Kebutuhan hidup orang siapa yang tahu. Kadang orang butuh dana mendadak tapi tak punya tabungan untuk menutupi. Dengan terpaksa harus berhutang agar masalahnya tuntas segera. Namun, terkadang orang memutuskan berhutang bukan karena terdesak melainkan sebuah kebiasaan menggantungkan orang lain.
Dalam artian luas hutang adalah segala sesuatu yang dipinjam dari pihak lain, dijanjikan pada pihak lain, dan dimanfaatkan kegunaannya baik itu berupa uang, benda, jasa, maupun budi. Orang yang berhutang harus meminta izin pada pemiliknya untuk mendapat apa yang ia inginkan darinya.
Tak hanya meminta izin, kelak setelah selesai menggunakan atau meminjamnya harus dikembalikan utuh minimal seperti sedia kala. Cara pengembaliannya sesuai kesepakatan di awal. Bisa langsung kontan atau diangsur. Lewat perantara atau langsung. Untuk peminjaman bentuk uang bisa lewat tunai atau non tunai. Serta kapan waktu pengembaliannya.
Sayangnya, masih ada teman yang menyepelekan masalah hutang. Mereka dengan mudahnya berkata "Aku pinjam uang" pada orang yang dirasa punya uang dan mudah "dimanfaatkan". Tanpa terbesit sekali di benak mau mengembalikan uang tepat waktu. Malah terkadang dengan seenaknya ogah-ogahan membayar.
Kendati mau membayar ternyata diangsur. Dengan jumlah "cicilan" tak tentu dan jatuh tempo tak jelas. Itu masih agak mending dari pada kasus lain yang cara membayar hutangnya dengan memberi barang. Hutang uang dibayar barang. Iya kalau barang itu nilainya lebih tinggi dari nominal hutang. Serta belum tentu barang itu dibutuhkan pihak piutang.
Maksud hati berbaik ingin menghutangi, justru yang dihutangi tak punya hati. Oleh sebab itu kami menulis 5 hal yang perlu diperhatikan sebelum memberi pinjaman pada teman mereka merengek. Beberapa di antaranya meliputi:
1. Tak perlu reaktif
Saat teman memohon-mohon pinjaman tak boleh langsung dijawab iya atau tidak. Gantungkan dulu dengan jawaban "mengambang". Beri ia kesempatan untuk cari hutangan ke teman lain. Itu juga bisa memberi tanda atau peringatan bagi dia bahwa kalian bukan tipe orang yang "gampangan". Perlakukan dia persis seperti dia memperlakukan kalian saat butuh padanya.
Setelah diselidiki ternyata ia menunjukkan gelagat butuh uang mendesak maka berilah hutang. Tidak harus 100%. Bisa 50-70% atau lebih kurang darinya. Tak lupa beri penekanan bahwa sebenarnya kalian juga butuh. Terpaksa menghutangi untuk kemanusiaan. Namun, Hanya mampu menghutangi sebesar itu. Anggap saja itu uang pemberian tanpa berharap dikembalikan.
Tak perlu over peduli pada teman. Belum tentu juga ia pantas mendapat kepedulian dan perhatian lebih dari kalian. Kadang teman bermental "sampah" itu sulit dideteksi. Sudah dihutangi tapi tak tahu balas budi. Di belakang kalian bukannya membela kalian justru ikut memojokkan kalian. Baru tahu sifat busuknya saat semua sudah terlambat.
2. Gunakan non tunai
Beritahu padanya mau menghutangi tapi dengan caran non tunai. Struk transaksi transfer itu bisa untuk bukti. Kadang ada menu di e-wallet (dompet digital) khusus untuk membantu penagihan hutang. Jadi yang akan menagih piutang kalian ke si penghutang adalah platform uang elektronik itu. Kalian tak perlu ketemu atau repot-repot kirim pesan teks pada dia.
Caranya dengan mengisi form pada fitur "tagih uang" lalu masukkan nomor hp atau email si penghutang. Masukkan nominal yang ingin ditagih. Lalu tekan tombol kirim permintaan penagihan. Itu bisa diulang berkali-kali. Biarlah teknologi yang menagih hutang untuk kalian. Sehingga kalian tak perlu repot menyusun kata-kata manis dan basa-basi saat menagih.
3. Datang ke rumahnya
Tanyakan apa perlunya dengan uang yang bakal dipinjam. Bila untuk mengobati sakit anak, pasangan, orang tua, atau orang penting lainnya maka datangi langsung ke rumahnya. Sekalian menjenguk sambil membawa bingkisan. Syukur-syukur kalian tidak menghutangi tapi memberi sesuai kadar kemampuan. Itu juga berlaku saat diketahui ternyata ia terkena musibah lain yang tak terduga.
Datang ke rumah itu penting. Selain untuk meningkatkan hubungan erat juga untuk memastikan keadaan dia seperti apa. Kadang orang berhutang bukan untuk masalah mendesak. Namun bila ternyata ia tak mau dikunjungi maka jangan ragu untuk menangguhkan permohonan hutang darinya. Itu tandanya ia tak terbuka pada keluarganya di rumah.
4. Pahami masa lalunya
Tak boleh bersikap seperti pahlawan kesiangan buru-buru mau menghutangi orang lain. Pahami dulu karakternya. Bagaimana sikap dia pada kalian selama ini. Pernah ia berjasa padamu? Kalau sekadar pernah memuji, mengajak bicara di kala sepi, dan teman kerja biasamu lebih baik tak dihutangi. Belum tentu dia akan bisa berbalas budi.
Bisa jadi apa yang ia katakan pada kalian hanya basa-basi dan pemanis lidah. Padahal ia hanya modus, tak pernah tulus. Ia tergolong teman berwajah palsu. Ia tipe teman yang harus ditinggalkan. Jangankan mendapat hutangan, menjadi teman kalian saja tak pantas. Untuk mengetahui kepribadian "asli" teman kalian lebih baik cek medsosnya. Terjadi kesenjangan tidak antara di dunia nyata dengan maya?
5. Bersikap tegas
Hiduplah dengan prinsip yang mantap. Tak bakal goyah walau mendapat ancaman, pujian, hinaan, dan keluhan orang lain. Juga indari pamer harta berlebihan. Itu maknanya bukan berarti tak boleh pakai teknologi canggih dan barang mewah. Sebab bentuk pamer itu beragam. Kadang untuk pamer tak perlu menunjukkan kemewahan.
Di saat teman merengek minta dihutangi kalian tak perlu merubah diri. Tetap hidup apa adanya. Itu uang dan barang kalian yang jadi hak kalian. Biarlah orang lain berkomentar "Punya mobil tapi pelit saat dihutangi". Belum tentu juga setelah dihutangi dia bakal mau melunasi tepat waktu. Oleh sebab itu, jadilah pribadi tegas agar tidak diperlakukan seenaknya.
Terkadang teman itu maunya enak dan menang sendiri. Tak peduli keadaan kalian yang penting masalah mereka sudah tuntas. Sebagai bahan "pelajaran" bagi mereka sekali-kali tawari bantuan keroyokan online. Yakni, platform bantuan massal lewat dunia maya. Bisa juga menggunakan menu pada aplikasi dompet digital. Yakni, fitur khusus patungan untuk menghutangi atau membantu teman.
Bila ia terksesan terburu-buru, memaksa, dan tak mau ikut aturan main kalian maka lebih baik cuekin saja. Toh yang butuh dia bukan kalian. Hidup kalian tidak bergantung padanya. Kalian bisa meminta bantuan selain dia saat di kemudian hari perlu sesuatu mendesak. Kehilangan satu teman "sampah" lebih beruntung daripada harus hidup bertekanan batin karena mendapat teman "sampah".
Biarlah kehilangan teman yang gemar hutang atau mudah berhutang dari pada kalian pusing kepikiran uang berkurang untuk menghutangi. Biarlah dikatakan pelit atau tak punya uang daripada hidup terganggu gegara hutang tak kunjung dibayar. Ingat, di luar sana masih banyak orang yang menerima kalian apa adanya. Dunia ini begitu luas. Hindari putus asa maupun bersedih hati.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Lakukan 5 Hal ini Sebelum Mengabulkan Permintaan Hutang Teman"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*