Dalam film ini saya berharap sutradara akan lebih menonjolkan segi laga, humor, dan sejarah hidup atau latar belakang si Sonic. Nyatanya film Sonic the Hedgehog hanya mengumbar sisi "kemanusiaan" makhluk luar angkasa yang mirip landak itu. Bagaimana ia menjalin komunikasi dengan teman barunya dan manusia lain begitu ditonjolkan.
Untungnya ada sedikit pelipur kecewa. Sutradara menyajikan banyak adegan yang bernuansa full teknologi super canggih. Disertai dengan suguhan ulah, ambisi, dan kepribadian musuh yang begitu menjengkelkan. Membuat penonton jadi pengen menjambak kumisnya yang kayak sapu mini itu. Serta ada beberapa adegan yang saya akui bikin tegang.
Saya mengira Sonic akan melakukan aksi laga di film bertarung menggunakan tangan kosong ataupun senjata. Kalian pasti tahu kan saat nonton film kartun Sonic jaman dulu. Di salah satu seri film tersebut menayangkan aksi Sonic memainkan gitar begitu keras sehingga menciptakan kekuatan dahsyat. Nah, dari itulah tembakan laser muncul.
Tak hanya itu, saudara dan teman-teman Sonic yang berasal dari planet asalnya juga tak ditampilkan. Barangkali itu mungkin cara penghematan yang dilakukan produser. Sebab untuk menampilkan tayangan animasi super canggih seperti Sonic disandingkan di dunia nyata tidak mudah dan tidak murah. Semakin banyak Sonic "lain" dimunculkan semakin banyak biaya dikeluarkan.
Dalam film Sonic the Hedgehog kali ini Sonic tak mengandalkan apapun untuk melumpuhkan lawan. Kecuali kekuatan super yang terpendam dalam diri. Serta tentunya masalah kecepatan dalam bergerak merupakan hal yang menguntuhkan baginya. Bahkan, saking cepatnya bergerak seperti "flash" sehingga waktu menjadi berhenti.
Pukulan tangan kosong yang dilayangkan Sonic pun tak mampu membuat sakit lawan. Di film tersebut Sonic terlihat tak menyadari keadaan yang menunjukkan kelemahannya itu. Hal tersebut wajar. Sebab selama hidupnya tinggal di planet bumi ia tidak pernah bergaul dengan manusia. Berbicara sepatah katapun tidak.
Landak yang narsis itu merupakan makhluk yang paling kesepian di bumi. Ia terpaksa melakukan itu karena tak ingin menampakan diri pada manusia. Ia tak ingin manusia mengetahui kekuatan super yang ia miliki. Barangkali ia tak ingin kejadian traumatik di planet asalnya berulang lagi gara-gara ia tak menyembunyikan potensinya.
Sama halnya dengan manusia yang kesepian dan tak banyak bicara, alien yang bernama Sonic itu juga banyak bicara tatkala pertama ketemu manusia. Boleh jadi itu adalah bentuk reflek menumpahkan uneg-uneg di tengah kesendiriannya di gua sebuah hutan. Ada banyak hal yang ingin dia tahu. Sebaliknya ada banyak hal yang ingin dia ceritakan pada manusia.
Jalannya cerita ini awalnya memang membosankan. Terlalu bertele-tele dan sebenarnya sebagian tidak terlalu penting untuk ditayangkan. Tapi berangsur-angsur keseruan film ini mulai muncul. Perlu dicatat keseruan dalam film ini bukanlah keseruan baru. Sudah beberapa film yang keseruannya sama dengan dia atau bahkan lebih dari itu.
Hal yang membuat sedikit berbeda adalah kepribadian musuh utama yang sinting. Perilaku hingga bahkan perkataannya sangat memuakkan. Seandainya disandingkan sampah ia lebih busuk. Barangkali itu disebabkan karena traumatik masa kecilnya sebagai anak yatim dan korban perundungan di sekolah. Ia memang dikenal sebagai manusia yang tak punya teman.
Entah apa maksudnya, film ini sangat begitu menonjolkan hubungan harmonis antara manusia kulit hitam dan putih. Dua makhluk yang berbeda ras itu digambarkan hidup rukun dalam rumah tangga. Tak main-main, salah satu dari keduanya merupakan tokoh utama karakter manusia yang paling sering muncul.
Catatan akhir dari ulasan film Sonic the Hedgehog adalah sebuah pertanyaan. Sebenarnya itu pertanyaan penting walau bikin resek sih kalau dilontarkan. Yakni, bagaimana tiba-tiba makhluk luar angkasa langsung fasih bahasa inggris? Masalah remeh itu juga bisa kalian temui pada produksi film skala raksasa bertema alien. Sebut saja seperti Marvel dan MCU.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Sonic the Hedgehog, Mengecewakan Karena Tak Sesuai Ekspetasi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*