Sedalam-dalamnya lautan, ia masih dapat diukur. Namun, dalamnya hati siapa yang tahu. Dalamnya hati bisa saja lebih curam dari palung terdalam di bumi yaitu palung Mariana. Pun, sebaliknya bisa jadi lebih dangkal dari genangan air setelah hujan. Sebab hati itu, sifatnya "gaib". Hanya si pemilik dan Tuhannya saja yang tahu. Bahkan orang yang memilikinya itu kadang juga belum tentu menyadari keadaan hakikat hati.
Belajar untuk menjadi pribadi yang tenang memang sangat sulit. Tapi bukan berarti itu tidak bisa sama sekali. Setiap orang punya cara dalam mengendalikan hati. Baik ketika keadaan bahagia, wajar, tertekan, maupun depresi yang berujung stress atau gangguan jiwa ringan. Semakin berat tingkat kerundungan hati maka semakin sulit pula dalam menenangkan hati.
Masing-masing orang punya batas toleransi yang berbeda saat menghadapi masalah. Bagi orang satu mungkin dibully bukan suatu masalah, tapi bagi yang lain dibully bisa membuatnya tersinggung, malu, dan takut. Cara mengatasinya pun berbeda satu sama lain. Ada yang cukup dengan ngobrol bersama teman, mendengarkan musik, makan, hingga jalan-jalan.
Intinya, jika hati sudah merasa bosan untuk menghadapi kepenatan terus menerus maka baliklah keadaan. Lakukan sesuatu yang membahagiakan sampai hati benar-benar "bosan" bahagia terus-terusan. Misalnya, bila seseorang merasa bosan membuat tulisan setiap hari maka tinggalkanlah menulis untuk sementara waktu. Lalu bersenang-senanglah. Hingga pada waktunya rasa rindu untuk menulis justru tiba dengan sendirinya.
Hati pada dasarnya mudah bosan. Pada apapun itu. Termasuk bosan melakukan hal "membahagiakan" sekalipun. Bedanya orang akan lebih cepat merasa bosan pada hal-hal yang sulit, menguras waktu hingga pikiran, dan rutinitas monoton. Adapun butuh waktu agak lama untuk merasa bosan pada sesuatu yang dianggap menyenangkan, menghibur, dan memberi tantangan.
Kelak, ketika hati sudah merasa bosan untuk "bersenang-senang" pada dorongan untuk melakukan kegiatan atau rutinitas lama akan tumbuh. Semangat atau gairah untuk bertindak menjadi membara lagi. Hal itu bisa terjadi karena hati yang meletup-letup sudah kembali tenang. Amarah hingga sumpah serapah sudah tenggelam bersama kegiatan bersenang-senang sebelumnya.
Kini yang ada tinggal hati bahagia. Hati yang penuh kejernihan. Hati yang sudah bersih dari sampah kebosanan yang menjemukan. Sebaliknya kini hati berisi gumpalan intan permata "kebosanan" yang membahagiakan sehingga mampu membuat orang tertantang lagi untuk mengisi hati dengan hal-hal yang menjemukan. Itu sungguh menggelikan bukan. Seperti itulah manusia yang terus berputar pada siklus yang sama dari A ke B lalu ke A lagi dan ke B lagi hingga terus-menerus.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bersenang-senanglah Hingga Bosan Agar Hati menjadi Tenang"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*