Paradigma adalah kesepahaman satu komunitas atau golongan masyarakat tentang pandangan dasar mengenai pokok persoalan tertentu. Paradigma menjadi pembentuk corak, sifat, dan bentuk konstruksi sosial masyarakat. Dengan demikian, apa yang benar menurut paradigma masyarakat A belum tentu benar menurut paradigma masyarakat B.
Perlu ditekankan bahwa paradigma tidak terikat dengan nilai benar atau salah. Paradigma si kaya dengan si miskin dalam memandang harta juga beda. Keduanya tidak boleh divonis mana yang benar serta mana yang salah. Melainkan hanya bisa dikatakan mana yang "baik" dan mana yang "terbaik" bagi kehidupan umat manusia. Di satu sisi mungkin paradigma si kaya sangat baik tapi di sisi lain suatu saat kalah baik dengan paradigma si miskin.
Di tulisan ini kami akan membahas tentang bagaimana paradigma orang kaya dalam memahami kehidupan. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Utamakan Belajar daripada Hiburan
Orang kaya memandang bahwa waktu harus dimanfaatkan sedemikian rupa. Tak boleh digunakan untuk hal-hal sia-sia. Bagi mereka hiburan seperti menonton TV, bermain bareng, rekreasi, dan semacamnya menjadi selingan untuk menjeda kepenatan. Waktu luang mereka gunakan untuk membaca buku, mencari informasi, bereksperimen, dan menjalin keakraban dengan kolega.
Waktu bagi orang kaya adalah modal. Oleh sebab itu, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Supaya modal yang "sedikit" itu dapat menghasilkan hal-hal yang jauh lebih luar biasa ke depannya. Bagi mereka waktu digunakan untuk mengurusi diri jauh lebih penting daripada mengurusi orang lain yang itu jelas-jelas tak ada keterkaitannya dengannya secara langsung.
2. Menawarkan Hasil Kerja Bukan Jam Kerja
Orang kaya dibayar bukan karena seberapa lama ia bekerja. Orang kaya mendapatkan uang dari nilai atas hasil kerjanya. Bagi mereka gelar sebagai karyawan berprestasi tidak akan ada artinya apa-apa bila hanya sekadar piagam dan hadiah sedikit uang. Bagi orang kaya hasil kerja jauh lebih penting. Tak memandang seberapa keras dan lamanya kamu berjuang bila hasilnya nol maka itu tak akan ada bernilai apa-apa.
Dengan cara pandang seperti di atas orang kaya harus kreatif. Bagaimana ia harus bisa membuat produk dan jasa yang bisa diserap oleh pasar. Artinya, seberapa banyak keringat, darah, waktu, uang, tenaga, dan pikiran yang dicurahkan tak akan ada artinya bila hasilnya (produk dan jasa) tidak diterima masyarakat. Orang kaya ingin berkontribusi (nilai) bagi khalayak luas. Tidak hanya ingin membangun nilai diri.
3. Terbuka pada Hal Baru
Orang kaya tidak fanatik. Mereka tidak menutup diri pada informasi, wawasan, pengetahuan, dan pengalaman baru. Orang kaya tidak pernah merasa puas terhadap ilmu yang ia terima. Mereka tidak akan merasa sok tahu, tidak pula keras kepala, dan lebih banyak mendengar dari pada bicara. Orang kaya berkepribadian rendah hati saat "diceramahi" oleh orang lain tapi sangat agresif dalam mengembangkan diri.
Orang kaya ingin mendapat perhatian bukan dari seberapa banyak ia bicara. Mereka mencuri perhatian dengan menghasilkan produk dan jasa baru yang inovatif sehingga bisa membuat masyarakat terheran-heran. Bagi mereka menyimak komentar orang lain kepada dirinya atau kepada sesuatu yang lain, jauh lebih penting dari pada ikut berkomentar atau membantah komentar orang lain itu.
4. Uang Dapat Mencegah Kriminalitas
Pendapat lain mengatakan uang menjadi akar segala kejahatan. Orang bisa saling melakukan kekerasan hingga membunuh gara-gara uang. Namun, menurut orang kaya kemiskinanlah yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan. Bahkan, kefakiran juga menjadi penyebab seseorang menggadaikan keyakinannya dengan keyakinan yang lain. Dengan kata lain agama dan prinsip hidupnya dapat dibeli dengan uang.
|
ilustrasi waktu adalah modal (sumber gambar pixabay) |
5. Tidak Mengundi Nasib
Orang kaya juga merupakan seorang pemimpi. Namun, mereka bukan seorang yang mudah tergoda iming-iming "undian" berhadiah maupun lotre. Bagi mereka itu semua adalah penyakit yang harus dihindari. Mereka lebih memilih bertindak nyata untuk menggapai mimpinya daripada harus menggantungkan diri pada harapan semu (palsu). Orang kaya tidak akan berkhayal pada sesuatu yang peluangnya tidak jelas.
Orang kaya lebih mengandalkan dirinya sendiri. Mereka percaya bahwa kemakmuran diri hanya dapat diraih jika mau memperjuangkannya. Kaya itu adalah karakter. Buat apa mendapat uang banyak secara mudah akan tetapi tidak mampu mengelolanya. Justru yang terjadi malah uang itu yang akan mengendalikan manusia. Ujung-ujungnya uang yang didapat itu akan menguap dengan cepat.
Itulah paradigma orang kaya dalam memahami kehidupan. Perlu diperhatikan bahwa kekayaan memang tidak menjamin kebahagiaan. Namun, dengan hidup kaya kehidupan manusia akan berpeluang jauh lebih muda menjadi manusia yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Paradigma Orang Kaya dalam Memahami Kehidupan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*