Aku tak tahu harus bagaimana. Menulis tulisan ini saja terasa berat. Rasa bosan sangat membebani. Terkurung di rumah setiap hari. Tak bisa jalan-jalan ke rumah makan, bioskop, tempat nonggkrong, lebih-lebih lagi ke luar kota.
Mau keluar rumah takut. Tak hanya takut tertular virus SARS-CoV-2 yang lagi brutal ini tapi juga takut menularkan. Akhir-akhir ini badan ini mudah merasa sakit-sakitan. Gampang drop. Entah itu ada kaitannya dengan wabah atau tidak.
Aku ingin keadaan kembali normal lagi. Tak ada lagi rasa takut untuk ke luar rumah. Tak ada lagi saling curiga antar sesama. Curiga dia jadi penular penyakit atau tidak. Juga curiga pada diri sendiri bisa jaga diri atau tidak.
Semua yang terjadi sekarang gara-gara virus Corona jenis terbaru yang diberi nama SARS-CoV-2. Semuanya jadi berubah. Mulai dari politik, ekonomi, hubungan interaksi sosial, hingga masalah makan.
Jalan jadi sepi. Toko banyak yang tutup. Warung banyak yang tutup. Penjual jajanan banyak yang tutup. Tidak ada lagi kumpul-kumpul duduk bersama bercengkrama. Walau tak ada lockdown kota ini sudah mati.
Tukang bakso, pentol, cilok, bakpao, dan penjual keliling lainnya juga tak terdengar suara panggilannya. Baik kode panggilan dengan alat maupun mulut. Suara gelak tawa mereka saat cangkruk pun sudah tak terdengar.
Tahun 2020 awal ini akan selalu diingat sebagai zaman wabah. Zaman di mana dunia mengalami kemunduran selangkah. Zaman di mana ilmu pengetahuan teknologi makin maju tapi ternyata penyakit pun tak kalah maju.
Pandemi virus ini semoga menyadarkan manusia. Agar mereka berhenti sejenak untuk saling cakar-cakaran. Agar mereka sadar bahwa waktu dan kehidupan itu berharga. Agar mereka tahu bahwa semua ada titik batasnya.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Gara-gara Covid-19 Semua Jadi Berubah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*