Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Ulasan Film Aladdin: Cerita Fantasi yang Menonjolkan Sisi Feminisme

Film Aladdin yang dulu sering ditampilkan dalam sajian film kartun kini dihadirkan dalam "dunia nyata". Beda dulu dengan sekarang. Saat ini Aladdin dihadirkan tak hanya sekadar menonjolkan sisi fantasinya saja yang identik dengan film anak-anak. Lebih dari itu sajian percintaan atau romantisme cukup terasa.


Film yang berkisah tentang "Arabian Nights" ini juga menghadirkan kisah lucu, konyol, humor, atau komedi yang cukup menghibur. Beberapa kali penonton yang memenuhi studio bioskop dibuat tertawa lepas. Tak hanya itu layaknya film India dalam cerita Aladdin ini juga sering menyajikan nyanyian dan tarian oleh para tokoh yang ada di dalamnya.


Jangan khawatir nyanyian yang berbahasa Inggris itu juga ada subtitle atau terjemahan bahasa Indonesianya. Salah satu di antara lagu yang dinyanyikan oleh tokoh film itu saya yakin kalian akan mampu dibuat terhanyut olehnya. Dalam satu lagu bisa saja kalian akan merasa "nyaman" serta di lagu lainnya kalian akan merasa tergugah emosinya larut dalam suasana batin tokoh film.


Jin, Yasmin, dan Aladin (sumber gambar)


Tak hanya menyajikan hiburan semata. Film Aladdin juga mengajarkan pada penonton untuk memberi pada orang yang membutuhkan tanpa harus diketahui oleh siapapun. Mengajak penonton untuk berjuang hidup meski berada dalam kondisi di titik bawah sekalipun. Memotivasi penonton khususnya perempuan untuk tidak diam saat ada dominasi kekuasaan lelaki di tengah-tengah mereka.







Bisa dikatakan film ini seakan dan kami yakin memang ingin menonjolkan sisi feminismenya. Yakni, hendak menunjukkan sisi keadalian dan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki. Terbukti, Jasmine sebagai putri raja begitu sangat ditonjolkan sisi ketokohannya dalam melawan dominasi "Jafar" si musuh utama. Lebih dari itu, Yasmin ternyata akhirnya ia diangkat menjadi Sultan menggantikkan ayahnya.


Dari sisi konflik sosialnya, tak hanya nilai feminisme yang ingin diangkat. Hubungan antar kelas bawah dengan kelas atas di kalangan rakyat pun tak kalah ketaranya. Meski pada akhirnya hubungan itu belum menemui titik solusi. Bagaimana agar kelas bawah tak selamanya menderita tidak disajikan secara tuntas.


Tak hanya sosok Jin yang menjadi teman Aladdin yang mampu membuat ketawa. Di film ini keras peliharaan Aladdin juga mampu beberapa kali membuat penonton tertawa lepas akibat tingkah lucunya. Ditambah lagi dengan sosok Jin dan kera yang animasi gambarnya terlihat sangat nyata dan tajam. Hal itu yang akhirnya membuat penonton tak terganggu.


Secara keseluruhan film Aladdin ialah film milik kaum hawa. Beberapa kali saat menonton film ini mereka terperangah, heboh, dan "melenguh" manja ketika melihat aksi romantis Aladdin pada Yasmin. Jadi, bagi kalian yang rindu film romantis yang disajikan dalam cerita yang beda sebaiknya tonton film ini. Dijamin kalian bakal dibikin baper oleh Aladdin.


Oh ya lupa, bila kalian membawa adik kecil atau anak bersiap-siaplah untuk menutup mata mereka dua kali. Sebab ada dua kali adegan ciuman bibir yang dilakukan oleh Aladdin dengan Jasmine. Mungkin di adegan inilah yang juga membuat para perempuan ikut terbawa suasana. Teria kasih telah membaca. Selamat menonton.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Aladdin: Cerita Fantasi yang Menonjolkan Sisi Feminisme"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*