Mohon maaf untuk kalian semua yang telah menantikan ulasan dari situs *Banjir Embun* tentang film The Lion King. Keterlambatan ini karena kemarin tanggal 17 Juli tepat rilis pertama kali film ini salah satu tim *Banjir Embun* mengikuti event yang diselenggarakan oleh Google. Acara yang dilaksanakan di Hotel Santika Premiere Kota Semarang itu cukup penting. Oleh sebab itu, baru hari ini film milik Disney itu bisa diposting di sini.
Film ini begitu antusias kami bahas karena pada hari Selasa sore saat di kamar hotel sambil menonton TV nasional saya melihat siaran tentang The Lion King. Acara semacam "promo" film itu dikemas dengan penuh kehebohan. Bagaimana tidak presenter nasional Indonesia digambarkan begitu dramatis berhasil mewancarai Donald Glover pengisi suara Simba. Sejujuran siaran itu begitu bikin semangat untuk segera menonton di Bioskop.
Acara nonton perdana akhirnya gagal. Sebab di hari yang sama mulai pagi hingga sore harus mengikuti acara di hotel Santika tersebut. Sedang malam harinya pukul 18.00 WIB sesuai jadwal tiket bus yang dipesan melalui aplikasi redBus harus melakukan perjalanan pulang ke Kota Malang. Baru tadi pagi jam lima dini hari tiba. Setelah itu istirahat sebentar di rumah baru kemudian disusul bertaburan ke luar rumah untuk mencari nafkah seperti biasa.
Alhamdulillah, saat sore tiba di hari ini tepat setelah menonton film Simba yang berjuluk The Lion King tulisan ini bisa diketik. Namun, ada sedikit rasa kecewa muncul setelah menontonnya. Harapan yang begitu tinggi setelah terpengaruh iming-iming "promo" ulasan pra tayang film Simba di TV Nasional tak sesuai bayangan. Tak seperti film Aladdin yang meski sama-sama film yang menggunakan alur cerita lama tapi berhasil dikemas dengan begitu luar biasa. Adapun film Simba tak terlalu banyak polesan yang berarti.
Sebagaimana film Disney lain, film The Lion King juga dipenuhi dengan iringan nyanyian para karakter film. Tak harus menunggu di pertengahan tayangan, di awal film sudah ada suguhan lagu yang iramanya khas Disney. Di dalam nyanyian syairnya dipenuhi dengan makna kehidupan. Berisi motivasi, inspirasi, perjuangan, hingga hal yang bersifat lagu satir atau lelucon. Salah satunya lagu ciptaan teman Simba yang telah berhasil diimprovisasinya.
Tak hanya muatan motivasi kehidupan, film ini secara tersirat juga mengajarakan tentang Biologi khususnya terkait ekosistem dan rantai makanan (lingkaran kehidupan). Mengajarkan bagaimana seharusnya lingkungan terutama makhluk hidup harus dilestarikan. Jangan sampai ketamakan menyebabkan ekosistem tidak seimbang lagi. Film ini juga mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang baik. Tak cukup hanya berani tapi juga bertanggung jawab dan melayani semua hal yang dilindunginya.
Setelah nyanyian sebagai tanda film telah dimulai selesai, adegan selanjutnya ialah saat Simba yang masih bayi imut, lucu, dan menggemaskan berada di tengah-tengah Ibu dan Ayahnya. Lalu ia digendong oleh kera Baboon menuju puncak tebing menjulang untuk dipamerkan pada seluruh binatang di savana. Seluruh binatang itu datang untuk menyambut dan menghormati ayah Simba yang telah punya generasi penerus sebagai raja.
Tak lama setelah itu tokoh antagonis film langsung dimunculkan. Dia adalah Scar. Paman Simba yakni adik dari ayahnya. Dia adalah orang yang berambisi jadi raja, tamak, arogan, licik, dan si penghasut. Ia merasa kecewa dengan gaya kepemimpinan kakaknya. Namun, apa daya Scar tak secara fisik tak sekuat sang Raja. Ia tak mau gegabah menggulingkan kekuasaan rezim yang menurutnya penuh aturan yang tak masuk akal. Oleh sebab itu, ia menyusun rencana bagaimana agar selanjutnya ia yang jadi raja bukan Simba.
Simba bersama Zazu burung Rangkong yang menjadi penasihat, pengawas, dan pelindung Simba (sumber gambar) |
Sebagai anak raja, Simba yang masih kecil sangat terobsesi menjadi raja selanjutnya. Ia merasa bahwa dengan menjadi raja semua orang akan takut padanya atau sebaliknya akan membutuhkannya. Hati yang amat menggebu dan penuh optimis itu akhirnya membuatnya harus kehilangan orang yang disayangi. Saking optimisnya ia merasa bahwa bukan lagi singa kecil walau kenyataannya ia masih teramat imut untuk makan daging. Sebab seusianya masih harus minum susu.
Layaknya anak kecil lain, Simba penasaran dengan hal-hal baru. Baik itu berupa tantangan, misteri, benda di sekitar dan lain-lain. Ia terus bersemangat untuk mengeksplorasi semuanya. Dia ingin memastikan bahwa hewan yang lainnya memandangnya bukan lagi anak kecil sehingga kelak ia memang pantas menerima gelar si Raja Hutan. Namun, semangat dan optimisme Simba itu tak sebanding dengan wawasan dan pengetahuannya. Nyatanya, ia berhasil dihasut oleh Scar pamannya sendiri.
Setidaknya dua kali Scar berhasil menghasut Simba untuk melakukan hal konyol. Sebanyak itu pula nyawa Simba hampir melayang. Untungnya saat semua kejadian itu ayahnya datang tepat waktu untuk menolong. Nyawa Simba terselamatkan. Walau pada akhirnya perbuatan konyol Simba itu harus ia bayar mahal. Selain kehilangan orang yang disayang ia juga harus meninggalkan wilayah kekuasaan ayahnya itu. Ia diusir oleh Scar. Itulah hal yang harus dibayar Simba karena ia tak sabar ingin segera menjadi Raja.
Scar mengabarkan ke kawanan lainnya bahwa Simba si kecil imut telah mati. Padahal sebenarnya ia telah berhasil meloloskan diri dari maut. Simba kecil hingga dewasa memulai hidup baru di wilayah asing. Wilayah yang dihuni oleh anggota kawanan yang terbuang. Ia mencoba untuk melupakan masa lalunya yang penuh trauma. Ia menyesali perbuatannya itu dengan cara melarikan diri dari keluarga dan kawanan lain yang mencintainya.
Scar, atas bantuan sekelompok Hiena berhasil dengan mudah mengkudeta ayahnya yang telah mati. Ia selanjutnya menjadi Raja berikutnya. Di sisi lain, Simba di tempat "pembuangan" berhasil menyatu dengan teman-teman barunya. Ia merasa nyaman di tempat baru itu sehingga ia tak ingin lagi kembali ke tempat kelahirannya. Sebab ia yakin pamannya Scar telah mampu menjadi pemimpin sebagaimana ayahnya menjadi pemimpin sebelumnya.
Bisa dikatakan kisah Simba yang masih kecil memiliki durasi tayang yang cukup lama. Sutradara mungkin ingin menunjukkan betapa dramatisnya masa kecil Simba yang penuh dengan cerita kehidupan. Itu dilakukan supaya saat akhir film bisa menciptakan kesan happy ending yang memuaskan. Serta ingin menunjukkan bagaimana Simba kecil harus bisa bangkit dari keterpurukan setelah terusir dari tempat kelahiran. "Hakuna matata" itulah pelajaran hidup sekaligus motivasi yang ia terima saat dipengasingan.
Ternyata gaya memimpin Scar berbanding terbalik dengan ayahnya Simba. Padang rumput menjadi begitu kering karena sistem pengelolaan air yang boros. Ekosistem jadi tidak seimbang karena perburuan daging tak terkontrol. Bisa dibilang Scar telah merusak rantai makanan. Ia telah memutus circle of life alias lingkaran kehidupan. Hingga pada akhirnya Nala kawan kecil Simba tidak tahan menghadapi kegitaran itu. Nala akhirnya melarikan diri dari savana untuk mencari bantuan dalam mengkudeta Scar.
Lalu bagaimana sikap Simba setelah mengetahui kenyataan bahwa tempat kelahirannya menjadi begitu memprihatikan? Silakan kalian tonton di bioskop kesayangan. Selamat menonton.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Simba yang berjuluk The Lion King: Film Tentang Motivasi Menghadapi Masalah Kehidupan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*