Seperti biasanya saya ingin menjadi bagian dari orang yang pertama kali menonton langsung satu jenis film favorit di bioskop. Yakni, film fantasi, aksi, fiksi ilmiah (sci-fi atau science fiction), petualangan, peperangan, dan film yang semacamnya. Di mana, hari ini Selasa 02 April 2019 film Shazam pertama kali diputar secara resmi di Indonesia.
Sebenarnya di malam Ahad tanggal 30 Maret pekan lalu film Shazam sudah diputar pada tengah malam (midnight show). Tepatnya sekitar pukul 23.25 WIB. Namun saat itu saya siang harinya sedang ada full kegiatan. Jadi badan terasa capek. Ingin ke bioskop sudah tidak kuat. Badan dibaringkan ke kasur langsung tertidur pulas.
Film ini merupakan salah satu film berdurasi panjang yang saya tonton. Biasanya film lain hanya berdurasi 85 menit, 90 menit, 100 menit, 110 menit, atau sekitar angka itu. Berbeda dengan Shazam, durasinya cukup panjang yakni 130 Menit. Namun demikian, entah kenapa waktu "sebanyak" itu masih kurang rasanya.
Penuh konflik batin
Bagaimana tidak, kombinasi konflik "batin" disuguhkan begitu nyata di film ini. Yakni, terutama konflik keluarga dan konflik pertemanan. Tanpa sedikit pun menyentuh konflik percintaan, yang tentunya itu sangat "jago" sekali dibuat oleh produser film Indonesia. Bisa dikatakan dalam film terdapat multi-konflik yang menyebabkan plot film sulit ditebak.
Lompatan dari konflik satu ke konflik lainnya sulit ditebak. Dengan itu plot twist (berbeloknya arah cerita secara drastis sehingga merubah alur jalannya cerita) terjadi berkali-kali. Kejutan demi kejutan disuguhkan. Namun demikian, sang sutradara begitu cerdas merangkainya satu dengan yang lain. Alhasi,l kesan ada adegan yang terpotong tidak ada.
Bagi kalian yang punya kebiasan "kagetan" sebaiknya bersiap-siap untuk terkejut. Sebab berdasarkan pengalaman saya pribadi ada 3 kejadian yang membikin kaget. Jantung menjadi berdegup kencang. Kekagetan ini terjadi selain karena tampilan gambar juga disebabkan suara latar belakang musik (back sound) yang ditempatkan cukup "pas".
Shazam: Film fantasi untuk manusia dewasa
Film ini bukan termasuk film fiksi ilmiah tapi film fantasi. Sebab di dalamnya tidak ada "unsur" penjelasan ilmiah sama sekali. Malah yang ada dipenuhi dengan penjelasan sihir-menyihir. Musuhnya pun juga berasal dari golongan "penyihir" jahat. Akan tetapi film ini sama sekali juga tidak mengesankan sebagai film horror "murahan".
Bisa dikatakan film milik DC Extended Universe ini adalah Doctor Strange-nya milik Marvel. Sebab keduanya sama-sama penyihir. Sama-sama tidak melibatkan teknologi dalam menggunakan kekuatan supernya. Oleh sebab itu saya tidak sepakat bila Shazam ini adalah Captain Marvel-nya DC Extended Universe. Sebab keduanya beda "aliran".
Perlu kalian tahu pula bahwa aksi cool (keren) Shazam yang sedang menggelembungkan permen karet seperti yang ada di poster promosi film, ternyata di dalam adegan filmnya tidak ada. Namun permen karet yang digelembungkan itu bisa menjadi petunjuk bahwa sebenarnya Shazam adalah superhero yang masih usia remaja (15 tahun).
Ada hal yang membuat saya terharu dari adegan film ini. Salah satunya ialah saat orang tua asuh tokoh utama begitu sangat peduli pada anak-anak asuhnya. Mereka memerlakukan anak asuhnya seperti anaknya sendiri. Mereka tidak mengekang anak asuhnya. Itu terjadi karena latar belakang mereka dulu adalah juga sebagai anak asuh.
Shazam bercerita tentang anak yang terbuang lalu "diasuh" oleh orang tua angkat yang mulia. Akan tetapi ia tak menyadari sedang dibuang. Ia meyakini bahwa orang tuanya masih menginginkannya. Ternyata kenyataan berbeda. Orang tua asuhnyalah yang sesungguhnya tulus menginginkannya.
Tidak hanya menyuguhkan drama konflik, film ini juga menyuguhkan drama komedi. Tak ayal sepanjang saya menonton beberapa kali penonton tertawa. Sayangnya jumlah penonton tak sebanyak saat saya menonton Captain Marvel. Akibatnya suasana pecah tawa tidak begitu terasa. Mungkin sebagiannya sudah menonton saat midnight show.
Perlu diketahui kalian jangan kaget bila di dalam dialog film sering menyebutkan kata "batman" dan "superman". Perlu kalian tahu bahwa batman dan superman hak ciptanya juga dimiliki oleh DC Extended Universe. Bahkan dalam ending cerita tokoh superman juga dihadirkan. Meski demikian ternyata hanya sekilas dan wajahnya tidak ditampakan.
Ending film Shazam adalah salah satu ending film yang saya suka. Sebab, rasa "kesal" dan rasa "penasaran" penonton terhadap perilaku atau keadaan orang-orang di sekitar tokoh utama juga diperlihatkan. Tidak ada "cerita" yang menggantung. Dengan begitu penonton tidak harus mengira-ngira sendiri bagaimana keadaan selanjutnya orang yang berada di sekitar tokoh utama.
Jangan lupa setelah film ini berakhir untuk tidak angkat kaki dari kursi. Masih ada 2 (dua) post credit (adegan pasca teks kontributor film) yang cukup menarik untuk ditonton. Terutama post credit yang pertama. Di mana menceritakan keadaan musuh utama setelah kalah. Sedang post credit kedua selain lebih pendek juga tak begitu penting untuk diketahui.
Demikian tulisan ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga kalian terhibur.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan film Shazam: 130 Menit Menonton Tak Terasa"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*