Setelah membahas tentang Perbedaan Lengkap Karya Tulis Ilmiah Hasil Penelitian dengan Non Penelitian kali ini website *Banjir Embun* akan membahas tentang bagaimana tahapan penulisan karya ilmiah non penelitian. Hal tersebut perlu diketahui sebab sejatinya terdapat perbedaan mendasar di dalam tahapan penulisan keduanya. Ini penting dijabarkan, agar masyarakat akademis tidak lagi mengkotak-kotakkan antara karya ilmiah hasil penelitian dan non penelitian.
Sekali lagi ditekankan bahwa bukan berarti sebuah karya tulis ilmiah non penelitian itu kualitas keilmuannya patut diragukan. Perlu diketahui bahwa suatu karya ilmiah berkualitas atau tidak, bukan didasarkan dari hasil penelitian atau non penelitian. Akan tetapi dilihat seberapa tajam dan dalamnya analisis dan seberapa kuat justifikasi kesimpulan (klaim keilmuan) berdasar dari data teoritis maupun empiris terpercaya yang dipaparkan oleh penulis.
Baca: Abstrak dalam Jurnal Penelitian dan Non Penelitian: Pengertian, Fungsi, dan Kaidah Pembuatannya
Secara spesifik, supaya karya tulis ilmiah non penelitian memiliki bobot, dalam pembuatannya perlu dilakukan secara serius. Salah satunya memperhatikan peran penting editing karya tulis. Sebuah karya tulis tanpa dilakukan editing berkali-kali sangat berpotensi melahirkan sebuah tulisan yang jauh dari kata berkualitas. Selain editing ada hal lain yang perlu diperhatikan. Di antaranya adalah mencermati cara menulis karya ilmiah non penelitian yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Pahami masalah yang akan ditulis
Memahami masalah tulisan yang akan dibuat itu sangat penting. Tak hanya sekadar memahami judul dan tema/topik lalu serta merta mencari referensi yang sesuai judul. Itu memang tidak sepenuhnya salah. Namun, bila hanya terpaku pada judul tanpa memahami masalah maka penulis akan sangat sulit untuk mengembangkan gagasan. Alih-alih menghasilkan ilmu atau temuan baru, justru yang ada penulis mengulang kembali "temuan" orang lain di masa lalu.
Hal penting yang harus diketahui agar sebuah masalah bisa diangkat adalah membuat dulu rumusan masalah. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan tujuan penulisan. Langkah tersebut penting dilakukan agar arah tulisan jelas. Tidak melebar ke mana-mana. Sebaliknya juga agar tulisan tersebut tidak terlalu sempit dalam mengembangkan bahasan. Itu semua bisa tercapai bila rumusan masalah dan tujuan penulisan dibuat secara betul.
2. Membuat Kerangka/Ragangan/Outline
Outline karya tulis adalah daftar yang disusun secara hierarkis atau terstruktur untuk menunjukkan garis besar cakupan dan haluan tulisan yang berupa topik utama (Judul dan BAB) beserta poin-poin pentingnya (Sub BAB hingga Anak Sub BAB). Langkah ini penting dilakukan agar karya tulis ilmiah non penelitian yang dibuat memiliki haluan (pedoman) yang jelas. Namun, ini bukan berarti sebuah kerangka tulisan di tengah jalan tidak boleh dikembangkan poin-poinnya.
How to write a scientific paper (gambar diadaptasi dari sini) |
Adanya ragangan tulisan justru akan mempermudah penulis untuk merangkai alur dan mengembangkan tulisan hingga memperinci poin tulisan yang ia buat. Saat berlangsungnya pengeditan, outline tulisan boleh ditambahi atau sebaliknya dikurangi. Dengan adanya struktur tulisan ini menandakan sebuah tulisan dibuat dengan perencanaan matang. Sebab, dasar pembuatan kerangka ini adalah dari tema (judul) dan tujuan tulisan yang sudah ditetapkan. Bukan seperti daftar isi yang disusun setelah semua tulisan telah rampung.
3. Menemukan latar belakang penulisan
Sebuah tulisan hadir pasti didahului dengan latar belakang. Dalam konteks penelitian ilmiah tentu yang dimaksud bukan latar belakang personal (pribadi) yang bersifat emosional dan tendensius. Latar belakang yang dimaksud adalah dasar atau pijakan untuk memberikan pengertian pada pembaca mengenai betapa pentingnya tema tulisan yang penulis buat. Untuk itu penulis setidaknya harus memaparkan kondisi ideal. Lalu dilanjutkan dengan menunjukkan kondisi faktual dan aktual yang terjadi saat ini.
Tak hanya itu, setelah mengetahui adanya kesenjangan antara idealitas dengan realitas, penulis boleh memberikan sedikit tawaran solusi. Nah, tawaran ini tentu belum menjadi sebuah kepastian. Hanya sekadar asumsi (semacam hipotesis). Agar tawaran yang diberikan oleh penulis tidak basi karena mengulang-ulang dari tulisan orang lain sebelumnya, penulis harus menunjukkan miniatur atau ringkasan state of the art (orisinalitas) secara deskriptif.
4. Mencari literatur
Literatur atau dokumen tidak harus berupa buku yang diterbitkan. Bisa berupa jurnal, disertasi, manuskrip, atau karya yang terpercaya dan berkualitas lainnya. Tidak harus dicari di perpustakaan, tapi bisa dicari di dunia maya atau dalam jaringan (daring/online). Pada prinsipnya dalam mencari literatur ini seorang penulis jangan hanya terfokus pada satu sumber rujukan yang sejenis. Penulis harus membuka diri untuk mencari referensi di tempat lain dan dengan metode lain agar sumber rujukan penulis semakin kaya.
Dalam mencari buku atau dokumen lain di perpustakaan penulis harus memahami nomor panggil buku. Hal itu dilakukan agar memudahkan dan meningkatkan efektivitas maupun efisensi penulis dalam mencari buku. Tak hanya itu, setelah mengumpulkan banyak literatur tidak serta merta semua digunakan sebagai rujukan. Penulis harus menyortir dulu mana tulisan yang benar-benar layak untuk dijadikan rujukan dan mana yang hanya sebagai bahan bacaan. Jangan ragu untuk menyingkirkan literatur tertentu bila itu memang tidak dibutuhkan.
5. Mengolah susunan kata
Dalam sebuah karya tulis ilmiah tentu dibolehkan untuk melakukan kutipan langsung (tanpa parafrase). Namun itu jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding kutipan tidak langsung. Nah, dalam kutipan tidak langsung inilah kemampuan penulis dalam mengolah susunan kata sangat diperlukan. Bagaimana agar sebuah paragraf yang dibuat itu dirangkai secara terstruktur dan sistematis. Serta bagaimana supaya tulisan bisa dibuat sesederhana mungkin, tajam, dan tidak berbelit-belit.
Tak hanya mengolah kata yang didapat di sumber rujukan, penulis juga harus mampu menyajikan analisis, pengembangan gagasan, dan justifikasi (penegasan) posisi atau pilihan penulis sendiri dalam sebuah paragraf. Di sinilah peran seni mengolah kata sangat diperlukan. Namun, yang perlu diperhatikan untuk konteks karya tulis ilmiah gaya penulisan harus tetap mengacu pada kaidah pedoman penulisan karya ilmiah. Penulis tidak boleh menggunakan bahasa yang cenderung menunjukkan subjektifitas dan emosional.
6. Menarik kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan ini penulis harus mengacu pada rumusan masalah dan tujuan pembahasan yang seperti dijelaskan di nomor 1. Tak hanya itu penulis juga harus benar-benar mampu menghubungkan keterkaitan antara rumusan masalah dengan pembahasan yang dilakukan. Di mana dalam pembahasan itu berisi gagasan atau teori dari sumber referensi, analisis penulis, dan justifikasi (ketegasan) posisi penulis berada di sebelah mana dalam sebuah teori. Mendukung, menolak, atau mengembangkannya.
Setelah itu, sangat dianjurkan penulis juga memaparkan saran atau rekomendasi. Baik saran yang berupa teori maupun saran praktis-aplikatif. Hal itu penting agar kebergunaan sebuah tulisan ilmiah non penelitian bisa terlihat. Dengan adanya rekomendasi, sebuah tulisan ilmiah memiliki nilai tawar lebih. Sebab selain hanya memaparkan masalah dan mendalami konsep, penulis juga mampu memberikan tawaran praktis yang dapat diimplementasikan secara konkrit.
7. Melakukan editing
Setelah semua tulisan sudah selesai dibuat, penulis jangan langsung merasa puas. Boleh istirahat dulu sejenak tapi jangan sekali-kali berpikir bahwa pekerjaan telah selesai. Di lain waktu penulis harus membaca ulang tulisan yang telah dibuat tersebut. Dapat dipastikan terdapat kesalahan. Baik yang bersifat fatal maupun bersifat remeh temeh seperti salah ketik. Oleh sebab itu, penulis harus memperhatikan tiga hal penting yaitu tata letak (layout), penulisan, dan isi/materi/bahasan.
Editing tata letak meliputi spasi, rata kiri kanan paragraf, page setup (ukuran kertas dan jarak kanan-kiri-atas-bawah), font, nomor halaman, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya ialah editing ragangan atau kerangka. Adapun editing penulisan melingkupi kebahasaan, susunan paragraf, salah ketik, sudah sesuai dengan kaidah pedoman karya ilmiah atau belum, dan lain-lain. Terakhir editing materi yang meliputi sudah sesuai dengan kaidah keilmuan secara umum apa belum, pembahasannya sudah utuh dan sistematis atau belum, dan lain-lain.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Langkah-langkah Membuat Karya Tulis Ilmiah Non Penelitian"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*