Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Puisi Fatamorgana

Fatamorgana

Oleh: Fiskiabachtiar


Sekian jiwa tenggelam diantara ada dan tiada
Tergerus dalam putaran roda.
Yang mencampakannya didasar nestapa.

Beribu jiwa tak mengenal ruhnya.
Sekian Ruh tak tahu jalan pulangnya.
Hanya raga tanpa akal tanpa rasa.

Raga berdiri tegak tanpa identitas.
Hawa nafsu berkuasa begitu bebas.
Dipenjarakan di dalam realitas.

Badan mengasing diperdagangkan.
Harga diri dijual secara eceran.
Oleh Gelombang gelap tanpa pertanggungjawaban.

Mulut terkunci telinga mendengung
Mata terpejam pikiran bingung
Tubuh terdiam hati termenung

Di luar terdengar suara bising ingat bingar.
Dalam wilayah kesatuan metropolitan.
Tempat peribadatan jiwa asing tak bertuhan.

Disana menggiurkan sekaligus kejam.
Memanipulasi ribuan orang dengan segala harapan.
Memanjakan jutaan mata dari segala dimensi ruang.

Manusia berpacu dengan realitas.
Tapi kerapuhan membuat mereka hancur secara tuntas.
Dengan dibakar dihisap dan kemudian dihempas.

Wahai generasi zaman
Sampai kapan skenario ini lazim diselenggarakan?
Sampai kapan kau bertahan tanpa arah tanpa tujuan?

Bangkitlah wahai kalian!

Engkau adalah para pimimpin
Bukan generasi manja yang senang di suapin.
Engkau berhak memimpin!

Engkau adalah para pahlawan
Bukan jiwa yang patah dan menjadi pecundang.
Engkau berhak melawan.

Engkau adalah para pendiri
Bukan pasrah dengan ombak yang membawa kemanapun kau berdiri.
Engkau berhak merenggut kembali
.
Engkau adalah para Khalifah
Bukan dinding yang hampir roboh lalu menyerah.
Engkau tak berhak kalah.

Engkau adalah lentera
Bukan hal bodoh yang dicetak sedahulu kala.
Engkau berhak mengibarkan bendera.

Engkau adalan para pemenang.
Bukan objek yang terdidik oleh segala kemuslihatan.
Engkau berhak merubah peradaban

Maka bangkitlah wahai sekalian.
Ukirlah peradaban.
Tanamkan kembali moral cinta dan kasih sayang.

Dunia tak seluas daya pikirmu
Ia tak sebesar hati kecilmu.
Ketahuilah itu!
   


Foto Fiskiabachtiar (sumber gambar foto profil WA penulis)





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Puisi Fatamorgana"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*