Film ini memiliki beberapa kemiripan dengan film The Kid Who Would Be King yang juga pernah diulas di website *Banjir Embun*. Kesamaan yang pertama ialah dari asal-usul pemeran utamanya. Di mana mereka berasal dari keturunan raja kuno bernama Arthur di wilayah Inggris. Kedua, sama-sama melibatkan iblis sebagai makhluk yang harus dilawan tokoh utama. Ketiga, keduanya mengangkat kisah tentang bangkitnya lagi ratu iblis dari kurungan selama ribuan tahun.
Selain memiliki persamaan kedua film itu juga memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Adapun perbedaannya adalah yang pertama dalam film Hellboy ini unsur fiksi ilmiah dimasukkan dalam alur film. Terbukti ada suatu badan khusus milik Amerika yang membidangi pertahanan terhadap suatu serangan makhluk "ghaib". Di mana ayah angkat dari tokoh utama juga menjadi salah satu anggotanya. Kedua, alur cerita konflik Arthur dengan Ratu Iblis disajikan berbeda.
Ketiga, meski sama-sama mengangkat penyihir bernama Merlin namun sosok Merlin itu disuguhkan secara berbeda. Keempat, film The Kid Who Would Be King lebih menonjolkan konflik batin. Sedangkan film Hellboy lebih menonjolkan konflik fisik yang anarkis sebagaimana film aksi dewasa yang menonjolkan kekerasan. Oleh sebab itu, bila film The Kid Who Would Be King sangat ramah dengan anak maka film Hellboy ini sangat disarankan hanya untuk 18+ alias film dewasa.
Namun demikian bukan berarti film ini hanya menyajikan tumpahan darah, tubuh yang terpotong, kepala yang pecah, atau yang semacamnya. Lebih dari itu film ini juga menyajikan konflik keluarga, konflik "batin" dengan rekan kerja, dan konflik batin yang ada dalam diri tokoh sendiri dengan masa lalunya. Sebab, masa lalu dan asal-usul tokoh utama ternyata selama ini dirahasiakan oleh ayah angkat yang sangat disayanginya tersebut.
Sejujurnya awal cerita film ini cukup lumayan bagus. Sayangnya, untuk awal cerita yang bagian adegan tokoh utama sedang "bergulat" dengan teman lamanya tidak dikaitkan dengan adegan berikutnya. Alhasil, kesan alur film yang terpotong-potong begitu terlihat. Tentu itu membuat penonton bingung apa kaitan antara adegan satu dengan yang lainnya. Barangkali bagi yang sudah pernah menonton film Hellboy di seri sebelumnya bisa saja mampu mencernanya.
Lagi-lagi, saya bisa berani mengatakan bahwa selera humor antara orang Inggris dengan Indonesia berbeda. Terbukti drama komedi (humor) yang diberikan sutradara tidak membuat penonton tertawa. Hampir mirip dengan film suguhan komedi film The Kid Who Would Be King. Bagi orang Indonesia aksi humor yang diberikan tokoh utama film terkesan garing. Barangkali bagi penonton di inggris humor itu akan mampu membuat mereka tertawa terbahak-bahak.
Tokoh utama sangat sulit dipahami karakternya. Apakah ia seorang yang humoris atau penyendiri sungguh sangat sulit didefinisikan. Selain itu aksi tokoh utama sama sekali tidak bisa mengaduk-aduk emosi penonton. Malah yang ada membuat penonton terperangah terhadap aksi brutalnya membantai musuh-musuhnya. Mungkin saja sang sutradara ingin menampilkan tokoh utama menjadi sesosok makhluk yang benar-benar berasal dari neraka. Makhluk yang tidak hanya buruk rupanya sehingga pantas bergelar hell boy.
Secara keseluruhan film ini masih sangat kurang memuaskan. Meski demikian, secara pribadi saya akan lebih memilih film Hellboy dari pada sebagian film "tak mendidik" milik Indonesia. Apalagi kalau itu adalah film horror yang dibumbui cabulisme. Termasuk juga film cinta yang minim pembangunan karakter generasi bangsa. Hanya menyajikan tontonan pacaran dan mesra-mesraan anak muda. Saya bakal akan menyesal seumur hidup bila menontonnya. Akan tetapi, saya tidak menyesal telah menonton film Hellboy ini.
Terima kasih telah membaca. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga menghibur.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Hellboy: Film Fantasi-Horror Berbalut Fiksi Ilmiah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*