Seperti judulnya, tokoh utama dalam film ini bertindak sebagai pemburu informasi. Ia menjadi informan salah satu lembaga keamanan di Amerika Serikat. Sayangnya, tugasnya itu tidak sepenuhnya didukung penuh oleh "atasannya". Saat ia mengalami kesulitan pun tak menerima bantuan memadai.
Film The Informer sangat nampak menggambarkan bahwa menjadi bagian dari pihak berwajib di Amerika tak begitu mudah. Khusunya dalam menangani kasus narkoba. Taruhannya nyawa. Terbukti salah satu anggota NYPD (New York Police Departement) atau Departemen Kepolisian Kota New York menjadi korban brutal sindikat narkoba.
Sebagai informan, tokoh utama harus bisa masuk ke dalam dunia hitam di bagian terdalam. Semakin dalam dan semakin ia bisa masuk maka diyakini ia akan bisa menggali informasi yang dapat dimanfaatkan oleh atasannya untuk menyeret bos kartel narkoba ke penjara. Dengan alasan dan pertimbangan yang "terpaksa" akhirnya tokoh utama mau mengikuti perintah "atasannya" itu dengan beberapa syarat.
Poster film The Informer (sumber gambar) |
Film ini dari segi translate atau penerjemahan sangat buruk sekali. Ada beberapa teks terjemahan yang salah ketik serta susunan kalimatnya sulit dipahami. Selain itu ada percakapan bahasa non Inggris cukup panjang yang tidak disertai sub title (teks terjemahan). Oleh sebab itu, bagi kalian yang belum menonton siap-siaplah untuk kecewa. Semoga saja setelah ini langsung dibenahi.
Film ini bukan hanya memperlihatkan hubungan kerja antara atasan dengan bawahan. Lebih dari itu hubungan keluarga juga sangat diperlihatkan bahkan cenderung lebih dramatis. Di mana kesetiaan istri tokoh utama untuk mendukung penuh suaminya tak tertandingi oleh siapapun. Sang istri rela melakukan tindakan yang di luar "nalar" demi suaminya.
Di antara bentuk nyata bantuan istrinya adalah membuat sandiwara "konyol" bersama suami agar suaminya dimasukkan ke penjara. Di mana di dalam penjara itu nanti sang suami akan bertugas sebagai informan FBI yang tak resmi (ilegal). Proses penyebab tokoh utama bisa masuk penjara dengan cari tak terduga. Saya yakin banyak penonton yang sulit untuk menebaknya.
Posisi tokoh utama sangat rumit. Ia tak punya teman atau siapapun kecuali istri dan anaknya yang dapat dipercaya. Ia terjebak di antara kepentingan NYPD yang ingin memburu pembunuh salah satu personil polisinya, FBI yang ingin "tampil" sebagai pemberantas narkoba, dan bandar narkoba yang ingin memperluas jaringan. Posisinya serba salah dan sama sekali tak menguntungkan. Maju kena mundur kena.
Beberapa kali nyawa tokoh utama terancam. Ia diburu untuk dibunuh agar tak bersuara membuka kebenaran sejati. Tokoh utama harus berjuang sendiri untuk keluar dari kerumitan masalah dari berbagai penjuru mata angin. Untungnya ia memiliki banyak akal. Dengan itu ia bisa membalik keadaan dari yang tertindas menjadi penakluk para "tikus" negara yang bertugas di penjara.
Film ini ada beberapa kali aksi perkelahian, sayatan, tembakan, dan semacamnya yang menimbulkan kucuran darah. Bahkan salah satu pemeran film yang masih hidup dengan durasi lama ditampakkan mengalami luka bakar serius di bagian kanan wajahnya. Oleh sebab itu, bagi kalian yang tak suka kucuran darah siap-siaplah untuk menutup mata.
Akhir film ini juga tak sesuai dengan perkiraan. Penjahat yang seharusnya kalah atau mati tidak dinampakkan. Justru yang ada yaitu kematian dan penangkapan beberapa pegawai negara. Barangkali sutradara ingin menunjukkan bahwa musuh utama dalam film ini bukanlah penjahat yang di luar sana tapi para pejabat korup dan kejam yang memanipulasi hukum.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film The Informer: Sang Informan Terjepit di Antara Kepentingan NYPD, FBI, dan Bandar Narkoba"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*