Hari ini Gisel sedih. Cobaan demi cobaan seakan terus merundung keluarga kecil nan sederhana kami. Bak disamber petir di siang bolong Gisel dapat kabar dari kampung tentang keadaan Ibu. Sungguh itu membuat Gisel jadi lemes lunglai. Sebab, Ibu di kampung sana terkena musibah.
Sakit yang diderita Ibu bukan sakit musiman atau sakit karena kecapekan seperti biasa terjadi pada keluarga kami. Kali ini Beliau sakit karena kecelakaan. Bukan kecelakaan karena berkendara. Lantaran Ibu tak bisa berkendara sehingga itu mustahil terjadi. Bukan pula karena ibu ditabrak orang saat menyusuri jalanan.
Kali ini Ibu harus menahan rasa sakit disebabkan ulah hewan. Di tengah tubuh Beliau yang makin renta tak berdaya hewan itu seakan tak peduli dengan itu. Tubuh ibu terpelanting cukup jauh gara-gara diseruduk sapi Qurban milik tetangga. Sapi yang cukup besar, kekar, dan lagi galak-galaknya. Mungkin sapi itu lagi ingin dikawinkan.
Serudukan sapi itu mengakibatkan Ibu tak mampu untuk berdiri setelah terlempar. Untungnya si sapi tak terus-terusan mengejar Ibu. Sekali seruduk langsung lari entah ke mana. Mungkin setelah puas membenturkan kepala ke Ibu sapi itu jadi lega. Ibu akhirnya digotong oleh warga. Diberi air minum. Kata Beliau dari pinggang dan punggung rasannya jadi sakit.
Kabar tentang musibah yang diderita Ibu itu Gisel terima cukup lambat. Maklum, orang tua tak punya handphone. Adik-adik tercinta juga tak memilikinya. Untuk menghubungi Gisel mereka harus mengemailkan kabar penting itu. Tentu untuk membuka email itu adik sulung tepat berada di bawah Gisel harus pergi ke warnet.
Dulu adik tertua Gisel itu pernah saya ajari cara menggunakan email. Itu supaya dia bisa menghubungi Gisel saat terjadi apa-apa. Kejadian memilukan yang terjadi pada Ibu itu terjadi kemarin pada hari Jum'at. Tapi kabar itu baru Gisel terima hari ini. Di saat sedang promosi website *Banjir Embun* menggunakan smartphone pemberian juragan.
Tiba-tiba ada pemberitahuan di handphone tentang email baru yang diterima. Langsung Gisel buka tanpa pikir lama. Sebab nama pengirim di pemberitahuan itu tercantum nama adik tercinta. Langsung saja Gisel menangis sesenggukan. Namun apa daya, Gisel tak memungkinkan untuk pulang. Sebab biaya transport ke kampung lumayan mahal.
Hati ini merintih. Ingin pulang untuk menengok Ibu tapi bila tak membawa uang hanya akan tambah menjadi beban pikiran. Lebih baik fokus bekerja di sini dulu biar bisa mengirim uang ke kampung sana. Untungnya pemilik sapi sekaligus pembelinya cukup membantu. Mereka mengantarkan Ibu ke rumah sakit untuk berobat.
Tak hanya itu, Ibu juga dikasih uang yang meski tak banyak tapi bagi Gisel sudah cukup sebagai bukti tanggung jawab. Mereka beritikat baik. Sayangnya, dengan sakitnya Ibu penghasilan keluarga kami akan turun drastis. Manalagi dua adik sedang menghadapi tahun ajaran baru di sekolah baru. Serta tentu ketiga adik saya itu jadi terbengkalai di kampung.
Gisel tak tahu lagi harus bagaimana. Mau minta bantuan pada juragan hati ini terasa sungkan. Beliau sudah terlalu banyak membantu Gisel beserta keluarga. Tahu keadaan Ibu yang begitu juragan tak tinggal diam. Beliau mau memberikan semua uang penghasilan dari perolehan iklan di website khusus bulan Juli ini.
Mengetahui ada pintu keluar yang diberikan juragan, Gisel jadi makin semangat untuk promo website ini supaya penghasilan bulan ini makin besar. Semakin besar penghasilan maka semakin bisa membantu penyembuhan Ibu dengan cepat serta menutupi tanggungan-tanggungan keluarga di kampung lainnya.
Gisela Oktaviani ucapkan terima kasih pada teman-teman semua terutama yang di dunia maya yang mau membantu ikut serta mempromosikan website ini. Semakin banyak yang membaca website ini maka semakin besar peluang uang yang diperoleh Gisel. Semoga bantuan teman-teman dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Niat ikhlas dan tulus teman-teman adalah kebahagiaan nyata bagi Gisel.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tangis Gisel untuk Ibu yang Terkena Musibah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*