Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Kisah Hidup Waliyullah, Mati Terlindas Truk Sedot WC Gegara Menyalahi Ibunya



Waliyullah adalah kekasih Allah yang punya keistimewaan di sisi Allah. Wali Allah sangat beraneka macam jenisnya. Mulai dari level (maqom), tingkah laku, bagaimana cara ia bisa mendapat gelar Wali, amalan, hingga pakaian yang mereka kenakan. Bahkan sebagian Waliyullah memiliki perilaku aneh yang biasa disebut Jadzb. Sebutan itu muncul karena sang Wali telah kehilangan akal sehatnya. Namun, di tengah itu semua ternyata Wali memiliki kedekatan dengan Allah SWT.


Begitu juga Wali Allah yang diceritakan dalam postingan ini. Kekasih Allah itu bernama Qimin. Beliau bukan keturunan Kiai secara langsung. Kedua orang tuanya adalah orang biasa. Tak punya pengaruh berarti terutama masalah agama di masyarakat. Ibunya petani sedang ayahnya seorang Pegawai Negeri Sipil. Sejak kecil tak ada tanda-tanda atau isyarat bahwa kelak Gus Qimin akan bergelar Waliyullah. Kecuali, satu tanda yaitu jari kelingking beliau beruas empat.


Jari kelingking empat ruas. Normalnya ada 3 ruas (gambar jari Wali Qimin)

Sejak kecil Gus Qimin memiliki tingkah polah aneh atau tak normal. Memang, secara fisik bisa dikatakan ganteng. Sebagian cewek yang kenal dia ada yang mengatakan Beliau cowok manis. Tak hanya itu Gus Qimin ini punya badan berpostur tinggi, gagah, dan gempal. Tak pelak banyak cewek yang terpesona padanya. Bahkan saat usia 32 tahun pun beliau masih mampu memancarkan kerupawanan yang bikin gadis kepincut.


Kisah hidup Gus Qimin ini sangat aneh. Beliau punya perilaku menyimpang sejak kecil. Tak punya teman, tak disukai guru, tak disukai orang tua teman-teman sekelasnya. Pada dasarnya hampir semua orang tak suka padanya. Akibatnya, Gus Qimin cenderung menyendiri. Tak bisa dikumpulkan bersama-sama dengan yang lainnya. Beliau selalu gagal dalam berkomunikasi dengan teman se sekolahnnya. Tak pernah nyambung saat diajak ngobrol.



Gus Qimin sejak kecil punya teman sedikit sekali. Hanya orang-orang yang punya kesabaran ekstra serta orang-orang yang juga punya teman sedikitlah yang bisa menjadi teman dekatnya. Beliau sering menjadi pusat bullying teman-temannya. Bahkan orang tua Gus Qimin, yaitu ibunya juga tak kalah parah dalam membulyy. Setiap hari setiap saat bila ibunya mendapati beliau membuat kesalahan kecil terlebih yang besar Gus Qimin mendapat bentakan yang sungguh dahysat.


Ibunya Gus Qimin memang tak suka pada beliau. Entah apa alasannya, Gus Qimin saat kecil tak tahu mengapa beliau diperlakukan berbeda dengan saudara-saudara yang lainnya. Kasih sayang kurang, uang saku kurang, senyuman kurang, kelembutan kurang, dan kurang-kurang yang lainnya seringkali didapati oleh Gus Qimin. Sedang saudaranya yang lain selalu memperoleh perhatian, pembelaan, dan fasilitas lebih dari sang Ibundanya. Bahkan celana dalam (CD) pun tak pernah dipakai oleh Gus Qimin saat SD hingga SMA.


Bisa dikatakan masa kecil Gus Qimin kurang begitu menggembirakan. Masa kecil penuh traumatik. Banyak hal yang ia lewati penuh dengan kepedihan hati. Beliau seringkali mendapati kedua orang tuanya bertengkar hebat. Sosok ibunda yang sebenarnya ia sayangi begitu nampak berani dan mentang-mentang pada Ayahandanya. Saat pertengkaran terjadi sikap durhaka pada suami begitu dinampakan ibunya di depan mata Beliau secara terang-terangan.


Sejak kecil hingga dewasa Gus Qimin punya cita-cita dan harapan sendiri. Tapi orang tuanya tak mendukung sama sekali. Orang tuanya tak mampu memahami kemauan sekaligus kemampuan yang dimiliki Beliau. Segala apa yang diusulkan Gus Qimin hampir semuanya ditolak mentah-mentah. Kecuali bila usul itu bisa menguntungkan bagi orang tuanya serta saudaranya, baru orang tuanya setuju. Menghadapi kenyataan itu tentu beliau mengalami kegundahan, tekanan, dan rasa bersalah pada diri sendiri.


Singkat cerita, Gus Qimin sudah dewasa. Para tetangga bahkan saudara hingga ibunya sendiri makin tidak suka pada Gus Qimin. Perilaku Gus Qimin yang nampak sok bener sendiri, arogan, semaunya sendiri, begitu tergambar di mata mereka semua. Di mata mereka Beliau adalah anak yang durhaka pada ibunya. Anak yang melupakan ibunya. Terlebih setelah menikah. Kesan anak durhaka begitu ketara. Orang-orang yang tak suka Gus Qimin juga ikut membumbuinya.


Entah apa alasannya. Setelah menikah pun ibunya tetap mengusik kehidupan rumah tangga Gus Qimin. Padahal kedua orang tua dan saudara-saudarnya sudah lama hidup berkecukupan. Seharusnya mereka mensyukuri keadaan yang mereka alami. Bukan malah menuntut lebih pada Gus Qimin. Di mana Beliau, sudah mulai melepaskan diri dari kehidupan masa lalunya yang kelam bersama keluarganya itu. Nyatanya, sang ibu masih mengrecoki rumah tangga beliau. Walau sebenarnya Gus Qimin dalam setahun setidaknya 4 kali selalu mengunjungi kedua orang tuanya.


Gus Qimin, beliau memang orangnya cuek. Meski ibunya menyebar gosip tentang Gus Qimin terkait dirinya yang punya kesalahan pada orang tua dan saudaranya, sehingga pantas dilabeli anak durhaka, tapi beliau tak ambil pusing. Meski saudara iparnya, yaitu suami dari saudari Beliau juga ikut menyebar kabar tak sedap terkait Gus Qimin pada tetangga, tapi beliau juga enggak mau repot-repot berklarifikasi pada para tetangga. Beliau memang sosok manusia yang tak pandai bersandiwara, menjilat, dan mengambil hati seseorang.


Gus Qimin bertekad ingin meninggalkan masa lalunya secara fisik dan batin. Termasuk meninggalkan tetangganya yang tak suka pada Beliau. Ia ingin move on dari kenangan masa lalu yang traumanya masih melekat hingga sulit dilupakan. Namun nyatanya, kebahagiaan dirinya sekarang ini, terutama saat setelah menikah, tak bisa membuat ibu dan saudara-saudaranya hidup tenang. Mereka ingin Gus Qimin harus hidup sengsara dan tak bahagia sebagai wujud pembalasan sikap durhaka pada orang tuanya.



Ibunya memang sosok wanita yang pandai bersandiwara. Jago mengarang cerita. Mahir membolak-balikkan fakta. Serta mampu tampil dan bicara yang beda pada setiap orang. Bahkan pada anak-anaknya sendiri pun juga begitu. Dapat dibilang, kedua orang tua Gus Qimin memang tak bisa mendidik anaknya. Tak mampu membuat anak-anaknya hidup rukun atau saling menjaga dan membela satu sama yang lain. Sejumlah anaknya terkotak-kotak saling ngeblok satu sama lain. Hanya Gus Qimin yang tak punya kubu.


Mengetahui posisi beliau yang seperti di atas. Gus Qimin merasa bersalah pada Gusti Allah. Beliau merasa tak pantas lagi hidup di dunia ini. Sebab hidupnya hanya membikin susah dan gelisah orang tua dan saudara-saudaranya. Para tetangga dan orang yang ia kenal pun ikut-ikut mengelus dada karena dirinya dianggap anak durhaka. Akhirnya Beliau memutuskan untuk berdo'a pada Allah SWT agar nyawanya diambil saja. Dengan itu, Beliau berharap kehidupan orang yang membencinya jadi tenang.


Gus Qimin ingat pada perkataan temannya yang S1 dan S2 mengambil bidang Tafsir Hadits. Yakni, terkait dengan orang yang mengetahui keadaan dirinya sudah tak memungkinkan untuk hidup wajar/normal boleh meminta pada Allah untuk segera dimatikan. Sebab katanya kehidupannya tak akan lebih baik dari matinya. Setelah mantap dengan itu, Beliau setiap sepertiga malam berdo'a agar segera dimatikan dengan alasan agar kehidupan orang-orang di sekitarnya tak menjadi buruk gara-gara dirinya masih hidup.


Selain, memohon mati beliau juga berharap ampunan dosa dan kehidupan yang membahagiakan di alam kubur maupun padang mahsyar hingga dimasukkan surga. Itu saja do'a yang beliau lantunkan sehari-hari. Bagi Gus Qimin, berita kematiannya akan sangat membahagiakan hati keluarga serta tetangganya. Beliau sudah mempertimbangkan secara masak dari fenomena yang beliau alami serta dari bisikan hati yang terus menggoda untuk segera menuju alam kubur. Supaya tatanan yang ada tidak bergejolak parah.


Beberapa waktu kemudian do'a itu terkabul. Gus Qimin mati terlindas truk sedot WC. Saat beliau naik sepeda motor sambil berdzikir istighfar beliau diseruduk oleh truk itu lalu ban belakang melindas kepalanya. Beliau langsung meninggal di saat sedang mengingat Allah. Kematian yang Gus Qimin inginkan dipenuhi oleh Allah SWT. Namun, setelah nyawa terangkat Allah memberi kabar yang menggembirakan padanya. Kabar yang tak ia sangka-sangka.


Gus Qimin, saat di alam kubur diberitahu malaikat bahwa ia diangkat derajatnya oleh Allah menjadi Wali. Langsung saja beliau meneteskan air mata sambil bertanya "Mengapa aku diangkat jadi Wali bukankah aku anak durhaka?". Malaikat menjawab "Allah mengangkat anda jadi Wali karena do'a anda yang tulus karena itu semua demi kebaikan orang tua, saudara, dan orang lain." Kemudian, Beliau disandingkan dengan orang-orang sholeh serta Waliyullah lainnya.


Di alam barzah itu, beliau mengobrol dengan Auliya (para Wali) sambil berkenalan.


Wali 1 bertanya pada Wali Qimin: "Kenapa nak Qimin bisa mencapai maqom wali? Apa gerangan yang membuat Allah begitu mengasihi nak Qimin?"


Wali Qimin: "Saya diangkat jadi wali karena do'a yang permohonannya sama dan sering saya lantunkan secara rutin tiap malam, do'a yang bukan berasal dari hawa nafsu tapi karena demi kebaikan bersama."


Wali 2 menyanggah: "Yang benar Min? Aku juga sering mendo'akan orang tuaku, muridku, dan guruku? bukankah itu juga tanpa hawa nafsu? Tapi Gusti Allah mengangkat aku jadi wali bukan karena itu."


Wali 3 menimpali: "Mungkin do'amu itu mengandung modus. Nah, modus itulah yang enggak disukai Allah. keh.. keh.. keh.. (sambil tertawa menggoda)..."


Wali 1 bertanya lagi: "Trus amalan apa yang pernah nak Qimin lakukan di saat hidup?"


Wali Qimin: "Saat SMA saya sering puasa senin kamis, kadang sholat Dhuha serta tahajud, saat di Asrama selalu sholat berjamaah 5 waktu tanpa bolong, dan kadang zikir. Saat menjelang akhir kuliah hingga sebelum menikah saya melakukan 5 amalan rutin. Yakni, puasa nabi daud, sholat dhuha, sholat malam, zikir, dan mendo'akan kedua orang tua, teman, murid, dan guru-guru saya. Semuanya saya lakukan secara rutin setiap hari. Kadang bolong, tapi selama satu bulan utuh saya pernah melakukan semua amalan itu tanpa jeda."


Wali 2 ikut bertanya: "Dengar-dengar kamu itu dikenal sebagai anak durhaka pada ibu Min? kok bisa-bisanya Gusti Allah mengangkatmu jadi Wali?"



Wali Qimin: "Saya memang menyalahi ibu saya tapi saya bukanlah anak durhaka. Saya menyalahi ibu saya karena saya tak dapat menuruti kemauan remeh temeh ibu saya. Yang membuat saya bingung dan pusing. Sebab seringkali ibu saya akan mengejek, mencela, bahkan menyalahkan saya setiap kali saya gagal memenuhi keinginan hatinya. Tapi di dalam hati saya tetap sayang pada ibu. Sebab, menyayangi ibu itu perintah Allah. Saya bukan anak durhaka sebab saya tak pernah menyalahi ibu saya ketika ibu saya baik pada saya. Bukannya yang namanya anak durhaka itu adalah anak yang menyalahi ibunya padahal ibunya baik???"


Wali 3 menimpali sambil menggoda: "Tapi kok begitu aneh kenapa matimu terlindas truk sedot WC?? Itu kan enggak keren banget coy??"


Gus Qimin: "Mungkin itu cara Allah untuk merendahkan raga dan fisik saya di depan makhluknya. Meski secara batin dan ruh ternyata Allah meninggikan derajat sehingga saya bisa berjumpa dengan orang-orang sholeh di alam kubur ini. Serta supaya kematian yang seperti itu bisa menjadi pelajaran bagi yang lain agar tak durhaka pada ibunya."


Akhirnya Wali Qimin hidup bahagia di alam kubur. Sesuai dengan permintaan yang beliau idam-idamkan. Ditambah bonus lagi yaitu saat di padang Masyhar nanti beliau dijanjikan akan berjumpa dengan Nabi Agung Muhammad SAW. Sungguh kebahagiaan berlipat-lipat yang tak sembarang orang bisa melampauinya dengan mudah.


TAMAT


Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Ditulis dan disebarluaskan untuk tujuan sebagai bahan renungan diri. Terutama terkait kondisi kehidupan sesudah mati.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Hidup Waliyullah, Mati Terlindas Truk Sedot WC Gegara Menyalahi Ibunya"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*