Dulu dikatakan bahwa lidah merupakan satu-satunya organ tubuh yang paling berpotensi menghadirikan bahaya. Bahkan dikatakan mulutmu adalah harimaumu. Jika tak mampu menjaga maka akan menerkam pemiliknya sendiri. Bisa dikatakan lisan dapat membuat si punya menjadi berharga atau sebaliknya sampah di mata sesama.
Kini di zaman yang memudahkan setiap orang menulis komentar, status, pernyataan, dan semacamnya di seluruh media online seharusnya pernyataan seperti di atas patut direvisi sedikit. Sebab sekarang ini terjadi peningkatan orang yang lebih banyak menulis apapun itu di media online dari pada bertutur kata melalui lisan.
|
Ilustrasi orang kehilangan otaknya |
Beberapa orang lebih banyak menggerakkan jarinya untuk mengetik di whatsapp, facebook, instragram, twitter, blog, situs, atau media lainnya daripada bicara langsung. Barangkali lebih asik membuli atau memojokkan orang lain lewat tulisan daripada lisan. Berani di dunia online kayak harimau tapi menjadi kucing penyakitan saat di dunia nyata.
Sekarang tak hanya lisan saja yang patut dijaga. Jemari untuk menulis eloknya juga harus lebih diwaspadai. Orang kadang lebih mudah mengetik kata-kata tanpa kendali saat sedang marah. Barangkali itu sebagai media pelampiasan saja. Dikarenakan saat di dunia nyata tak bisa begitu tanpa tading aling-aling lantas semuanya dilepaskan saat sedang menulis.
Orang suka mengomentari orang lain lewat lisan dan tulisan tapi dirinya sendiri masih berada di kubangan kehinaan. Orang lebih membela mati-matian sosok idolanya dan menyudutkan siapa saja yang melawan sang idola. Namun, ia lupa bahwa idolanya tersebut tak pernah memberinya nasi bungkus, amplop, hadiah, atau segala hal yang menguntungkan lainnya.
Orang seperti di atas berfikir bahwa dengan mengomentari orang lain lewat tulisan maupun lisan maka akan mampu melumpuhkan, mengatur, mendekte, dan menjerumuskan lawan dialognya. Sekali-kali tidak. Komentar sinis semacam itu tidak akan mempan kepada orang yang punya jiwa merdeka. Jiwa yang hidupnya tidak tersandera pada bantuan atau tekanan siapa pun.
Serangkali orang yang suka berkomentar negatif selain karena ia tak punya otak juga disebabkan hidupnya sendiri sedang tak tenang. Walau secara fisik sosoknya menguasai cara menjadi pribadi yang tenang tapi sejatinya jiwanya rapuh. Ia memiliki banyak masalah, tekakanan, obsesi, beban, dan semacamnya yang harus diselesaikan.
Baginya cara terbaik untuk menghibur diri adalah dengan menyudutkan orang lain melalui komentar tak berbobot. Itu dilakukan sebagai bentuk kompensasi atas apa yang sedang dialami. Melayangkan komentar dilakukan untuk menggambarkan bahwa dirinyalah orang yang benar dan berbobot. Padahal hakikatnya komentarnya itu sangat receh.
Tidak usah sakit hati mendengar komentar dari orang yang tak punya otak seperti itu. Pada akhirnya dialah yang sejatinya seorang pecundang. Orang yang ingin terlihat kuat dan menang dengan cara melemahkan dan mengalahkan orang lain melalui komentar. Sekali lagi jangan hiraukan komentar receh. Sebab orang yang tak biasa tak akan menimpali hal-hal yang berbau sampah.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kadang Orang Punya Mulut dan Jari untuk Berkomentar tapi Tak Punya Otak"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*