Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Benarkah Bali Provinsi Intoleran? Yuk, Simak Hasil Perjalanan *Banjir Embun* di Bali

Bali oleh sebagian pihak dianggap sebagai daerah tertutup. Terutama untuk menjadi penduduk tetap di sana. Daerah yang tak mudah ditinggali oleh orang yang tak bisa berbahasa daerah asli Bali. Daerah yang melarang sembarang orang bisa tinggal di sana. Apakah Bali memang seseram apa yang diperkirakan sebagian kalangan?



Setelah salah satu tim *Banjir Embun* mengikuti acara "Webmaster Conference Google" di Grand Mega Resort & Spa daerah Bali banyak temuan menarik di sana. Bali yang pernah didatangi olehnya pada tahun 2005 lalu saat SMA menurutnya bersuasana masih sama dengan saat ini. Tak banyak perkembangan yang berarti.

Salah satu tim *Banjir Embun* ikut serta seminar Google




Masyarakat Bali di matanya begitu ramah dan sopan. Terutama pada orang yang baru atau tidak dikenalnya. Terbukti saat dia berjalan kaki menelusuri pinggiran jalan raya sambil bertanya pada beberapa orang semua tanggapan yang ia terima begitu menyejukkan. Tak peduli tua muda. Mulai dari satpam, pedagang kaki lima, hingga pengguna transportasi umum.


Katanya Bali juga sangat jarang sekali Masjid. Nyatanya, salah satu anggota lapangan *Banjir Embun* itu sangat mudah menemukan Masjid di pinggir jalan raya. Baik yang besar maupun kecil. Kadang juga ditemui mushola. Ia tinggal mencari lokasi Masjid terdekat di Aplikasi Google Map dengan kata kunci "Masjid Near Me" atau "Masjid di dekatku".


Saat ingin mengisi perut pun dia juga tak kerepotan untuk mencari warung Halal. Setidaknya warung Muslim yang meski tidak ada tulisan Halal, akan tetapi dimiliki oleh orang yang berjilbab. Kadang juga tercantung tulisan "warung muslim". Warung padang yang biasanya khas Muslim juga pernah ia lihat beberapa kali di lokasi berbeda.




Di dalam bis Trans Bali Serbagita


Saat di perjalanan menggunakan transportasi umum Bis Trans Bali yang bernama Serbagita pun ia cukup sering melihat perempuan berjilbab. Sambil melihat keluar kaca bis juga ditemui banyak perempuan yang sedang berjualan hingga mengendarai sepeda motor memakai hijab. Pemandangan yang hampir sama seperti di daerah lain Indonesia.


Harmoni begitu nampak. Banyak bunga sesembahan yang diwadahi daun janur, tempat ibadah depan rumah, kebudayaan, hingga kepercayaan lain diekspresikan begitu nampak.  Anjing pun juga bebas berkeliaran di daerah perkampungan. Namun, di tengah-tengah itu semua masyarakat beragama Islam bisa bertoleransi dengan baik.



Suasana saat berjalan kaki di malam hari



Satu hal yang perlu diwaspadai bagi pelancong yang tak membawa kendaraan pribadi atau sewa adalah saat berjalan kaki harus siap-siap melewati beberapa anjing. Bagi orang yang sudah terbiasa tidak masalah. Tapi bagi yang tidak terbiasa akan terasa risih. Oleh sebab itu lebih baik pesan transportasi online saat melakukan perjalanan.


Hal lain yang jadi catatan negatif darinya adalah saat pengecekan KTP di Pelabuhan Gilimanuk oleh petugas pemeriksa berbaju tentara begitu tidak mengenakkan. Tatapan angkuh dan gerak tangan yang kasar ketika mengembalikan KTP begitu terlihat. Entah kenapa apa memang Standar Operasional Prosedurnya (SOP) begitu atau memang saat itu petugas lagi ada masalah pribadi.


Bali sangat masih layak untuk dikunjungi. Bahkan sangat terbuka untuk menerima warga baru dari daerah lain secara resmi dengan memiliki KTP Bali. Bagi yang merasa Bali sebagai wilayah intoleran lebih baik datang langsung ke sana. Rasakan sendiri situasi di sana. Lalu bandingkan antara angan-angan selama ini dengan kenyataan di lapangan.










Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Benarkah Bali Provinsi Intoleran? Yuk, Simak Hasil Perjalanan *Banjir Embun* di Bali"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*