Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi itu penting. Siapa bilang IPK tidak penting. Namun, masih jauh lebih penting dari pada itu adalah kapabilitas. Yakni, kemampuan atau kecakapan seseorang dalam mengembangkan bakat (potensi bawaan) dan melakukan sesuatu guna tercapainya tujuan hidup.
Buat apa IPK tinggi akan tetapi kehidupannya tidak tenang karena bakat tak ditemukan dan dikembangkan. Buat apa jago mendekati, merayu, dan mengambil hati Dosen untuk mendapat nilai setinggi-tingginya tapi mahasiswa tersebut gagal mencari jati diri. Ingatlah, kuliah itu bukan mengejar IPK tapi mencari ilmu yang sesuai bakat supaya bermanfaat.
Mendapatkan predikat cum laude tak akan ada artinya apa-apa bila ilmu yang didapat itu hanya untuk dirinya sendiri. Agar mendapat pekerjaan layak lalu bisa hidup sejahtera. Kalau sudah begitu apa gunanya kuliah kalau hanya untuk mengisi perut sendiri. Ilmu yang didapat itu hanya sebatas hanya untuk melamar pekerjaan.
Prestasi akademis itu hanya bersifat sementara. Tak berselang lama akan menghadapi kehidupan nyata yang jauh lebih rumit daripada dunia perkuliahan. Boleh saja menjadi salah satu juara dalam pergelutan mendapat nilai akademis yang baik. Namun, kelak ia belum tentu akan menjadi juara di kehidupan nyata.
Sungguh miris memang. Seharusnya mahasiswa memiliki kemampuan untuk memahami diri. Punya ketahanan diri dari hal-hal yang mempengaruhi dirinya. Mempunyai prinsip yang harus diperjuangkan dan dibela mati-matian. Serta ia sudah menemukan satu bakat yang ada dalam dirinya untuk kemudian terus-menerus dilatih hingga benar-benar mahir.
|
Ilustrasi Mahasiswa (sumber gambar pixabay) |
Kini mahasiswa punya apa untuk dibanggakan? Yang dimiliki hanya gelar kemahasiswaan, lalu setelah lulus mendapat status sarjana. Buat apa itu semua jika saat bekerja kelak ia menjadi penggarong uang negara. Dengan cara memanipulasi laporan anggaran yang turun pada tempat kerjanya. Buat itu apa bila ia tak punya hati pada rakyat kecil.
Saatnya mahasiswa punya kapabilitas. Supaya hidupnya kelak tidak tersiksa. Agar ia bisa menikmati kehidupannya sehingga tak akan terpikirkan untuk menggunakan cara-cara curang dalam menggapai sesuatu. Bila itu dimiliki maka mahasiswa akan benar-benar menjadi manusia sejati. Yakni, manusia yang bahagia atas kehidupannya tanpa kemunafikan.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Mahasiswa Sekarang Lebih Mengejar IPK Tinggi Daripada Kapabilitas"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*