Film ini adalah salah satu jenis film yang alur ceritanya paling saya sukai. Tidak banyak cing-cong langsung bak-bik-buk. Bilapun ada percakapan antar tokoh bahasannya sangat terkait dengan alur cerita. Tidak melebar ke mana-mana sehingga membuat penonton bosan karena kebingunan dan monoton. Terbukti, film ini juga diawali dengan aksi penuh tembak. Namun, adegan pembuka film itu bukan pemanis belaka.
Suara dentuman bom dan tembakan begitu mantap. Efek soundnya sungguh terasa hingga membuat jantung berdebar. Wajar hal itu terjadi karena film ini mengisahkan tentang pasukan keamanan rahasia kepresidenan Amerika atau Paspampres. Mereka adalah tentara yang punya keahlian dan terlatih secara khusus. Namun, sayangnya film ini menggambarkan bahwa jadi Paspampres itu tak mudah. Segalanya harus dikorbankan untuk melindungi Presiden. Termasuk nyawa dirinya sekalipun.
Alih-alih bisa terus berdekatan dengan presiden serta ikut kecipratan enaknya fasilitas kepresidenan. Malah yang ada mereka bisa menjadi tumbal untuk melindungi Presiden dari para mafia senjata dan pengkhianat negara. Tak hanya itu nama baik juga dipertaruhkan. Salah satunya dicap sebagai tersangka percobaan pembunuhan Presiden. Nah, film ini menyuguhkan alur dan sajian dari tayangan ke tayangan lain secara apik tentang kisah "perjuangan" anggota Paspampres yang terkena fitnah tersebut.
Salah satu hal yang paling menarik dalam film ini sehingga pantas jadi obat atas kekecewaan setelah menonton film Escape Plan: The Extractors adalah siapa kawan dan lawan dari tokoh utama tidak dapat diprediksi. Sutradara sangat pandai sekali dalam menyimpan rapat hal tersebut sehigga membuat saya penasaran. Bahkan untuk semua prediksi saya terkait siapa yang mati dan siapa yang hidup serta siapa yang kawan serta siapa yang lawan semuanya salah. Semuanya baru bisa terungkap di pertengahan film hingga akhir.
Sutradara juga berhasil membuat dramatisasi fitnah dari musuh utama yang sedemikian rupa. Hal itu mengakibatkan saya menjadi sangat penasaran bagaimana cara pemeran utama bisa keluar dari cobaan seberat itu. Saat awal terkena fitnah itu tindakannya memang tidak begitu meyakinkan. Namun, saat ia sudah tahu siapa yang mengkhianatinya aksinya makin begitu bergairah untuk melakukan "perang total".
Tentu saja setelah itu aksi yang dilakukan para tokoh film makin menegangkan. Aksi kejar-kejaran dengan kendaran terjadi dengan durasi cukup lama. Setelah itu pemeran utama harus berjuang sendirian. Sungguh merana dalam kesendirian karena teman-temannya tidak ada yang mempercayainya lagi. Hanya keluarganya satu-satunya pihak yang bisa meneguhkan hatinya. Terutama sang ayah si pemeran utama yang mampu melindungi anaknya dari serangan gerombolan pemfitnah.
Di samping film Captain Marvel, film ini merupakan satu di antara dua film yang sanggup membuat saya meneteskan air mata. Bagaimana tidak berlinang mata ini ketika menyaksikan hubungan anak dengan ayah begitu harmonis setelah 5 tahun lebih tidak ada kabar karena suatu konflik keluarga. Sang ayah hadir saat dibutuhkan oleh anaknya. Ia mampu membuat anaknya terhindar dari kematian. Hati terenyuh itu makin terasa saat akhir film (pasca anti klimaks) sedang berlangsung.
Hal yang membuat film ini makin asyik adalah durasi tayangan happy endingnya berlangsu lama. Setelah musuh utama kalah sutradara masih memberikan porsi lama bagi penonton untuk menikmati sajian "pesta" kemenangan si pemeran utama bersama orang-orang terdekatnya. Dengan itu, penonton sudah tidak ada beban lagi untuk "memikirkan" atau mengira-ngira bagaimana kehidupan pemeran utama setelah berhasil mengungkap tabir fitnah yang sangat keji.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Angel Has Fallen: Menghadirkan Bukti Bahwa Fitnah Memang Lebih Kejam dari Pembunuhan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*