Jari kelingking empat ruas. Normalnya ada 3 ruas (gambar jari Wali Qimin) |
Sejak kecil Gus Qimin memiliki tingkah polah aneh atau tak normal. Memang, secara fisik bisa dikatakan ganteng. Sebagian cewek yang kenal dia ada yang mengatakan Beliau cowok manis. Tak hanya itu Gus Qimin ini punya badan berpostur tinggi, gagah, dan gempal. Tak pelak banyak cewek yang terpesona padanya. Bahkan saat usia 32 tahun pun beliau masih mampu memancarkan kerupawanan yang bikin gadis kepincut.
Gus Qimin sejak kecil punya teman sedikit sekali. Hanya orang-orang yang punya kesabaran ekstra serta orang-orang yang juga punya teman sedikitlah yang bisa menjadi teman dekatnya. Beliau sering menjadi pusat bullying teman-temannya. Bahkan orang tua Gus Qimin, yaitu ibunya juga tak kalah parah dalam membulyy. Setiap hari setiap saat bila ibunya mendapati beliau membuat kesalahan kecil terlebih yang besar Gus Qimin mendapat bentakan yang sungguh dahysat.
Ibunya Gus Qimin memang tak suka pada beliau. Entah apa alasannya, Gus Qimin saat kecil tak tahu mengapa beliau diperlakukan berbeda dengan saudara-saudara yang lainnya. Kasih sayang kurang, uang saku kurang, senyuman kurang, kelembutan kurang, dan kurang-kurang yang lainnya seringkali didapati oleh Gus Qimin. Sedang saudaranya yang lain selalu memperoleh perhatian, pembelaan, dan fasilitas lebih dari sang Ibundanya. Bahkan celana dalam (CD) pun tak pernah dipakai oleh Gus Qimin saat SD hingga SMA.
Sejak kecil hingga dewasa Gus Qimin punya cita-cita dan harapan sendiri. Tapi orang tuanya tak mendukung sama sekali. Orang tuanya tak mampu memahami kemauan sekaligus kemampuan yang dimiliki Beliau. Segala apa yang diusulkan Gus Qimin hampir semuanya ditolak mentah-mentah. Kecuali bila usul itu bisa menguntungkan bagi orang tuanya serta saudaranya, baru orang tuanya setuju. Menghadapi kenyataan itu tentu beliau mengalami kegundahan, tekanan, dan rasa bersalah pada diri sendiri.
Singkat cerita, Gus Qimin sudah dewasa. Para tetangga bahkan saudara hingga ibunya sendiri makin tidak suka pada Gus Qimin. Perilaku Gus Qimin yang nampak sok bener sendiri, arogan, semaunya sendiri, begitu tergambar di mata mereka semua. Di mata mereka Beliau adalah anak yang durhaka pada ibunya. Anak yang melupakan ibunya. Terlebih setelah menikah. Kesan anak durhaka begitu ketara. Orang-orang yang tak suka Gus Qimin juga ikut membumbuinya.
Gus Qimin, beliau memang orangnya cuek. Meski ibunya menyebar gosip tentang Gus Qimin terkait dirinya yang punya kesalahan pada orang tua dan saudaranya, sehingga pantas dilabeli anak durhaka, tapi beliau tak ambil pusing. Meski saudara iparnya, yaitu suami dari saudari Beliau juga ikut menyebar kabar tak sedap terkait Gus Qimin pada tetangga, tapi beliau juga enggak mau repot-repot berklarifikasi pada para tetangga. Beliau memang sosok manusia yang tak pandai bersandiwara, menjilat, dan mengambil hati seseorang.
Ibunya memang sosok wanita yang pandai bersandiwara. Jago mengarang cerita. Mahir membolak-balikkan fakta. Serta mampu tampil dan bicara yang beda pada setiap orang. Bahkan pada anak-anaknya sendiri pun juga begitu. Dapat dibilang, kedua orang tua Gus Qimin memang tak bisa mendidik anaknya. Tak mampu membuat anak-anaknya hidup rukun atau saling menjaga dan membela satu sama yang lain. Sejumlah anaknya terkotak-kotak saling ngeblok satu sama lain. Hanya Gus Qimin yang tak punya kubu.
Mengetahui posisi beliau yang seperti di atas. Gus Qimin merasa bersalah pada Gusti Allah. Beliau merasa tak pantas lagi hidup di dunia ini. Sebab hidupnya hanya membikin susah dan gelisah orang tua dan saudara-saudaranya. Para tetangga dan orang yang ia kenal pun ikut-ikut mengelus dada karena dirinya dianggap anak durhaka. Akhirnya Beliau memutuskan untuk berdo'a pada Allah SWT agar nyawanya diambil saja. Dengan itu, Beliau berharap kehidupan orang yang membencinya jadi tenang.
Gus Qimin ingat pada perkataan temannya yang S1 dan S2 mengambil bidang Tafsir Hadits. Yakni, terkait dengan orang yang mengetahui keadaan dirinya sudah tak memungkinkan untuk hidup wajar/normal boleh meminta pada Allah untuk segera dimatikan. Sebab katanya kehidupannya tak akan lebih baik dari matinya. Setelah mantap dengan itu, Beliau setiap sepertiga malam berdo'a agar segera dimatikan dengan alasan agar kehidupan orang-orang di sekitarnya tak menjadi buruk gara-gara dirinya masih hidup.
Selain, memohon mati beliau juga berharap ampunan dosa dan kehidupan yang membahagiakan di alam kubur maupun padang mahsyar hingga dimasukkan surga. Itu saja do'a yang beliau lantunkan sehari-hari. Bagi Gus Qimin, berita kematiannya akan sangat membahagiakan hati keluarga serta tetangganya. Beliau sudah mempertimbangkan secara masak dari fenomena yang beliau alami serta dari bisikan hati yang terus menggoda untuk segera menuju alam kubur. Supaya tatanan yang ada tidak bergejolak parah.
Di alam barzah itu, beliau mengobrol dengan Auliya (para Wali) sambil berkenalan.
Wali 1 bertanya pada Wali Qimin: "Kenapa nak Qimin bisa mencapai maqom wali? Apa gerangan yang membuat Allah begitu mengasihi nak Qimin?"
Wali Qimin: "Saya diangkat jadi wali karena do'a yang permohonannya sama dan sering saya lantunkan secara rutin tiap malam, do'a yang bukan berasal dari hawa nafsu tapi karena demi kebaikan bersama."
Wali 2 menyanggah: "Yang benar Min? Aku juga sering mendo'akan orang tuaku, muridku, dan guruku? bukankah itu juga tanpa hawa nafsu? Tapi Gusti Allah mengangkat aku jadi wali bukan karena itu."
Wali 3 menimpali: "Mungkin do'amu itu mengandung modus. Nah, modus itulah yang enggak disukai Allah. keh.. keh.. keh.. (sambil tertawa menggoda)..."
Wali 1 bertanya lagi: "Trus amalan apa yang pernah nak Qimin lakukan di saat hidup?"
Wali Qimin: "Saat SMA saya sering puasa senin kamis, kadang sholat Dhuha serta tahajud, saat di Asrama selalu sholat berjamaah 5 waktu tanpa bolong, dan kadang zikir. Saat menjelang akhir kuliah hingga sebelum menikah saya melakukan 5 amalan rutin. Yakni, puasa nabi daud, sholat dhuha, sholat malam, zikir, dan mendo'akan kedua orang tua, teman, murid, dan guru-guru saya. Semuanya saya lakukan secara rutin setiap hari. Kadang bolong, tapi selama satu bulan utuh saya pernah melakukan semua amalan itu tanpa jeda."
Wali 2 ikut bertanya: "Dengar-dengar kamu itu dikenal sebagai anak durhaka pada ibu Min? kok bisa-bisanya Gusti Allah mengangkatmu jadi Wali?"
Wali Qimin: "Saya memang menyalahi ibu saya tapi saya bukanlah anak durhaka. Saya menyalahi ibu saya karena saya tak dapat menuruti kemauan remeh temeh ibu saya. Yang membuat saya bingung dan pusing. Sebab seringkali ibu saya akan mengejek, mencela, bahkan menyalahkan saya setiap kali saya gagal memenuhi keinginan hatinya. Tapi di dalam hati saya tetap sayang pada ibu. Sebab, menyayangi ibu itu perintah Allah. Saya bukan anak durhaka sebab saya tak pernah menyalahi ibu saya ketika ibu saya baik pada saya. Bukannya yang namanya anak durhaka itu adalah anak yang menyalahi ibunya padahal ibunya baik???"
Wali 3 menimpali sambil menggoda: "Tapi kok begitu aneh kenapa matimu terlindas truk sedot WC?? Itu kan enggak keren banget coy??"
Gus Qimin: "Mungkin itu cara Allah untuk merendahkan raga dan fisik saya di depan makhluknya. Meski secara batin dan ruh ternyata Allah meninggikan derajat sehingga saya bisa berjumpa dengan orang-orang sholeh di alam kubur ini. Serta supaya kematian yang seperti itu bisa menjadi pelajaran bagi yang lain agar tak durhaka pada ibunya."
Akhirnya Wali Qimin hidup bahagia di alam kubur. Sesuai dengan permintaan yang beliau idam-idamkan. Ditambah bonus lagi yaitu saat di padang Masyhar nanti beliau dijanjikan akan berjumpa dengan Nabi Agung Muhammad SAW. Sungguh kebahagiaan berlipat-lipat yang tak sembarang orang bisa melampauinya dengan mudah.
TAMAT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Ditulis dan disebarluaskan untuk tujuan sebagai bahan renungan diri. Terutama terkait kondisi kehidupan sesudah mati.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Hidup Waliyullah, Mati Terlindas Truk Sedot WC Gegara Menyalahi Ibunya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*