Penyandang status positif alias terkonfirmasi terjangkit terkena Covid-19 bukanlah akhir segalanya. Masih ada kesempatan untuk bangkit. Terutama bagi mereka yang tubuhnya dalam keadaan sehat dan berusia cukup muda. Oleh sebab itu, sikapi status tersebut dengan bijak.
Siapa sih orang yang mau terserang penyakit. Walau itu penyakit ringan sekalipun orang tetap tak mau menyandangnya. Namanya penyakit tetap penyakit. Seberapapun kadarnya itu merupakan ketidakwajaran. Harus dihindari dan disingkirkan.
Siapapun tak mau jatuh sakit. Meski itu hanya flu biasa, bukan Covid-19 yang mewabah sekarang ini. Dikasih perawatan gratis dan penanganan medis yang mumpunipun tetap tak mau sakit flu. Daripada waktu digunakan berobat lebih baik untuk hal yang lebih penting dari itu.
Lebih-lebih terkena penyakit Covid-19. Waktu perawatan begitu lama. Diupayakan jauh dari sanak keluarga, teman, dan siapapun agar tak ikut tertular. Hidup jadi sepi. Belum lagi stigma masyarakat terhadapnya. Walaupun sudah dinyatakan sembuh banyak yang masih takut bertatap muka.
Oleh sebab itu, bagi kalian penyintas (survival) penyakit Covid-19 yang disebabkan serangan virus SARS-CoV-2 lebih baik kurangi aktivitas di luar. Lalukan isolasi diri dulu. Menjauh dari komunitas. Tetap tinggal dalam rumah. Hingga situasi wabah ini benar-benar sudah berhasil dikalahkan.
Sebab ditakutkan bila tak melakukan isolasi ada kemungkinan ia akan terjangkit Covid-19 lagi. Sebagaimana diketahui bahwa orang yang dinyatakan sembuh masih sangat dimungkinkan untuk terjangkit lagi. Sebab proses penyembuhan tidak melalui vaksin. Oleh sebab itu, ia tidaklah kebal.
|
Ilustrasi hasil tes darah yang positif coronavirus (sumber gambar) |
Meski melakukan isolasi diri, tetaplah jadi pribadi yang tegar. Tidak rendah diri. Sebab positif corona bukanlah aib apalagi azab. Itu adalah musibah atau bala (cobaan). Siapapun bisa tertimpanya. Terutama bagi mereka yang tidak waspada, terlalu meremehkan wabah Covid-19, dan tidak tahu atau malas mencari tahu tentangnya.
Sebagaimana ancaman bencana atau musibah lainnya. Sebut saja seperti banjir, gempa, angin topan, sunami, dan lain-lain. Apa salahnya untuk menghindari daerah rawan bencana. Itu adalah perbuatan mulia. Merubah pola hidup lebih sehat menyesuaikan keadaan sekarang. Agar ia tak tertular lagi, juga supaya tak akan menular ke yang lain.
Janganlah takut menghadapi kematian. Apalagi karena terjangkit wabah. Sebab bilapun mati karena terserang Covid-19 itu adalah kematian yang mulia. Mati sahid. Asal ketika mengalami sakit itu ia dalam keadaan tawakal, sabar, dan ikhlas karena Tuhan. Bukan malah mengutuk keadaan maupun pihak-pihak tertentu yang dianggap tak tanggap.
Jangan remehkan virus Corona. Namun juga jangan takut apalagi panik. Usaha atau ikhtiar dulu. Melakukan tindak pencegahan seoptimal mungkin. Sebenar-benarnya mencegah bukan hanya basa-basi untuk menggugurkan kewajiban. Baru ketika takdir berkata lain jangan takut menghadapinya.
Sekarang ini saya juga sedang flu. Entah Corona atau bukan saya kurang tahu. Sudah saya periksakan ke tenaga medis terdekat yang membuka praktik resmi. Saya tidak pernah merasa kontak dengan orang yang berasal dari sejumlah negeri yang lagi terkena wabah. Pun juga tak pernah kontak dengan orang yang positif Covid-19.
Saya sudah melakukan self isolation (isolasi diri). Disertai harapan supaya tidak menularkan penyakit ini pada sisapapun. Juga tak ingin menyebabkan flu yang saya derita ini bertambah parah. Semoga kelak saya dimatikan dalam keadaan husnulkhotimah. Diampuni dosa-dosa sehingga bisa masuk surga tanpa mencicipi neraka barang sebentar sekalipun. Aamiin
Disclaimer: Tulisan ini hanyalah narasi yang bersifat pribadi alias subjektif. Sebagai pengisi waktu di tengah isolasi mandiri. Segala efek buruk dalam tulisan ini di luar tanggung jawab tim Banjir Embun. Semoga wabah penyakit Covid-19 segera selesai. Dengan begitu Indonesia akan terbang bebas lagi untuk membangun bangsa.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Positif Covid-19, Bukanlah Aib Apalagi Azab"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*