Jati diri bukan sekadar identitas diri. Sebab itu hanya kulitnya. Jati diri letaknya di dalam. Isinya sangat mungkin berbeda dengan kulit. Bila kulit kelihatan putih bisa saja isinya hitam. Begitu pula sebaliknya.
Jati diri tak dapat dilihat tapi bisa dirasakan. Bukan dirasakan dengan sentuhan atau rabaan tapi dengan hati. Kekuatan jati diri pada individu sangat menentukkan kebahagiannya. Semakin jati diri bisa dipegang kuat, semakin manusia akan bahagia.
Sayangnya, tidak semua orang bisa menemukan jati dirinya. Bahkan hingga akhir hidupnya sekalipun. Paling tidak sebagian manusia mengalami keterlambatan dalam menemukan jati dirinya. Tau-tau saat sudah tua dia baru sadar siapa dirinya yang sebenarnya.
Jati diri adalah satu kesatuan dari identitas diri (suku, bangsa, budaya, karakter, kepribadian, usia, curriculum vitae, dll), prinsip hidup, minat, bakat, kesungguhan, keberanian, dan cinta kasih. Barangsiapa yang mampu menyatukkannya sehingga terwujud bentuk baru dari semua itu maka ia telah menemukan jati dirinya.
Bila ada orang punya cinta kasih akan tetapi ia mengorbankan bakat dan kesungguhan dalam menggapai maka ia kehilangan jati dirinya. Tatkala orang mampu menemukan bakat dan punya kesungguhan tapi meniadakan cinta kasih berarti ia tak memiliki jati diri. Apa arti kemajuan diri tapi hanya untuk merendahkan yang lain.
Jati diri itu tak hanya untuk memikirkan dirinya sendiri. Jati diri bukanlah mempertahankan pendapat dengan kekeh. Bukan pula tidak mudah ikut-ikutan. Jati diri tidaklah kaku. Melainkan luwes. Jati diri bukan untuk menunjukkan diri siapa dirinya yang sebenarnya.
Lebih dari yang disebutkan di atas, jati diri adalah hal yang mampu membahagiakan pribadi sekaligus orang lain. Sesuatu yang membuat orang yang memilikinya menjadi individu merdeka tapi tidak menjajah. Menjadi individu kuat tanpa melemahkan yang lain. Menjadi pribadi yang sempurna untuk dirinya sendiri tapi tidak akan menutup diri dari hal lain.
Jati diri tak bakal membikin manusia menangis sedih, marah, dan kecewa karena apa yang dimiliki orang lain yang bukan bagian haknya. Tatkala ia masih sedih melihat orang lain bahagia berarti ia masih belum punya jati diri. Ia masih mencari jati diri yang bisa membuatnya menjadi dirinya sendiri yang sebenarnya. Ia belum menjadi manusia merdeka.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Menemukan Jati Diri"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*