Thanksgiving secara bahasa berarti ungkapan syukur atau pengucapan syukur. Secara istilah thanksgiving day adalah momen ungkapan terima kasih pada Tuhan atas panen dan kesehatan yang Dia berikan dengan bentuk perayaan, parade, peribadatan di gereja, dan meliburkan hari itu secara resmi oleh pemerintah.
Pada tiap daerah maupun negara jatuhnya hari thanksgiving tidak serempak. Masing-masing wilayah memiliki "hari pengucapan syukur sendiri". Tergantung budaya, masa panen, kondisi sosial, dan politik yang mempengaruhi saat itu. Bahkan untuk negara tertentu dalam sejarahnya pedoman penetapan thanksgiving selalu berubah. Terutama di negara Kanada.
Jadi pada zaman dulu perayaan Thanksgiving tidak satu tahun sekali. Namun, seringkali dilakukan saat-saat setelah melewati peristiwa dramatis. Misalnya seperti kekeringan panjang, ancaman gagal panen, peperangan, wabah penyakit, dan semacamnya. Setelah kejadian semua itu tuntas sehingga berbuah panen sukses, kemenangan, dan kesehatan biasanya pemerintah akan mencanangkan diadakannya hari thanksgiving.
Perayaan hari Thanksgiving pada zaman modern (sumber gambar) |
Di Amerika Serikat hari ungkapan syukur jatuh pada Kamis keempat pada bulan November. Adapun di Kanada pada Senin kedua pada bulan Oktober. Sedang di Indonesia, tepatnya di Tanah Minahasa Sulawesi Utara (tepat sebalahnya Manado), thanksgiving yang biasa disebut "pengucapan" berlangsung antar bulan Juli hingga Oktober jatuh pada hari Ahad secara bergantian oleh setiap desa yang ada.
Setiap orang memaknai hari thanksgiving berbeda-beda. Ada yang murni hanya ingin menikmati "kelezatan" atau kenikmatan dunia dalam bentuk hidangan makan besar (biasanya kalkun), serta ada pula yang bena-benar kusuk bersyukur pada Tuhan dengan cara makin mendekatkan diri pada-Nya. Ada pula yang meresponnya datar-datar saja dengan mengisi waktu libur itu untuk malas-malasan.
Awal Mula Hari Pengucapan Syukur
Perayaan hari thanksgiving pertama dilakukan pada tahun 1619 oleh koloni Inggris (pendatang, penjajah, pengungsi, pelarian, dan diasingkan) di Virginai. Lalu disusul oleh koloni Inggris di Plymouth dan pada tahun 1621 dengan cara mengundang komunitas suku asli Amerika, termasuk kepala sukunya, untuk menikmati pesta perayaan selama 3 hari berturut.
Suku asli amerika mengadakan makan bersama dengan para pendatang atau koloni Inggris (sumber gambar) |
Pada saat itu memang istilah thanksgiving belum ada. Namun, nilai-nilai rasa syukur pada Tuhan atas panen sukses yang telah tercapai sudah dikenal sejak saat itu. Itu lumrah dilakukan oleh berbagai kalangan di belahan bumi manapun. Walau barangkali untuk penamaan dan pola ritual yang dilakukan tiap wilayah, budaya, dan agama berbeda-beda.
Selanjutnya pada tahun 1623 thanksgiving kembali diadakan. Hal itu dilakukan untuk menandai berakhirnya musim kering yang panjang sehingga pada saat itu terancam gagal panen. Peristiwa itu terus berlanjut pada tahun berikutnya. Tepatnya tahun 1789 George Washington sebagai presiden menginisiasi thanskgiving secara "resmi" oleh pemerintah AS.
Arak-arakan parade hari pengucapan syukur (sumber gambar) |
Lambat laun perayaan thanksgiving mengalami pergeseran. Tak hanya sekadar makan-makan bersama. Sejak pada tahun 1924 hari libur nasional itu diisi dengan parade kendaraan hias, tarian massal berjalan beriringan dengan baju unik, dram band, artis di atas panggung kendaraan, balon melayang raksasa, dan bentuk hingar bingar yang semacamnya.
Balon raksasa pada parade hari pengucapan syukur (sumber gambar pixabay) |
Singkat cerita, akhirnya pada 1941 Presiden Roosevelt menandatangani Rancangan Undang-undang (RUU) tentang thanksgiving. Salah satu isinya menegaskan bahwa hari Kamis keempat pada bulan November setiap tahunnya ditetapkan sebagai hari thanksgiving. Sejak saat itu tidak ada lagi perbedaan lagi. Semuanya secara nasional serempak merayakan thanksgiving secara bersama dan besar-besaran.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Apa itu Hari Thanksgiving dan Bagaimana Asal-usulnya? Baca Biar Tidak Kuper"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*