidak boleh membunuh anak, perempuan, dan orang sepuh sangat tepat. Di kemudian hari para bocah lucu itu memiliki jasa besar kepada umat Islam secara tidak langsung. Keturunan mereka bakal tercatat dalam sejarah sebagai orang berpengaruh dalam dunia Islam.
Sebut saja di antaranya bernama Sirin yang diasuh oleh Anas bin Malik. Kelak ia akan mempunyai anak bernama Muhammad bin Sirin atau lebih dikenal dengan Ibnu Sirin (653-729 M). Seorang imam tabi'in yang menguasai bidang ilmu hadits (perawi), fiqih, takwil mimpi, dan tafsir bi ra'yi.
Anak kecil lain di dalam gereja itu bernama Nusair. Ia nanti menjadi ayah kandung Musa bin Nusair (masa hidup 640-716 M). Beliau menjadi komandan tertinggi pasukan khusus di bawah Tariq bin Ziyad. Merekalah yang membebaskan Afrika bagian utara hingga Spanyol dari pemimpin zalim.
Nama lainnya adalah Yasar. Anak kecil itu di kemudian hari memiliki cucu bernama Muhammad bin Ishaq bin Yasar (704-768 M). Beliau lebih dikenal ibnu Ishaq. Salah satu orang yang terkenal sebagai generasi pertama penulis sejarah nabi. Karyanya yang populer adalah Sirah Nabawiyah.
Itulah barangkali buah dari bentuk kasih sayang dan mematuhi perintah agama. Andai Khalid melanggar, sehingga memutuskan untuk menghancurkan gereja beserta isinya maka masa depan pasti berubah. Tokoh-tokoh ternama yang disebutkan di atas tak akan lahir di dunia ini.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Hikmah Khalid bin Walid yang Tak Menghanguskan Gereja di Ayn al-Tamr Beserta Penghuninya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*