Guru di hari ini menjadi profesi yang makin diminati. Sayangnya, hal itu berbanding terbalik dengan sifat murid pada guru. Makin ke sini siswa menjadi berani, menentang, dan tak hormat lagi pada guru. Terbukti, banyak kasus peserta didik beserta orang tuanya yang "merendahkan" posisi guru. Baik guru diposisikan sebagai pribadi atau individu maupun sebagai pekerjaan.
Fenomena guru yang dikriminalisasikan, direndahkan, dan diremehkan mudah ditemui di berita media massa lokal maupun nasional. Akhir-akhir ini sudah begitu banyak kabar bagaimana kelakuan murid yang sudah begitu berani pada gurunya. Tidak ada lagi jarak antara guru dengan murid. Tidak ada lagi kesantunan dan kepatuhan murid pada gurunya. Justru yang ada murid menjadi sok tahu, merasa punya kebebasan berekspresi, dan merasa lebih dalam hal segalanya dari gurunya.
Lantas apakah yang menjadi alasan siswa tidak lagi menghormati Guru? Berikut ini beberapa alasannya:
1. Guru lebih butuh siswa
Zaman sekarang kesejahteraan guru lebih terjamin. Meski belum sejahtera akan tetapi potensi sejahtera di masa depan sangat terbuka lebar. Namun, kesejahteraan guru itu tersandera oleh keberadaan jumlah siswa. Makin banyak jumlah siswa yang terdaftar di sekolah maka makin besar potensi pendapatan dari Guru. Tanpa adanya siswa atau setidaknya jumlah siswa di sekolah hanya sedikit maka potensi kesejahteraan guru hanya jadi mimpi.
2. Wawasan dan informasi guru kalah dengan murid
Teknologi informasi sekarang ini menjadi makanan sehari-hari bagi murid. Sayangnya, tidak semua guru mampu mengimbanginya. Guru yang gagap teknologi (gaptek) dianggap ketinggalan zaman oleh murid. Akibatnya terjadi jarak pengetahuan umum antara guru dengan murid. Ujung-ujungnya murid akan berpandangan bahwa kualitas murid dengan guru tidaklah jauh beda. Murid merasa sejajar dari segi wawasan, pengetahuan, bahkan ilmu sekalipun.
|
Ilustrasi guru frustasi karena tak dihormati murid (sumber gambar) |
3. Pola asuh orang tua
Kebijakan wajib menempuh pendidikan pada anak usia sekolah membuat orang tua "terpaksa" untuk menyekolahkan anaknya. Orang tua tidak lagi mau membantu mendidik anaknya. Semuanya diserahkan total pada gurunya. Toh kesejahteraan guru sekarang makin terjamin. Itulah pikiran yang terbesit pada orang tua siswa. Akibatnya niat anak untuk bersekolah tidak begitu sungguh-sungguh. Siswa menjadi manja, malas, dan asal-asalan saat belajar. Dengan itu tentu murid tidak akan mau terlalu "ditekan" oleh guru untuk belajar serius.
4. Inkonsistensi Guru
Guru tidak konsisten terhadap aturan yang ada. Misalnya, guru mengajarkan moralitas, etika atau akhlak, dan karakter akan tetapi mereka melanggarnya. Contohnya guru didapati melakukan manipulasi dokumen untuk mendapatkan keuntungan finansial. Bentuk inkonsistensi lainnya ialah guru berubah-ubah dalam menentukan kebijakan. Hari ini menghukum siswa yang terlambat tapi esoknya tidak akan memberi hukuman pada siswa lain yang melanggar kebijakan sama tersebut.
5. Fanatisme guru
Guru yang ketinggalan zaman cenderung akan menutup diri dari hal-hal baru. Mereka akan memaksakan diri untuk menggunakan metode, pendekatan, dan media pembelajaran zaman lama. Misalnya guru tidak mau menggunakan media pembelajaran berupa LCD proyektor. Padahal sekolah menyediakan banyak setok media pembelajaran modern tersebut. Dalihnya, "Selama saya mengajar tak pernah menggunakan LCD, toh bisa mencetak murid jadi dokter, tentara, guru, dll". Guru masih merasa bahwa kehidupan di zaman sekarang ini masih sama dengan di zaman lalu.
|
ilustrasi guru frustasi karena tak dihormati murid (sumber gambar) |
6. Strata sosial guru kalah dengan murid
Di zaman sekarang ini banyak sekolah yang tutup, namun banyak juga sekolah baru atau setidaknya sekolah lama yang makin berkembang. Banyak pula orang yang ingin jadi guru. Zaman dulu biasanya guru dari kalangan bangsawan, hartawan, dan terpandang. Zaman sekarang siapapun bisa jadi guru. Sebab biaya kuliah untuk jadi guru juga bisa dijangkau oleh semua kalangan. Akibatnya murid yang berasal dari keluarga terpandang akan besar kepala dan merasa di atas gurunya. Hal ini juga akan membuat murid lainnya cemburu.
Itulah, enam di antara beberapa alasan mengapa siswa tak lagi menghormati guru. Tentu sebelum menemukan solusi agar guru mendapat posisi terhormat di mata murid maka lebih baiknya mengetahui setidaknya 6 alasan di atas. Semoga tak ada lagi peristiwa memilukan yang menyayat hati seperti murid yang semana-mena pada gurunya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Mengapa Makin Banyak Siswa yang Tak Menghormati Guru di Sekolah? Inilah 6 Alasannya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*