Seperti
biasa bila ada acara di sekolah pasti banyak orang dari luar sekolah yang datang.
Apalagi saat itu ada panggung hiburan. Anak-anak yang menampilakan kreasinya masing-masing.
Saat
adzan Isya berkumandang kami memutuskan istirahat untuk melakukan ibadah. Pada saat
itu aku tidak sengaja bertemu teman lamaku. Rasanya lucu kami bertemu setelah sekian
lama.
Namun,
dia tidak sendiri. Dia bersama temannya. Fikri, ya itu namanya. Pria tinggi, berkulit
putih dengan alis yang tebal serta sorot mata yang tajam. Disertai lesung pipi yang
menghiasi wajahnya. Cukup menawan menurutku saat pertama bertemu dengannya.
Oh
ya, namaku Aisyah seorang siswi sekolah menengah atas yang biasa saja. Kurasa tak
ada yang menarik dariku. Namun, asal kalian tau saja saat itu aku tidak tau bagaimana
rasanya pacaran. Tidak seperti remaja seusiaku pada umumnya. Bahkan, di saat ada
pria yang mengajakku untuk kenalan. Aku malah lari.
Setelah
malam itu, aku dan Fikri mulai berkirim pesan. Lucu memang. Aku yang takut pada
pria sekarang mulai membuka hati, dan mulai merasa ada getaran kecil di sana.
Ya,
mungkin aku jatuh cinta. Setelah mengenalnya hariku menjadi berbeda. Tawanya, gayanya,
senyumnya, bahkan humor garingnya membuat aku tak bisa lupa darinya.
Setelah
kurang lebih 3 bulan aku dekat dengannya. Tiba-tiba dia mengungkapkan perasaannya
"Aku suka kamu" ucapnya. Jujur saat itu aku tidak mengerti apa maksud
dari perkataannya.
Seminggu
berlalu dia terus menanyakan "bagaimana? Apa kamu mau?" Aku tak tau harus
menjawab apa.. jadi ku jawab saja "aku tidak tau". Setelah kejadian itu
dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku merasa kehilangannya.
Sebulan
telah berlalu dan aku masih memikirkannya. Namun, saat pulang sekolah aku melihat
dia bersama seorang wanita, Mereka tampak mesra. Aku merasa ada yang menusuk hatiku,
mungkin itu yang di namakan patah hati.
Aku
mencoba bersikap biasa saja, tapi itu malah membuat aku semakin salah tingkah. Tiba-tiba
dia mengirimiku pesan "Tadi pacar baruku, menurutmu dia bagaimana?" "Dia
cantik, serasi denganmu" jawabku, "Apa kau tidak merasakan cemburu?"
tanyanya "Tidak" padahal aku merasa sangat cemburu.
Setelah
pertemuan itu, dia sering terlihat bersama wanita yang berbeda-beda. Dan itu membuatku
semakin sakit. Karenanya, aku mulai dekat dengan beberapa pria lain hanya untuk
melupakannya. Tapi hal itu malah membuatku semakin ingat padanya.
Tak
terasa sudah setahun aku mengenalnya dan kami masih sering berkirim pesan. Ya..
Walau aku bersama pria lain dan dia bersama wanita lain, saat sepulang sekolah dia
mengajakku untuk bertemu. Awalnya aku ragu, tapi akhirnya aku menyetujuinya.
Sepulang
sekolah dia menjemputku, aku sangat bahagia saat itu. Akhirnya kami bisa bertemu
lagi setelah sekian lama. Malah dia mengantarku sampai ke rumah.
Saat
dia berpamitan akan pulang, aku mengantarnya sampai depan. Tiba-tiba dia berkata
"Jujur, aku sudah tidak tahan lagi melihatmu dengan pria lain". Aku mengerutkan
dahi, bingung akan perkataannya.
Bukankah
dia yang terlebih dahulu mendekati wanita lain? Bukankah selama ini dia yang sering
gonta-ganti pasangan? Lalu dia berkata lagi bahwa "Selama ini, aku bersama
wanita lain hanya untuk membuatmu cemburu, tapi sepertinya tidak. Bahkan mungkin
kamu tidak peduli padaku, tak adakah sedikit saja rasa sayang padaku?"
Aku
hanya terdiam, Bahagia, dan bingung berkecamuk dalam pikiranku. Ternyata selama
ini cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata selama ini dia pun memikirkanku.
Sama seperti aku memikirkannya. Dia menepuk lenganku pelan sambil bertanya "Kamu
mau kan bersama denganku?" Aku tersenyum dan menjawab "Aku mau".
Setelah
itu aku tidak pernah dekat lagi dengan pria manapun. Dia juga sebaliknya. Setelah
kami 'Jadian' dia sering datang ke rumahku bertemu dengan orang tuaku. Hari demi
hari aku lewati bahagia dengannya.
Namun
setelah seminggu hubungan kami, setelah dia pulang dari rumahku, ibu dan ayah memanggilku.
Mereka secara terang-terangan tidak menyukainya. Bahkan, mereka tak segan-segan
tidak akan mengaku aku sebagai anak mereka.
Foto hanya sebagai ilustrasi |
Sungguh,
perkataan itu bagai petir yang menyambar hatiku. Di mana aku harus memilih antara
orang tuaku, dan orang yang aku cintai. Akhirnya lewat telepon, aku mengatakan padanya
bahwa aku ingin mengakhiri hubungan kami.
Dia
terdengar kaget dan menanyakan apa alasanku ingin mengakhiri hubungan ini? aku berbohong
kalau aku tidak ingin berpacaran dulu. Dia tidak percaya dan terus menanyakan apa
alasanku sebenarnya.
Lalu aku jujur padanya, tentang orang tuaku yang tidak menyukainya, dan aku lebih memilih orangtuaku. Setelah mendengar penjelasanku, dia hanya menjawab "Aku akan buktikan pada orangtuamu, Aku bisa lebih baik dari sekarang" sambil menutup teleponnya.
Malam itu, dan malam-malam selanjutnya aku selalu
menangis saat akan tidur, kurang lebih satu minggu aku seperti itu. Setelah itu
kami berpisah, dan sekarang dia sudah bersama wanita lain, dan aku pun telah bersama
pria lain. Kini, kisahku dan dia hanya sebuah kenangan.
Selesai
Kisah nyata patah hati yang dialami Aisyah di atas juga dialami oleh Gisela Oktaviani. Walau alur cerianya beda tapi intinya sama-sama patah hatinya. Ditulis dalam sebuah coretan berjudul "Haruskah Berakhir di Sini? Cukup Sudahi Perih Ini".
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Nyata: Cinta Pertamaku Kandas Berujung Luka"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*