Menyebut kata Sutami, bagi masyarakat Jawa Timur khususnya Malang Raya dan sekitarnya pasti teringat sebuah nama bendungan. Setidaknya bagi penduduk Kota Malang atau mahasiswa yang kuliah di sana mayoritas tahu ada sebuah jalan bernama "Bendungan Sutami".
Sebenarnya Ir. Sutami selain digunakan sebagai nama waduk di Kabupaten Malang, juga digunakan sebagai nama bendungan (Water Dam) di NTT. Lokasi tepatnya di Mbay Kabupaten Nagekeo. Namun, ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan bendungan Sutami yang di Malang.
Adapun untuk nama jalan, Prof. Dr. Sutami diabadikan di kota Bandung. Tatkala kalian jalan-jalan di sekitar kelurahan Sukarasa kecamatam Sukasari maka dengan mudah akan menemukan nama jalan tersebut. Sebab jalannya cukup besar dan panjang dibandingkan jalan di sekitarnya.
Soetami (ejaan lama) lahir pada 19 Oktober 1928 di Surakarta, Jawa Tengah. Beliau meninggal sakit liver pada usia 52 tahun di Jakarta, bulan 11 tanggal 13 tahun 1980. Beliau pernah menjadi Menteri Pekerjaan Umum sejak tanggal 27 Agustus 1964 hingga tanggal 28 Maret 1978.
Kabarnya, beliau tidak mau lagi menerima jabatan menteri lantaran mengalami penurunan kesehatan. Sejak tahun 1978 kondisi tubuhnya semakin memburuk. Diduga itu terjadi lantaran kekurangan gizi dan capek. Jam kerja beliau memang tinggi. Suka blusukan jalan kaki ke daerah terpencil.
Sutami merupakan sosok yang sangat sederhana. Walau menjabat sebagai menteri lintas rezim selama 14 tahun harta yang ditinggalkan teramat sedikit. Dia tercatat sebagai menteri PU dengan masa jabatan paling lama pada masa orde baru. Yakni, sekitar 12 tahun lamanya.
Tokoh yang lahir dari keluarga sederhana itu tak mau berpolitik. Baginya seorang insinyur itu harus bersikap objektif dan independen. Ilmu yang dimilikinya murni untuk berkarya dan mengabdi. Itu sangat jauh beda dengan gaya kebanyakan menteri di zaman sekarang.
Prinsip di atas diiringi dengan tindakan yang lebih heroik. Beliau tipe orang yang tak suka merepotkan siapapun. Bahkan fasilitas-fasilitas mewah menteri juga beliau tolak mentah-mentah. Lebih memilih hidup membumi untuk membangun di tingkat bawah. Seperti jembatan dan irigasi di desa-desa.
Sutami berpribadi pendiam atau tidak neko-neko. Walau lama menjadi menteri ternyata rumah yang ia beli secara mencicil baru lunas sesaat sebelum pensiun. Beliau juga tidak sempat merenovasi rumahnya yang sedikit rusak. Terutama pada langit-langitnya yang mengalami bocor.
Hal yang paling memilukan ialah beliau pernah mengalami kekurangan uang. Akibatnya tak mampu membayar listrik pada rumah pribadinya di Solo. Akibatnya PLN mencabut sambungan listrik tersebut. Tak hanya itu, beliau juga takut dirawat di rumah sakit. Sebab tak ada uang untuk biaya rumah sakit.
Salah satu karya monumental beliau adalah gedung berkubah sayap yang sekarang digunakan sebagai gedung DPD/DPR/MPR. Tak hanya itu pembangunan waduk Jatiluhur, jembatan susun Semanggi, hingga bandara Ngurah Rai tidak lepas dari keterlibatannya. Beliau jadi pelopor pembangunan waduk besar dan pusat-pusat tenaga listrik.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ir. Sutami, Sosok Menteri Termiskin Rezim Orde Lama dan Orde Baru"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*