Amal jariyah adalah perbuatan manusia yang terus mengalir pahalanya atau kemanfaatannya meskipun yang melakukan telah meninggal dunia. Beberapa amal jariyah yang sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad secara gamblang adalah sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang senantiasa mendoakan orang tuanya meski sudah tiada. Semua amalan itu adalah menjadi sebab si pelaku akan mendapat pahala terus-menerus meski ia telah meninggal.
Salah satu contoh sodaqoh jariyah yang paling dikenal ialah wakaf. Baik wakaf tunai maupun wakaf benda. Salah satunya membangun dan memperluas tanah Masjid, madrasah, panti asuhan bagi Muslim, dan yang semacamnya. Selain itu membangun sumur permanen untuk digunakan masyarakat Islam yang taat ibadah secara gratis. Membiayai mencetak dan menyebarkan buku yang bermanfaat, menanam pepohonan, hingga ikut serta mempertahankan kedaulatan negara.
Adapun contoh ilmu yang bermanfaat adalah ceramah, khutbah, kuliah, atau ilmu agama yang diajarkan pada orang lain lantas orang yang mendengarnya istiqomah mengamalkan ilmu yang didapat. Selain ilmu yang didapat secara lisan, ilmu yang didapat melalui media tulisan juga termasuk dalam kategori amal jariyah. Hal itu bila yang membacanya terus mengamalkan ilmu agama yang ia terima. Apapun metodenya senyampang ilmu yang ia sebarkan itu dimanfaatkan oleh orang lain maka itu termasuk amal jariyah.
Sedangkan contoh anak sholeh yang mendoakan orang tuanya yaitu karena anak sholeh itu hasil asah, asih, dan asuh orang tuanya. Misalnya sedari dini orang tua mendidik anaknya ilmu agama (terutama aqidah dan akhlak). Lalu setelah dewasa si anak ingin membalas budi perbuatan mulia orang tuanya tersebut dengan cara mendoakan orangtuanya meski sudah meninggal. Namun demikian, meski si anak tidak mendoakan orang tuanya secara lisan sekalipun, pahala kebaikan akan tetap mengalir pada orang tuanya.
Lantas, mengapa suatu amalan yang awalnya merupakan amal jariyah (yang tak terputus pahalanya) menjadi tidak mengalir lagi pahalanya? Berikut ini beberapa penjelasannya:
1. Amal Jariyah akan tetap menjadi amal jariyah bila tetap memenuhi syarat
Suatu perbuatan akan bernilai amal jariyah bila jasa, tindakan, kemanfaatan, dan peran yang diberikan oleh yang beramal terus digunakan, dimanfaatkan, dan dilakukan secara benar. Tatkala suatu amalan itu sudah tidak bernilai lagi karena rusak, hilang, mati maka terputuslah aliran pahala itu. Bagaikan aliran sungai yang mati karena sumber mata airnya sudah tak hidup lagi. Begitu pula amal jariyah, bila sumber pahalanya mati maka aliran pahalanya akan ikut berhenti.
|
ilustrasi pahala amal jariyah yang terus tumbuh mekar bagaikan sebatang pohon (sumber gambar) |
Sebagai contoh, bila orang membangun Masjid tapi ternyata Masjid itu sudah tidak digunakan untuk ibadah dan tidak dimanfaatkan oleh umat Islam lagi. Dengan demikian, pahala jariyahnya otomatis putus. Contoh lainnya ialah bila ternyata si anak yang awalnya sholeh karena suatu sebab ia menjadi kafir maka terputuslah amal jariyah untuk orang tuanya. Begitu juga ilmu agama yang ia sebarkan ternyata lama-kelamaan malah membuat orang lain menjadi munafik bahkan kafir maka batallah amal jariyah itu.
2. Orang yang beramal jariyah menjadi kafir hingga matinya
Sebaik, semulia, dan sesuci apapun manusia bila ia kafir maka tertolaklah semua amal baiknya itu. Meski sekalipun ia membangun madrasah, membangun sumur untuk umat, menjaga keamanan kaum muslim dari serangan, dan hal-hal fenomenal yang semacamnya. Semua amalan itu tidak ada nilai apa-apanya di mata Allah bila dilakukan dalam keadaan kafir. Dengan demikian secara otomatis amal jariyah juga akan tak mengalir lagi pahalanya bila si pelaku telah murtad.
3. Orang yang telah beramal tapi di kemudian hari muncul rasa tidak ikhlas dengan amalannya
Syarat terpenting suatu amalan diterima oleh Allah SWT adalah dilakukan secara ikhlas. Bila kemudian hari si pelaku merasa tidak ikhlas terhadap amalan yang ia lakukan maka terhapuslah pahala amalan itu. Ada beberapa gejala seseorang dikatakan tidak ikhlas dalam beramal. Salah satunya ialah riya'. Di mana riya' menjadikan suatu amalan seseorang menjadi sia-sia belaka. Sebab ia tidak lagi beramal untuk mendapat ridho Allah SWT. Sebaliknya, ia beramal untuk menggapai tujuan duniawi semata.
|
Amal jariyah, seiring bertambah waktu semakin bertambah pula pahala didapat (sumber gambar pixabay) |
Demikianlah beberapa penyebab yang menjadi alasan mengapa suatu amal jariyah itu tidak lagi mengalir pahalanya. Dari sini dapat dipahami bahwa beramal jariyah itu tidak mudah. Tidak hanya sekadar bicara, menulis, bershodaqoh, dan mendidik saja lalu pahala akan mengalir begitu saja seperti bunga deposito bank. Si pelaku juga harus memastikan dulu 3 hal di atas, supaya amal jariyah itu tetap terus mengalir.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ternyata Tak Selamanya Amal Jariyah itu Terus Mengalir Pahalanya, Berikut ini 3 Penyebabnya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*