Siapapun pasti punya impian, harapan, cita-cita, atau yang semacamnya. Tapi tak selamanya itu semua akan mampu dicapai dengan mulus. Ada saja hambatan yang datang menghadang. Salah satunya ialah larangan dari orang tua. Memang, idealnya orang tua sebagai sosok panutan yang selalu didengar nasehatnya harus berpikir secara bijak. Tidak asal main larang ini itu tanpa melihat efek jangka panjang.
Orang tua kadang juga tak memikirkan penderitaan anak. Bukan penderitaan fisik atau lahirnya tapi derita psikis atau batinnya. Di mana, anak seharusnya punya masa depannya sendiri malah orang tua tega merenggutnya. Mereka selalu menuntut lebih pada anak. Walaupun itu sebenarnya bukan minat maupun bakat anaknya. Bahkan ada juga yang "menyesatkan" anaknya ke dalam jurang kebingungan.
Selama ini banyak istilah "anak durhaka pada orang tuanya" tapi jarang sekali mengatakan "orang tua durhaka pada anaknya". Bagaimana orang tua bisa durhaka pada anaknya? Sama dengan anak yang durhaka pada orang tua. Keduanya sama-sama membikin sakit hati, bikin menderita, tersiksa lahir maupun batinnya, dan membuat orang tua/anak menjadi tak berharga lagi.
Orang tua seharusnya memberi kesempatan anak untuk mengembangkan diri. Tentu juga harus difasilitasi atau dibantu baik secara materi dan non materi. Jangan hanya mau membantu ketika apa yang dilakukan oleh si anak sesuai dengan keinginan orang tua. Itu zalim namanya. Sungguh orang tua seperti itu suatu saat akan menanggung dosa-dosa si anak yang "tersesat" akibat kelakuan orang tuanya di masa lalu.
Misalnya ketika anak ingin memilih kuliah di dunia jurnalistik dan komputer orang tua melarangnya. Padahal orang tuanya punya uang untuk memfasilitasi. Malah orang tua menghendaki kuliah dengan mengambil jurusan agama yang sebenarnya tidak terlalu dikuasi dan disukai si anak. Lalu ketika si anak memutuskan tak mau kuliah orang tua melarang keras. Harus tetap kuliah sesuai dengan jurusan pilihannya.
Cara mengatasi orang tua yang tak mendukung
Untuk kalian yang sedang mengalami konflik batin dengan orang tua seperti di atas kami akan memberi saran. Kalian harus punya prinsip kuat. Jangan tergoyahkan meski orang tua menciptakan badainya. Namun, kalian harus tetap santun pada orang tua. Yakinkan mereka bahwa apa yang menjadi pilihan kalian tidak akan mengakibatkan hal-hal buruk yang seperti mereka perkirakan. Sebab orang tua kadang melarang ini atau itu karena rasa khawatir yang sangat besar.
Buktikan bahwa kalian punya potensi di bidang yang telah dipilih. Tunjukkan pada mereka karya kalian sendiri yang cukup berarti sehingga mereka yakin bahwa bakat kalian memang di bidang itu. Langkah selanjutnya ialah libatkan orang ketiga yang merupakan sosok yang dihormati atau disegani oleh orang tua. Misalnya seperti kakek-nenek, paman-bibi, tokoh agama, tokoh masyarakat, atau yang lainnya.
Bagi kalian yang sudah cukup umur sebaiknya menikahlah. Hidup mandiri jauh dari orang tua. Meski hanya mengontrak atau kost bersama istri yang penting tidak mengganggu mereka. Barangkali kalian memang tidak cocok hidup bersama atau mendampingi orang tua. Biarkan saudara kandung lain yang mengurus orang tua di rumah mereka. Berkembanglah bersama istri tercinta.
Adapun bagi kalian yang masih bujang baru lulus SMA atau kuliah ekpresikan bakat. Pergi ke luar kota atau ke mana pun asal tidak mengusik orang tua. Buktikan bahwa kalian bisa hidup dengan pilihan hidup yang kalian putuskan. Tanamlah, pupuklah, dan kembangkan bakat kalian sehingga kelak akan membuahkan kesuksesan hidup.
Sedang untuk orang tua, kami hanya ingin bertanya saja. Tak ada maksud menggurui. Apakah kalian memang sudah benar-benar telah mengenali anak kalian dengan benar? Kalian apa peka ketika anak sedang mengalami depresi atau tertekan? Jangan-jangan selama ini kalian menganggap anak baik-baik saja. Namun, tak tahu sebenarnya anak kalian menyembunyikan rahasia besar yang tak ingin kalian ketahui.
Selanjutnya apakah kalian sudah benar-benar mendukung dan mengapresiasi proses si anak dalam menuju jalan kesuksesan? Tentu jalan yang dipilih oleh si anak bukan jalan hasil dektean orang tua. Apakah kalian mampu memberi kesempatan dengan cara menahan untuk tidak "mengrecoki" si anak ketika ia sedang berproses menggodok diri di kawah condro di muko? Ketika si anak mengalami beberapa kegagalan saat berjuang mati-matian ingin mengembangkan diri untuk menggapai impian.
Sekali lagi jangan tuntut si anak untuk sesegera mungkin menggapai sukses. Sebab setiap orang berbeda cara dalam meraih suksesnya. Pun juga berbeda pula waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Bisa dikatakan, tidaklah elok bila orang tua menuntut anak untuk segera sukses dalam usia tertentu. Syukurilah. Sesungguhnya kesuksesan bukan hanya hasil yang dicapi. Kesuksesan sejati ialah ketika si anak mampu bertahan dan terus berjuang mengembangkan diri meski mengalami kegagalan berkali-kali.
Ciri-ciri orang tua yang tak mendukung anak
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang tua yang tak mendukung anak dalam mengembangkan diri adalah:
1. Orang tua terlalu banyak menekan, menuntut, membatasi, mengatur, atau mendekte anaknya.
2. Orang tua lebih menyayangi dan mengetahui dirinya sendiri dari pada anaknya.
3. Orang tua berpandangan sempit dan berpikiran jangka pendek.
4. Orang tua menjadi pembunuh impian anaknya. Lebih mengutamakan formalitas, materi, dan gengsi daripada cita-cita anaknya.
5. Orang tua yang gaya mendidik anaknya menggunakan pendekatan kolot, fanatisme, atau konservatif.
6. Orang tua menyerahkan proses pendidikan anak pada orang lain. Misalnya sekolah, guru privat, atau lembaga kursus. Padahal si anak belum tentu mampu dan berminat di bidang itu.
7. Orang tua terburu-buru mencap si anak bodoh atau malas. Tanpa mendalami dulu kenapa si anak tidak mampu serta kenapa ia malas. Sedangkan di bidang lain ia sangat antusias dan menguasainya dengan baik.
8. Orang tua jarang berdialog dengan anak (tertutup). Sekali berdialog memojokkan anak dan jalan pikirannya selalu tak searah dengan si anak. Bahkan seringkali terjadi cekcok.
9. Orang tua sering mengeluarkan perkataan yang dapat mematahkan semangat si anak. Misalnya memberi ancaman, menakut-nakuti, dan kata-kata semacamnya. Contohnya: "Kalau gagal kamu jangan merengek ya!" atau "Kamu sudah mengecewakan orang tua!" dan lain-lain.
Mulai dari sekarang mari jadikan keluarga kita saling memahami. Dengan begitu masa depan bangsa ini akan makin lebih cerah. Sebab sebuah peradaban bisa unggul dasarnya dari keluarga yang terbangun secara baik. Cukup sekian dulu tulisan dari kami. Terima kasih telah membaca. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.
Belum ada beberapa menit. Saya sudah mengalami hal yang serupa. Kenapa saya selalu dipojokkan? Kenapa mereka lebih mendukung adik saya? Kenapa dia selalu mengatur segala hal yang saya sudah putuskan sendiri? Sumpah. Ingin pergi jauh. Sudah capek ditekan.
BalasHapusBelum ada beberapa menit. Saya sudah mengalami hal yang serupa. Kenapa saya selalu dipojokkan? Kenapa mereka lebih mendukung adik saya? Kenapa dia selalu mengatur segala hal yang saya sudah putuskan sendiri? Sumpah. Ingin pergi jauh. Sudah capek ditekan.
BalasHapusBelum ada beberapa menit. Saya sudah mengalami hal yang serupa. Kenapa saya selalu dipojokkan? Kenapa mereka lebih mendukung adik saya? Kenapa dia selalu mengatur segala hal yang saya sudah putuskan sendiri? Sumpah. Ingin pergi jauh. Sudah capek ditekan.
BalasHapus