Puasa Ramadan hukumnya wajib. Setiap Muslim harus menjalankannya. Namun dalam kondisi tertentu yang sesuai ketentuan Syariat Islam seseorang boleh untuk tidak berpuasa. Dengan catatan ia tetap harus mengganti berpuasa di hari lain.
Salah satu keringanan bagi umat Islam untuk boleh tidak berpuasa ialah saat ia sedang melakukan perjalanan atau safar. Yakni, perjalanan dari kota satu menuju kota lainnya yang jaraknya cukup jauh. Terlebih bila ternyata mudik itu sangat menguras tenaga sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Saat mudik dengan jarak jauh, kalian diberi pilihan untuk berpuasa atau membatalkan puasa dengan menggantinya di hari lain. Bila ternyata kalian tetap memilih berpuasa saat mudik maka tetaplah waspada. Sebab ada beberapa gangguan yang siap membayangi bila kalian memutuskan bermudik sambil puasa.
Berikut ini beberapa masalah yang mungkin bisa terjadi bila kalian memutuskan tetap berpuasa saat bermudik:
1. Terserang penyakit
Mudik, terutama yang melakukan perjalanan jauh sangat rentan terserang penyakit dadakan. Bahkan bisa jadi penyakit lama bisa kambuh kembali. Sejumlah penyakit yang mungkin muncul saat mudik disebabkan kelelahan sehingga tubuh menjadi drop, depresi (stress), dan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Pemudik biasanya mengalami penurunan daya tahan tubuh akibatnya penyakit seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), diare, mabuk perjalanan, masuk angin, sembelit, flu atau penyakit ringan menular lainnya, dan lain-lain akan mudah menyerang. Pemudik juga rawan tertular penyakit dari sesama pemudik lainnya.
Puasa seringkali menyebabkan seseorang dehidrasi. Terlebih bagi mereka yang sedang beraktifitas di kondisi yang panas. Akibatnya daya konsentrasi bisa menurun tajam. Bila sudah begitu sangat dianjurkan untuk tidak menyetir kendaraan. Sebab itu bisa membahayakan dirinya sendiri maupun penumpang.
Banyak catatan kecelakaan bahwa kelelahan dan dehidrasi menjadi salah satu penyebab utamanya. Terlebih lagi bila nyatanya pemudik seringkali terjebak dalam kondisi lalu lintas macet yang penuh "kehorroran". Kalau sudah begitu mudik bukan sesuatu yang mengasikan lagi tapi malah menjadi penuh siksaan yang mengancam jiwa.
3. Suasana penuh amarah atau tensi tinggi
Tidak hanya berkurangnya konsentrasi, dehidrasi dapat memicu amarah (emosional). Dehidrasi seringkali menjadi faktor penting yang menyebabkan emosi para pemudik tidak terkendali. Hawanya uring-uringan terus. Perasaan mereka menjadi lebih sensitif dan susah untuk berpikir jernih.
Dehidrasi memang tampak sepele padahal bisa berakibat fatal. Kadang gejala dehidrasi tidak harus didahului dengan rasa haus pada mulut. Sebab bisa saja mulut tidak membutuhkan air tapi nyatanya tubuh tetap membutuhkannya. Bisa dikatakan rasa haus tidak bisa dijadikan tolok ukur seseorang sedang dehidrasi atau tidak.
Setelah membaca tulisan ini semoga kalian bisa mantap dan bijak untuk memutuskan puasa atau tidak. Bilapun tidak puasa karena sedang mudik itu tidak masalah. Sebab itu adalah "fasilitas" dari Allah SWT yang boleh digunakan oleh hamba-Nya.
Seandainya takut dikomentari atau dipandang "aneh" oleh sesama pemudik maka beri pengertian pada pemudik yang saat kalian makan mereka "memandang" sinis. Semoga amal puasa maupun amal mudik kita semua diterima oleh Allah SWT. Aamiin
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Memilih Tetap Berpuasa Saat Mudik? Perhatikan 3 Hal Penting Berikut ini"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*